bian, tunangan yang baik.

1K 116 9
                                    

Pernahkah kamu mencium aroma pakaian-pakaian branded yang terpanjang di Mall? Bagi Hazel, itu adalah aroma terindah di dunia.

Atau pernahkan kamu merasakan pijatan-pijatan relaksasi dari tangan-tangan berpengalaman? Ya, itulah kenikmatan yang selalu Hazel dambakan.

Seperti sekarang, setelah kelas ia justru kabur sendiri menuju tempat spa langganannya. Setidaknya ia ingin relaksasi dulu sebelum menghadapi bimbingannya yang mengerikan dan juga tunangannya yang penggila kerja.

Omong-omong soal tunangan, ia memeriksa ponsel dan untung saja tidak ada panggilan berderet seperti biasa- ketika tunangannya itu mencarinya.

Tunangan, eh?

Sebenarnya, Hazel bersyukur ditunangkan dengan Bian. Selain karena ia diizinkan meninggalkan rumah keluarga besar, ia juga sedikit lebih bebas melakukan apapun karena ayah dan kakeknya memberikan kepercayaan mereka sepenuhnya pada Bian. Dalam kata lain, mereka tidak mengawasinya langsung.

Lalu Bian? Pria itu sibuk dengan pekerjaannya, mana sempat mengawasi Hazel. Dan itu membuat kebebasanya bertambah!

Ya, itu dulu sebelum akhir-akhir ini Bian sering sekali datang langsung menghampirinya seperti jin atau paman goblin yang dipanggil oleh Ji Eun-Tak.

Benar-benar!

Lama-kelamaan, matanya memberat. Efek pijat relaksasi ini benar-benar membuatnya tertidur.

.
.
.

"Bangun, Hazel."

"Ugh." Lenguhnya. Bahkan dalam mimpi pun ia masih bisa mendengar suara Bian disini.

"Pakai baju kamu habis itu kita pulang."

"Hah?"

Hazel mengerjap. Matanya fokus menatap Bian yang juga menatapnya lurus dengan tangan terlipat.

"Kamu bolos lagi?"

"Gak ya!" Ia spontan bangun dan membantah. Enak saja dituduh membolos.

"Ini tuh namanya self reward! Hari ini gue jadi anak baik, gak bolos seharian bahkan tadi gue presentasi sendiri gara-gara kelompok gue isinya beban! Makanya pulang kelas kesini." Bantahnya.

Namun Hazel sadar kalau tatapan Bian justru fokus pada keadaannya sekarang.

"Eh?" Dengan cepat, ia berusaha untuk menutupi tubuhnya yang telanjang dada.

"Gak perlu ditutup. Saya bahkan bisa gendong kamu sekarang sekalipun kamu gak pake baju."

"Sialan!" Ia melemparkan cardigannya ke arah Bian, kemudian turun dan hanya memakai kemejanya.

"Ayo, pulang."

"Tunggu!"

Bian berbalik, menebak apalagi yang akan dilakukan Hazel.

"Lapaaar. Makan dulu gak sih?"

.
.
.
.

Nyatanya mereka tidak hanya makan, namun juga berbelanja. Kalian ingat kan bagaimana kecintaan Hazel terhadap baju-baju branded yang seolah memanggilnya saat lewat.

"Kenyangnyaaaa." Hazel menepuk perutnya, menatap Bian yang masih saja terlihat datar.

Pusing kali mikirin kerjaan, pikir Hazel.

Tiba-tiba tubuhnya terdorong ke depan. Bian mengerem mendadak, seperti habis menabrak sesuatu.

"Kalo ngerem kira-kira dong, Bi! Untung gue ga jantungan!"

Hazel mendelik karena bian sama sekali tak menanggapi omelannya.

"Dari pada kamu ngomel, mending kamu turun dan liat apa yang tadi ketabrak."

"Loh? Kok gue? Kan lo yang nabrak, jadi lo yang turun lah. Gak gentle banget."

Hazel menggerutu, sekali tanggapan malah dia yang disuruh turun. Enak saja si bos ini!

Lagi-lagi karena malas berdebat, Bian turun dari mobilnya dan memeriksa apa yang ia tabrak tadi.

Setelah memastikan tak terjadi apa-apa, ia berbalik hendak kembali ke mobilnya.

Tapi sayang sekali, benda megah yang ia naiki justru melaju penuh dan meninggalkannya sendiri.

Siapa lagi yang bisa melakukannya selain Hazel, tunangan ajaibnya.

Untunglah Bian adalah tunangan yang sabar

Bian adalah tunangan yang baik

Bian adalah -tidak sudah cukup.

Kali ini ia harus memberi Hazel pelajaran.



to be continue

kali ini per-chapter kubikin pendek yaaa~

[3] Mr. Workaholic and his Fiancé | BinHaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang