BAB 23 ~ Surveil

6.6K 145 2
                                        

Di sinilah Aksa berada, di depan sebuah rumah minimalis yang dikelilingi oleh beberapa pohon dan bunga yang indah. Setelah menyibukkan diri dengan seluruh tanggung jawabnya, dia berhasil menyelesaikan semua tugasnya dan mengembalikan kondisi perusahaan ke keadaan semula dalam waktu kurang dari dua bulan.

Meskipun Vera memberikan batas waktu dua bulan, namun karena tekadnya yang kuat untuk bertemu dengan wanitanya, akhirnya dia berhasil menyelesaikan semua tugas dengan lebih cepat.

"Jangan muncul di hadapannya secara langsung, itu akan membuat dia terkejut. Kau tidak mau kan jika dia semakin membencimu? Lakukanlah pendekatan secara perlahan."

Aksa masih ingat dengan jelas apa yang disampaikan oleh Vera. Memang benar, dia tidak bisa secara sembarangan muncul di hadapan Ara. Aksa berusaha untuk mengikuti saran yang telah diberikan oleh Vera.

Beberapa jam telah berlalu, dan Aksa masih berada di depan rumah tersebut. Saat ini, jarum jam menunjukkan pukul 5 pagi, mengindikasikan bahwa dia telah bermalam penuh di dalam mobilnya. Aksa bangun dari tidurnya, merasakan tubuhnya kaku dan pegal karena tidur di kursi mobil terlalu lama.

Dengan pandangannya kini tertuju pada rumah di depannya, Aksa berharap agar wanitanya muncul sehingga dia dapat melihat keadaannya. dia sangat ingin mengetahui kondisi wanitanya, terutama karena sedang mengandung.

Selama beberapa jam tersebut, Aksa telah memikirkan berbagai skenario. dia merenung tentang hubungan mereka dan bagaimana keputusan yang akan diambil nantinya dapat mempengaruhi masa depan keduanya. Pergulatan batin Aksa semakin terasa, terutama ketika memikirkan tanggung jawab sebagai seorang ayah.

Pagi itu terasa dingin, dan embun mulai menutupi kaca mobil Aksa. Meskipun fisiknya merasa lelah, tekadnya untuk menyelesaikan masalah ini semakin kuat. Aksa membayangkan pertemuan mereka, berharap dapat membuka jalur komunikasi yang baik dan memahami perasaan Ara.

Namun, di antara semua pemikiran dan harapan itu, ada kekhawatiran yang menghantuinya. Bagaimana reaksi Ara? Apakah dia akan menerima kedatangannya dengan baik ataukah menolaknya? Semua pertanyaan itu menjadi beban pikiran Aksa, tetapi dia tetap bertekad untuk menghadapinya.

Tiba-tiba, ponsel Aksa bergetar. dia mengambilnya dari saku celananya dan melihat nama Vera terpampang di layar. Dengan cepat, dia menjawab panggilan tersebut.

"Aksa, kau dimana?"

"Aku masih di depan rumahnya."

"Kau tidak tidur?"

"Tidur, di dalam mobilku."

Mendengar hal itu Vera tertawa di sana, " Bagaimana rasanya?"

"Berhenti tertawa, kenapa kau meneleponku?"

"Baiklah. Dengar, Ara memiliki jadwal berkeliling pada akhir pekan untuk mengurangi stres. Biasanya, aku selalu menemaninya, tetapi kali ini aku tidak bisa."

"Kenapa?" tanya Aksa, mencoba memahami situasi.

Vera menjelaskan, "Ada urusan mendesak yang harus aku selesaikan. Ara bersikeras ingin berjalan-jalan, meskipun aku tidak bisa menemaninya kali ini. Tapi, aku percaya kau bisa mengikutinya dan memantaunya dari jauh."

Aksa mengangguk, meskipun dia bisa merasakan getaran kekhawatiran dalam suara Vera.

"Tentu, Vera. Aku akan melakukannya dengan baik."

Vera memberikan instruksi lebih lanjut, "Pastikan untuk tetap berjarak, jangan terlalu terlihat. Ara tidak boleh menyadari keberadaanmu. Tetapi, sekaligus pastikan dia dalam kondisi yang aman."

"Aku mengerti," jawab Aksa mantap.

Vera menambahkan, "Dan, Aksa, ingatlah bahwa ini bukan saatnya untuk membahas hal-hal yang serius. Ini hanya untuk memastikan keadaannya. Beri dia ruang dan dukungan yang dia butuhkan. Jika kau bisa bersabar, aku yakin kau bisa menemuinya secara langsung."

Limerence [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang