Cathlya menghela nafas lesu. Kini telah menjukkan pukul dua belas siang, pertanda istirahat ke dua telah datang. Ia senang, namun juga sedih secara bersamaan. Kesepian, kerap kali gadis itu rasa setiap waktu istirahat tiba. Namun apalah daya, ketakutannya untuk mengenal orang baru sangatlah besar. Perasaan takut akan dicemooh serta sifat yang sulit bergaul membuat Cathlya sempat menjadi bahan empuk pelaku pembullyan.
"Yeyy waktunya makan." ujar Cathlya pelan.
Cathlya mengemas bukunya ke dalam ransel ungu kesayangannya. Menunggu kelas sunyi, agar Ia dapat memakan bekalnya segera. Bukannya apa-apa, Cathlya hanya makan saat jam makan siang tiba. Karena Ia tak mempunyai keberanian yang cukup untuk berbelanja ke kantin. Terlalu ramai, Cathlya takut. Dia tak suka.
"Please keluar, aku laparr." gumam Cathlya yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.
Ia menatap nanar bekal yang sudah Ia siapkan sedari pagi. Sudah beberapa saat menunggu, namun teman-teman kelasnya beberapa masih ada yang setia bercanda tawa di kelas. Membuat Cathlya tak bisa memakan bekalnya.
"Huftt, aku makan di luar aja deh." serunya dengan pelan.
Cathlya Edeline dengan sweater beige kebesaran, serta kacamata dan rambut yang dikuncir kuda yang tak pernah ketinggalan. Berjalan menunduk menuju rooftop, dengan merapalkan seluruh doa di dalam hati agar tak ada yang mengganggunya seperti sebelum-sebelumnya.
"Tak terlihat. Tak terlihat" gumam Cathlya.
Cathlya bernafas lega, setelah berhasil melewati koridor yang penuh dengan siswa yang juga tengah beristirahat. Kemudian Ia menaiki tangga menuju rooftop, satu persatu tangga Ia naiki.
Brukk!
Bekal yang Ia bawa tumpah, menyisakan beberapa yang masih setia di dalam kotak tersebut. Ia tercengang melihat pemandangan yang tersedia di hadapnnya saat ini.
Dua siswa yang Ia tebak adalah sepasang kekasih tengah intens berciuman, dengan salah satu tangan laki-laki itu terletak di dada sang perempuan, serta badan gadis tersebut menempel ke dinding.
Cathlya terbelalak dengan mulut yang menganga, Ia sangat terkejut melihatnya. Pasalnya, Ia tak pernah melihat kejadian seperti ini sebelumnya.
Keduanya menoleh, mendapati Cathlya yang berdiri mematung. Sama sekali tak ada terbesit rasa malu diantara keduanya, bahkan mereka merasa kesal, lantaran Cathlya mengganggu aksi mereka.
Ekhem!
Dehaman pemuda tersebut membuat kesadaran Cathlya kembali. Dapat Cathlya lihat bahwa pemuda tersebut adalah Regaz, pria yang Ia temui dua hari yang lalu.
Cathlya segera mengambil kotak bekalnya yang telah berada di lantai. Kemudian ia berlari menjauh meninggalkan sepasang kekasih tersebut kembali berduaan. Kini, tujuannya adalah taman.
Ia menggaruk tengkuknya kikuk mengingat kejadian tadi, kemudian menyuap sisa bekal yang tersedia.
"Aku kira yang kaya gitu cuma ada di novel, ternyata di dunia nyata juga ada." gumamnya.
•••
"Jangan diliatin teruss, fokus dong sama akuu. Kita belum selesaiin yang tadiii Regaazz" Divia menarik tengkuk Regaz, menyatukan kembali bibir hingga tercipta lumuatan kecil diantaranya.
Regaz mendorong bahu Divia, melepaskan tautan bibir mereka. Pemuda itu menjadi tidak fokus setelah melihat gadis tadi. Ia seperti pernah melihat gadis itu, namun dimana?
"Lain kali kita lanjut." Regaz mengusap bibirnya kasar, membersihkan bekas bibir Divia pada mulutnya.
Pemuda itu berjalan menjauh, tujuannya kini adalah kantin, berniat mencari gadis tadi. Regaz sempat melihat kotak bekal yang dibawa gadis itu, Ia yakin bahwa gadis tersebut akan membeli makanan baru di kantin, karena bekalnya tadi sudah tumbah berserakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
REGAZ
Любовные романы[ 18 + ] "Padat, kenyal, dan berisi." Regaz Castor, menduduki jabatan sebagai ketua Stovera. Memiliki pemikiran yang licik dan mahir mengatur strategi membuat nama Stovera yang berada di bawah pimpinan nya menjadi semakin berkibar. Walaupun begitu...