Happy reading!
•••
Mata bermanik cokelat madu Yaya melotot antara kaget dan kesal. Namun, tak dihiraukan sama sekali oleh orang bersangkutan. Malah, pria itu kembali berkutat dengan tablet di tangannya. Seolah-olah bukan dia yang bicara barusan.
Melihat bahwa dia diabaikan si calon suami, bibirnya dikerucutkan dan berpaling ke arah lain sambil kedua tangannya bersidekap di dada. Tak ada pembicaraan lagi diantara keduanya. Kejadian itu kebetulan terpampang jelas di mata Ibu Halilintar yang baru saja keluar dari ruangannya. Alisnya terangkat heran saat merasakan atmosfer berbeda dan saling bertabrakan dari kedua sisi.
Putranya, Halilintar, duduk tenang dengan menatap tablet di tangannya. Entah sedang apa itu, tapi kemungkinan mengerjakan dokumen yang dikirim oleh sekretarisnya. Aura yang memancar dari tubuhnya amat berwibawa. Tidak terganggu oleh apa pun.
Benar-benar punya pengendalian diri yang hebat.
Berbanding terbalik darinya, sosok perempuan manis berkerudung di sebelahnya justru menguarkan aura suram dengan bibir cemberut. Dapat ditebak sekali lihat kalau dia sedang marah. Namun, kedua pipinya dipenuhi semburat merah jambu.
Dengan itu, beliau punya tebakan liar di kepalanya. Walaupun ingin memarahi anaknya yang berulah, dalam hati ada kegemasan yang ditahan. Ia semakin menyukai menantu perempuannya ini.
"Ah, pakaian pernikahan kalian telah selesai. Ingin mencobanya terlebih dulu?"
Saat kalimat itu terlontar, keduanya serentak mengangkat kepalanya. Menatap pada wanita beraura elegan yang berjalan ke mereka.
Yang pertama bereaksi adalah Halilintar. Masih mempertahankan wajah tanpa ekspresinya, ia mengangguk singkat. Sedangkan Yaya membalasnya dengan lembut, "Boleh, Bunda."
Melihat Yaya meresponsnya, ia segera menghampiri dan duduk di sebelahnya. Posisi Yaya kini diapit oleh ibu dan anak itu.
"Emang cocok banget jadi anaknya Bunda, Ay. Udah cantik, sopan juga lagi. Gak kayak yang di sebelah kamu. Daripada anak lebih mirip kanebo kering dia." Tanpa ragu-ragu beliau mengatai Halilintar langsung dan dibalas lirikan oleh Halilintar. "Apa? Gak terima? Itu fakta ya, kamu mana ada banyak omong. Hmph!"
Kemudian beliau kembali fokus pada Yaya. "Nah, sekarang kamu coba ya gaunnya biar cocok atau nggaknya sama kamu. Yuk."
Yaya mengangguk. Lalu, kedua perempuan itu beranjak dari sana meninggalkan Halilintar sendiri yang kini sedikit mengangkat pandangannya pada punggung mereka sebelum menghilang dibalik pintu.
Tak lama kemudian ponselnya berdering. Halilintar melirik ID caller yang tertera di layarnya dan panggilan itu dibiarkan tak diangkat.
Setelah deringnya berhenti, satu pesan chat diterimanya.
S. Juan : Sialan, Lintang! Lo kemana aja bangsat!
S. Juan : Ini gue disuruh handle semua kerjaan lo!
Satu alisnya terangkat, lalu mengambil ponselnya. Usai membaca pesan chat berisi umpatan dari Solar, ia membalasnya dengan chat singkat tapi beruntun.
Halilintar
Gue di butik.
Halilintar
Fitting baju.
Halilintar
Halah ngeh handle aja gak bisa.
Payah lu
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Bothering Me, Husband!
Ficção Geral[ MARRIAGE LIFE AU ] Menikah di usia muda bukan sesuatu yang mudah dilakukan. Karena harus bisa menyatukan dua pikiran berbeda dalam hubungan rumah tangga. Selain itu, perbedaan karakter termasuk dalam kerumitan tersebut. Namun, benarkah serumit itu...