REGAZ [4] Pulang.

1.5K 48 6
                                    

Bel pertanda kelas usai telah berbunyi sejak 20 menit yang lalu. Namun, Cathlya masih berada di kelas tengah melaksanakan piket kelas seorang diri.

Hal ini sudah Cathlya lakukan sedari kelas sepuluh. Saat jadwal piketnya tiba, ia selalu dengan murah hati membersihkan kelas sendiri. Tanpa niat menegur teman-temannya yang berlaku seenaknya. Biarlah terus begini, daripada ia harus mendapat perlakuan tak mengenakkan dari teman-temannya.

"Okei, tinggal ngapus papan. Abis itu pulang. Semangat!" ujar Cathlya menyemangati diri.

Beberapa menit berlalu, Cathlya telah menyelesaikan semua tugasnya. Ia Cathlya bangga melihat kelas yang awalnya seperti kapal pecah kini telah kembali bersih.

Gadis itu menghembuskan nafas dalam, kemudian memakai ranselnya dan menutup pintu kelas.

Saat berbalik badan, Cathlya mendapati sebuah tangan terulur memegang tote bag nya. Jantung Cathlya berpacu dengan kencang, kemudian memberanikan diri menatap wajah si pemilik tangan tersebut.

"Punya lo?"

Cathlya mengangguk lalu mengambil tote bag nya dengan ragu. Kemudian menundukkan badan, "makasii." ujarnya dengan senyum canggung.

Cathlya berlalu, tanpa niat memperpanjang percakapan. Ia sudah terbiasa dengan sepi, dan kesendirian. Hingga kehadiran orang lain di dekatnya membuatnya merasakan ketidak nyamanan.

"Hati-hati dengan Regaz." suara laki-laki itu terdengar. Membuat langkah Cathlya terhenti.

Laki-laki itu berbalik badan melihat Cathlya, menantikan respon gadis tersebut.

Cathlya mengangguk pelan, tetap memunggungi laki-laki itu. Kemudian kembali berjalan dengan tergesa-gesa.

•••

Hari ini sama seperti hari biasanya, warung bunda akan ramai dikunjungi oleh anggota-anggota Stovera. Walaupun tidak terlalu besar, namun tetap cukup menampung mereka yang datang.

Di depan WB, Warung Bunda, terpampang jelas spanduk bertuliskan 'STOVERA' seolah menjadikan warung tersebut menjadi hak milik mereka. Dan tak ada yang berani datang selain anggota Stovera.

"Dari mana Tur?" tanya Gema sedikit berteriak, karena kondisi WB kini tengah ramai, ditambah dengan musik yang tengah diputar oleh Faroz.

"Balikin tote bag." jawab Guntur seadanya, dengan melirik Regaz yang tampaknya dapat mendengar percakapan mereka.

"Dimana Tur?" tanya Regaz.

Guntur hanya mengangkat bahu, mengerti arah pertanyaan Regaz yang bermaksud menanyakan keberadaan gadis tersebut.

Regaz sontak membuang sembarang puntung rokoknya, dan bangkit meninggalkan WB dengan suara knalpot yang menggelegar mengalahkan musik yang tengah terputar.

"Widii napa tu orang, cepet amat cabutnya." tanya Jordi membawa satu mangkok mie rebus dari dapur, kemudian duduk di samping Gema.

Bukannya menjawab, Gema malah menyomot mie milik Jordi dengan tangan, kemudian memasukkan ke dalam mulutnya.

"Pake sendok goblok!" ujar Jordi kesal memukul pundak Gema yang dibalas dengan senyuman konyol oleh pemuda tersebut.

"Ah jadi laper juga."

"Beli lah" sahut Jordi sembari mengunyah mie nya.

"BUNN MIE REBUS SATU, JORDI YANG BAYAR!" teriak Gema yang dihadiahi sendok melayang ke arahnya.

"WOI KALAU MAU PESEN KE BELAKANG, BUNDA KAGA ADA!" ujar Nisa, anak dari bunda si pemilik warung. Nisa yang barusia 22 tahun kerap menggantikan sang ibu menjaga warung.

REGAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang