devil student

598 26 7
                                    

Kangen up. Banyak typo🙏

"Ada yang di tanyakan?"

Murid-murid kompak sekali menyakan berbagai hal yang sebetulnya keluar dari meteri pelajaran.

Seperti "pak, bapak sudah mempunyai pasangan?" Atau "Pak, kenapa begitu imut?" Dan berbagai pertanyaan yang sangat tidak penting.

Win namanya, Metawin Aryagaru.
Pria manis berkaca mata itu menghela nafas. Kalau saja ia kekurangan kesabaran, sudah dari tadi ia keluar kelas dan istirahat di ruangannya.

"Yasudah, kalau sudah tidak ada lagi hal yang ingin ditanyakan. Saya permisi."

Saat akan meninggalkan kelas, ponselnya berdenting pertanda ada pesan baru masuk

Tring

Tunggu di apart seperti biasanya

Win melihat sekeliling, lagi lagi ia menghela nafas. Ia takut tatapan itu dan Win pun segera berkemas menenteng tas selempang nya dan melenggang pergi dengan sebelumnya mengucapkan,

"Permisi semuanya."

Murid-murid seperti kecewa, padahal pelajaran memang sudah berakhir dan waktunya untuk pulang ke rumah masing-masing.

Win membuka pintu apart dengan menekan kodenya, ia membawa beberapa bahan masakan karena pagi tadi ia sempat melihat ke lemari pendingin tak ada satupun bahan untuk di masak.

Pria manis berumur dua puluh empat tahun itu membersihkan sayuran terlebih dahulu dan menyimpannya di lemari pendingin.

Rasanya haus sekali setelah mengajar apalagi tadi ia pulang menggunakan kendaraan umum. Sepanjang jalan hanya rasa panas yang ia rasa.

Win meletakan gelas beningnya, ia akan mandi dan masak setelahnya.

Tiba-tiba seseorang mendekap tubuhnya, sontak win tersentak. Sudah sering diperlakukan seperti ini, tapi ia masih belum terbiasa.

"Sayang, kenapa terlambat, hm? Ucap seseorang dengan parau.

Tangan yang mendekapnya itu mengelus kaos dalam Win, meraba dadanya dan sesekali meremas dengan pelan. Win melenguh, ia selalu saja kalah oleh orang yang berusia jauh dengannya itu.

"L-lepash dulu, aku belum mandi."

Tapi orang itu tak peduli, ia malah menghirup wanginya leher Win. Menyesapnya dan menjilat sesekali.

"Itu... Itu berkeringat, Bright."

Bright, pria gagah yang sialnya baru menginjak usia delapan belas tahun bulan lalu itu tetap saja keras kepala. Ia semakin menghisap leher Win sampai menimbulkan bercak merah alami yang dibuatnya.

Padahal umurnya berbeda beberapa tahun dengan Win, tapi tubuhnya sudah melampaui Win dengan memiliki otot lengan yang besar. Pantas saja, karena dia sering sekali pergi ke gym di waktu libur.

Bright membalikkan tubuh Win agar menghadap satu sama lain.
Ia mencium pria yang enam tahun lebih tua darinya itu.

"Eunghh, Bright..."

Pria manis kelahiran Februari itu menggeleng sarat tak mau.  Membuat Bright marah dan mencengkram rahangnya dengan kuat.

"Melawan, hm?"

"Bright, nanti dulu," ucap Win dengan terbata dan tak jelas karena rahangnya yang masih di cengkraman Bright.

Rasanya kebas, sakit juga . Lalu Bright melepaskan cengkraman nya.

"Jangan mencoba melawan, sayang. Dan lagi, aku tak mau melihat bibir ini tersenyum pada orang lain. Termasuk semua murid-murid mu itu," ucap Bright dengan mengelus bibir merah muda alami milik Win.

Short Stories 🔞(BrightWin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang