Sisi Lain Sekar

20 8 0
                                    

"Roni! Jangan bercanda deh, buruan keluar! Ron! Elu kagak mau keluar gue tinggal nih! Roni!"

Sudah sepuluh menit sejak Roni menghilang tanpa jejak, tapi Satria masih belum menemukan di mana temannya itu. Dia sudah memeriksa lantai satu, tapi tidak ada jejak keberadaan Roni.

Hal yang membuat Satria heran justru tidak ada orang sama sekali di rumah ini, karena tidak ada pencahayaan Satria memanfaatkan senter ponselnya.

"Apa Roni sudah pulang duluan? Ah nggak mungkin, gue nggak denger suara pintu terbuka."

Satria kemudian berjalan menyusuri anak tangga, perasaannya sudah tidak karuan. Bau busuk itu begitu kuat, hampir saja Satria muntah.

Rumah tetangganya ini seperti rumah kosong yang tidak bertuan, debu begitu tebal di beberapa tempat. Padahal dia sering melihat orang tua Sekar keluar masuk rumah ini.

"Apa mereka kalau malam tidak ada di rumah?" Pertanyaan yang mengudara itu tentu tidak ada siapa pun yang menjawabnya.

Srek.....!

Satria menoleh ke sampingnya, ketika dia mendengar ada suara. Namun tidak ada apa pun.

Srek...!

Suara seperti sesuatu yang terbang disampingnya, membuat Satria terus waspada. Kini dia sudah berada di lantai dua rumah tersebut. Terdapat empat kamar yang jaraknya sedikit berjauhan.

Satu per satu kamar di periksa oleh Satria, tidak terkecuali kamar yang terlihat dari kamarnya. 

"Benar ini kamar yang sering ada cewek berdiri itu," ucap Satria.

Tidak ada benda yang berharga di tiap kamar yang dia singgahi, akan tetapi selalu ada bau yang berbeda di tiap ruangan.

Misalnya di kamar pertama di lantai dua itu, dia dapat mencium bau bunga melati, kamar kedua bau bunga kamboja, kamar ketiga bau kemenyan. Sekarang dia berada di kamar terkahir, di sini lah bau busuk bangkai itu begitu kuat tercium.

"Ada apa sebenarnya di rumah ini? Lalu kemana semua orang? Pak Baskoro dan Bu Siti, lalu Sekar. Kemana mereka semua?"

Satria tidak habis pikir dengan keanehan yang ada di rumah tersebut, dia masih mengitari kamar. Terdapat lukisan zaman dulu yang tergantung kokoh di tembok, lukisan perempuan berbusana Belanda. Biasanya di kenal oleh masyarakat umum sebagai Noni Belanda.

Ada yang terasa ganjil dari lukisan itu, entah kenapa Satria merasa lukisan itu hidup. Bola mata perempuan di lukisan itu bergerak searah dengannya. Mengikuti dirinya.

Srek!

Tiba-tiba saat Satria sedang mengamati lukisan tersebut, perempuan di dalam lukisan itu justru keluar dari dalam bingkai.

"Aargh!"

Srek...!

Srek...!

Perempuan itu melayang ke arah Satria yang merangkak menjauhinya, wajah perempuan di lukisan tersebut yang tadinya begitu cantik kini berubah menjadi buruk rupa.

Wajah penuh nanah dan berdarah itu tertawa keras, ketika Satria merapalkan ayat kursi yang muter-muter tak kunjung usai.

"P--pergi kamu! Jangan ganggu aku!" seru Satria. Dia melempar benda apa pun yang ada di sekitarnya, tapi tentu saja tidak mengenai makhluk itu.

Saat Satria hendak bangun, makhluk itu menangkap kaki Satria dan melempar Satria ke sudut ruangan.

Brak! 

"Gaan!"

"Gaan!"

"Verstoor dit huis niet!"

Suara makhluk itu begitu nyaring melengking, Satria tidak paham satu kata pun yang diucapkan makhluk itu.

Sekar ( Penghuni Rumah Nomor 13 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang