Sebuah Kisah

7 4 0
                                    

Keheningan terjadi di antara Roni dan lelaki itu, Roni nampak tengah berfikir dan mencerna setiap kalimat yang dia dengar.

"Lalu, apa yang harus saya lakukan agar Satria dan ayahnya bisa kembali lagi?" tanya Roni pada orang yang tidak dia ketahui identitasnya.

Roni ragu apakah dia bisa percaya dengan orang tersebut, tapi dalam situasi sekarang hanya orang itu lah yang dapat Roni mintai tolong. Hendak meminta tolong penduduk lain pun Roni rasa tidak akan ada yang percaya, apa lagi dia bukan penduduk setempat. Malah bisa jadi dia malah yang akan dicurigai hendak berniat buruk.

"Untuk sekarang kita hanya bisa memantau situasi terlebih dahulu," jawab lelaki tersebut. Lelaki itu mengambil sesuatu dari saku celananya, kotak rokok dan pemantiknya.

"Memantau? Apa saya tidak salah dengar? Saya tidak mungkin hanya duduk diam sementara Satria dan ayahnya mungkin sedang dalam bahaya," ujar Roni.

"Portal menuju alam ghaib itu masih belum terbuka, jadi kita tidak bisa berbuat banyak," jawab lelaki itu.

Kepulan asap rokok terhembus dari sela mulut lelaki tersebut, Roni memperhatikan orang yang tiba-tiba datang dan menariknya. Jika saja tidak ada orang itu, entah apa yang akan terjadi padanya. Tertimpa dahan pohon berukuran besar sudah pasti dia mati saat itu juga. Dengan tindakan orang itu lah alasan Roni bisa mempercayainya. 

"Pak, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Satria? Apa yang salah darinya?"

Roni tidak habis pikir kenapa Satria harus menjadi target dari kebengisan hantu Noni Belanda itu, padahal Satria baru pindah bukankah seharusnya hantu itu mencari orang lain untuk dijadikan sebagai target?

Kepala Roni rasanya hampir meledak, perasaan ngeri itu masih menjadi masalah utama baginya. Dia yang diperlihatkan oleh orang tersebut atas apa yang sudah Satria alami di dunia lain itu.

"Jangan panggil aku Pak, emang aku bapakmu," tegurnya.

"Hah? Lalu saya harus memanggil Anda apa?" tanya Roni bingung. Padahal menurutnya panggilan Pak, Bapak, itu sudah cukup sopan.

"Panggil aku Mbah, Mbah Joko."

"Oh, baiklah, Mbah Joko." Hampir saja Roni tergelak dengan sebutan Mbah, dia jadi teringat akan Mbah Surip yang terkenal dengan lagu 'Tak gendong kemana-mana.'

"Jadi, apa jawaban dari pertanyaan saya sebelumnya, Mbah? Kenapa harus Satria? Walau Satria terlihat seperti playboy tapi dia itu jomblo dari lahir, Mbah. Dia nggak punya pacar sampai sekarang," ujar Roni.

Roni meringis setelah menyelesaikan kalimatnya, kalau saja Satria mendengar apa yang dia katakan barusan. Sudah pasti Satria akan mengamuk dengannya. Roni pun juga hanya asal saja tadi, dia tidak benar-benar yakin apa memang Satria itu jombloh dari lahir.

"Teman kamu tidak punya salah kok," jawab Mbah Joko. Dia menyalakan rokok kedua dan menyesapnya dalam-dalam sebelum dia hembuskan asap-asap berwarna abu-abu itu.

"Kalau Satria tidak punya salah, lalu kenapa dia harus menerima itu semua? Saya memang  bersyukur Satria masih hidup bahkan setelah apa yang dilakukan oleh hantu tersebut padanya. Akan tetapi dengan dia hilang seperti ini, saya tidak bisa lagi berfikir demikian."

Lelaki di samping Roni menatapnya dalam-dalam, "Hahahaa...! Apa kamu bilang? Hantu? Dia?"

"K--kenapa Anda tertawa?" tanya Roni bingung. Apa yang dia ucapkan sampai orang itu tertawa sedemikian rupa. Membuatnya merinding saja, mana hari juga makin gelap. Awan gelap tanda mau hujan pun mulai berkumpul.

Puk... Puk ..

Entah apa maksud Mbah Joko, tapi dia menepuk punggung Roni. Ya tentunya dengan tepukan cukup kerasa itu,Roni mendelik kasar ke arah penyelamat sekaligus tukang ketawa tersebut. Bisa-bisanya saat percakapan serius begini Mbah Joko malah meledeknya.

"Dia bukan hantu, anak muda..." bisik Mbah Joko. Suara bisikan Mbah Joko bahkan terdengar menyeramkan.

"B--bukan hantu? Lalu kalau bukan hantu dia apa?" tanya Roni, kali ini wajahnya sudah memucat.

"Dia iblis...! Hahaha..." Mbah Joko kembali tertawa terbahak-bahak, yang membuat pernyataannya barusan tidak berarti apa-apa.

"Apa maksudnya dengan iblis? Tolong jelaskan pada saya juga." Roni tidak mau menjadi orang yang bodoh dan tidak tahu apa pun. Baginya Mbah Joko dan tetangga Satria ini penuh dengan misteri. Ada sedikit rasa menyesal kenapa dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Satria. Padahal dia bisa memaksa Satria untuk mencari orang pintar atau siapa pun yang ahli, kalau Roni tahu akan berakhir seperti sekarang.

Bagi Roni, Satria sudah seperti keluarganya sendiri dan karena Satria lah satu-satunya teman sekelasnya yang mendekatinya, padahal saat itu Satria juga masih baru di kampung itu. Roni tidak mau dibilang lebai, tapi dia memang tidak mau kehilangan Satria.

"Iya dia iblis, iblis yang menjelma sebagai hantu Nona Belanda."

Bulu kuduk Roni meremang, degup jantungnya tak berirama saking cepatnya jantung tersebut melakukan tugasnya. Kata iblis yang dia dengar itu, membuatnya khayalannya melayang jauh. Iblis yang dia tahu dari film horor tentunya makhluk yang tugasnya menyesatkan manusia, dengan segala tipu dayanya. Hingga akhirnya berhasil menggoda manusia, yang kelak akan menjadi teman para iblis itu di neraka?

"Apa iblis yang seperti dalam pikiranku, Mbah?" tanya Roni. Beberapa kali Roni menelan ludah.

"Kenapa kamu sekaget itu? Apa kamu belum beradaptasi dengan lingkungan ini?" tanya lelaki itu sambil mematikan api dari puntung rokok yang dia miliki  

"Tentu saja iblis yang itu, iblis yang penuh muslihat untuk menjerumuskan manusia dalam kubangan dosa. Kamu  pasti belum tahu keluarga Sekar itu pemuja iblis."

"Ada rahasia besar di keluarga ini, kebakaran besar yang terjadi di rumah mereka itu telah merenggut nyawa Sekar. Saat itu belum banyak rumah penduduk, tapi anehnya si jago merah cepat padam begitu saja. Anak mereka yang mati hangus itu pun juga mereka sembunyikan, hingga dua bulan setelah kebakaran itu barulah Sekar kembali menampakkan dirinya," ujar Mbah Joko.

"Hah? Jadi Sekar sudah mati eh meninggal? Lalu yang Satria lihat dan kenalan dengan gadis yang mengaku sebagai Sekar itu siapa?" Roni tentu kaget dengan apa yang dia dengar.

Cerita orang yang mati lalu hidup lagi atau yang biasa dikenal mati suri memang pernah dia dengar. Namun, cerita barusan yang memberitahukan kalau Sekar sebenarnya sudah mati lalu dihidupkan kembali, itu belum pernah dia dengar sebelumnya.

"Pemilik raga itu bukan Sekar, tapi si iblis. Orang tua Sekar yang memang sudah menjadi pengikut ajaran sesat, akhirnya mengorbankan nyawa mereka agar bisa menghidupkan Sekar lagi," ucap Mbah Joko.

Roni kembali menelan ludahnya, ajaran sesat? Pemujaan iblis? Hal yang biasa dia tonton dari film horor itu benar ada di kehidupan nyata?

Sekar ( Penghuni Rumah Nomor 13 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang