Satria dan Hantu Noni Belanda

8 6 0
                                    

Kegelapan menyelimuti ruangan yang lembab, bau anyir menyeruak ke penjuru ruangan. Membuat siapa pun yang mencium bau itu akan muntah dibuatnya.

Satria perlahan membuka matanya, dia cukup kesulitan melihat keadaan sekelilingnya yang tanpa penerangan itu. Dia butuh waktu untuk matanya bisa beradaptasi dengan kegelapan. Hingga dia menyadari dirinya tidak lagi berada di rumahnya.

Terakhir yang dia ingat hanyalah saat di mana dia sedang menceritakan apa yang terjadi pada ayahnya, lalu tiba-tiba dia mendengar suara seseorang memanggilnya. Setelah itu Satria tidak ingat apa pun lagi.

"Bau busuk apa ini? Sebenarnya aku ada di mana?"

Bau anyir makin menguat, bau yang sama seperti malam sebelumnya. Bulu kuduknya langsung berdiri, hal yang sangat manusiawi. Sebuah respon ketika ada makhluk ghaib di sekitar kita, ya setidaknya itu yang ada dipikiran Satria.

Satria yang awalnya mengira segala hal ghaib itu hanya wujud di dunia perfilm-an horo semata, kini dia mematahkan pendapatnya sendiri. Setelah apa yang menimpanya semalam, dia yang hanya menganggap hantu itu tidak ada justru langsung berhadapan dengan hantu yang mengerikan.

Sreekkk....

Walau Satria tidak bisa melihat dengan jelas, tapi indera pendengarannya justru berfungsi lebih baik. Pemuda itu mendengar suara yang mendekat kearahnya, seiring dengan bau busuk yang begitu pekat.

Suhu disekitarnya bahkan terasa lebih dingin, Satria yang semula bahkan malas berdzikir. Sejak kejadian semalam, dia tidak lepas dari lantunan dzikirnya.

Sreek....

Hihihi....

Hihihi...

Suara cekikikan hantu perempuan terdengar jauh, yang artinya hantu itu pasti ada di dekatnya. Begitu yang diingat Satria dari cerita sang kakek.

"S---siapa kamu! Keluar! Jangan pengecut kamu! Hei..!Aku ada di mana? Kenapa kamu membawaku ke tempat ini?" Entah pada siapa Satria mengajukan pertanyaan tersebut.

Degup jantungnya begitu keras terdengar, keringat dingin mulai bercucuran. Hantu itu tidak merespon pertanyaan Satria, malah kembali tertawa dengan keras. Sebuah hembusan angin dengan bau bangkai dan anyir itu menerpa wajah Satria.

Refleks pemuda itu menutupi wajahnya dan mencoba menghalau apa pun yang mengganggunya, tapi hanya kehampaan yang dia kenai.

"S--siapa kamu! Apa kamu yang semalam bertarung dengan Sekar?"  Satria memberanikan diri untuk bertanya lagi pada sosok tersebut.

Begitu nama Sekar diucapkan, sosok hantu itu murka.

Brak!

Brak!

Tubuh Satria melayang dan dihempas dua kali olehnya, rasa sakit akibat kejadian semalam saja masih belum hilang. Kini ditambah lagi, Satria merasa tubuhnya remuk tidak karuan.

"Waarom geef je om Sekar?" (Mengapa kamu peduli dengan Sekar?)

"Wat bracht je hier?" (Apa yang membawamu ke sini?)

"Je komst stoort me!" (Kedatanganmu menggangguku!)

"Gaan!" (Pergi!)

"Wees niet vervelend en nieuwsgierig naar Sekar!" (Jangan menyebalkan dan penasaran dengan Sekar!)

Satria terhenyak, suara itu sama dengan suara Noni Belanda semalam. Berarti yang menculiknya adalah si hantu Noni Belanda.

Setelah dia sadar dan menyusun puzzle keanehan yang terjadi, Satria menyimpulkan Noni Belanda ini makhluk yang berkuasa di rumah Sekar. Pemuda itu juga mencari tahu arti dari ucapan si Noni Belanda sebelumnya, seiingatnya hantu itu merasa terganggu dengan Satria dan menyuruh Satria untuk pergi.

Namun, Satria masih tidak paham apa hubungannya dengan Sekar? Kenapa kali ini hantu itu mengungkit Sekar? Apakah mungkin Sekar kunci dari semua kejadian ini?

"Sekar? Apa yang kamu maksud? Kenapa kamu menyebut Sekar? Lalu di mana dia? Kamu pasti tahu dia ada di mana kan? Kenapa kamu sampai membawaku ke sini?" Satria mencoba peruntungan, walau dia tidak yakin apakah hantu itu akan menjawabnya.

Hihihi....

Hihihi....

Hihihi....

Makhluk yang dari tadi membersamai Satria itu justru tertawa cekikikan. Seolah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Satria adalah lelucon yang tidak berguna.

"Sialan, bukannya jawab dia malah ketawa," gumam Satria.

Satria merangkak, dia menghindari suhu dingin yang ada di sampingnya. Firasatnya mengatakan kalau makhluk itu ada di sampingnya. Salah satu hal yang Satria rasakan dalam dirinya yaitu dia menjadi lebih peka akan perubahan di sekitarnya. Walau dia tidak bisa melihat langsung sosok makhluk yang mengganggunya ini.

Beberapa kali Satria mual, bukan hamil tentunya. Ingat Satria laki-laki. Bau busuk yang semula hanya samar-samar tercium, oleh indera penciuman Satria itu kini makin menusuk hidungnya.

Hoek..!

Satria memuntahkan isi perutnya, tidak tahan dengan bau yang mengudara di ruangan tersebut. Pemuda itu mengabaikan hantu Noni Belanda yang terus berbicara dalam bahasanya.

"Persetan dengan ocehanmu, demit sialan! Busuk banget baunya!" keluh Satria, sambil menyeka sisa-sisa muntahan di sekitar bibirnya.

Brak!

Brak!

Wush!

Brak!

Di saat Satria sedang mencerna apa yang terjadi, lagi-lagi tubuh Satria melayang dan dihempaskan begitu saja oleh hantu tersebut. Siksaan yang teramat menyakitkan baginya. Andai saja Satria tidak melawan hantu, sudah pasti pemuda itu dapat melawan dengan ilmu beladiri yang dia kuasai.

"Sialan! Apa maumu hah! Kamu kira aku ini karung, main lempar sana lempar sini! Brengsek!"

Emosi Satria tidak dapat ditahan lagi, rasa sakit seolah tulang belulangnya lepas dari tubuhnya. Menjadikan Satria hilang kendali. Lupakan apa itu yang namanya lapar, padahal dari kemarin sore dia belum makan apa pun. Apa lagi saat ini, bukan waktu yang tepat untuk memikirkan masalah perut.

Hantu itu melayang di depan Satria, menebarkan bau busuk bangkai dari tubuhnya. Suara cekikikannya teramat memekakkan telinga Satria.

Brak!

Tubuh Satria kembali terlempar hingga dia merasakan salah satu giginya patah saat terbentur sudut meja.

"A---aduh...!"

"Jangan sampai aku mati di sini," ucap Satria dengan penuh keputusasaan.

Baru kali ini Satria merasa tidak berdaya, dia yang dikenal sebagai atlet taekwondo yang sering memenangi berbagai kompetisi. Akan tetapi kondisinya sekarang untuk bangun saja dia tidak sanggup.

Sekar ( Penghuni Rumah Nomor 13 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang