Berkumpul

70 1 0
                                    

  Sebuah restoran sederhana terkesan mewah dengan konsep desain interior ala negara Korea, sebagaimana kayu sebagai dominan. furnitur sederhana terkesan minimalis, suasana terasa nyaman saat memasukinya.

Tidak hanya desain menarik, pantas saja tempat tersebut begitu minat pengunjung, tak khayal banyak dari mereka datang hanya untuk singgah sebentar, melepas penat seraya menikmati menu andalan berbeda beda setiap harinya. Dan juga ada beberapa fasilitas tersedia, seperti ruang VIP/VVIP, salon dan lain lain.

Seorang wanita hamil berparas cantik natural, sedikit polesan make up  bergaun putih tiga perempat tanpa lengan, rambut lurus panjang sebahu terurai dengan jepitan pita menghiasi sisi kanan. Berjalan menghampiri tiga orang pria duduk di depan meja bundar berbahan kayu berukuran cukup besar.

Mereka adalah Andre, Juno, Morgan sedang menunggu kedatangan satu anggota wanitanya.

"Eh, Baby. Silahkan duduk!" sambut Andre menarik kursi untuk adik iparnya.

"Thanks." ucap Diana.

"Irit banget bicaranya. Kamu tidak mau tanya kabarku, atau kabarmu ke aku." basa basi Andre.

Setiap kesempatan Andre selalu berbicara banyak, meskipun tak ada sambutan hangat dari mantan kekasihnya.

"Tidak." singkatnya.

"Yak, dicuekin." nyinyir Juno tertawa.

"Diem lo." bentak Andre melotot.

Juno malah semakin bersemangat menggoda sepupunya itu. "Huek... pengen muntah, Diana kan adik iparmu sendiri, panggil adek atau apa gitu, tidak sopan sekali."

"Apaan sih, sirik aja deh lo." sarkas Andre menendang kaki kursi sepupunya.

Morgan berdiri berada antara dua sahabatnya.

"Woi! Woles bro!" seru Morgan ikut nimbrung menepuk pundak berdiri di tengah tengah dua sahabatnya.

Mengedikkan bahu pertanda agar Morgan menyingkirkan tangannya.

"Haha. Na, kamu liat sendiri kan kakak iparmu belakangan ini sering sensi, udah kayak cewek pms, emosian gak jelas." terang Morgan kembali duduk.

"Hei anak itik, diem lo. Nyahut aja." sewot Andre.

"Ulu ulu... lucunya bayi gede satu ini." goda Juno tak henti hentinya tertawa.

Raut wajah sepupunya merah padam, emosinya bisa meledak kapanpun, ingin rasanya Andre meninju wajah tampan Juno, mengingat disana ada Diana ia sedikit jaga perilaku.

Tentu. Ia tak mau dianggap arogan sehingga membuat Diana jauh, merasa tidak nyaman berada di dekatnya.

Keberadaan Diana seakan tak terlihat, ia menghela nafasnya berat, tujuan utama mereka semua berkumpul untuk membahas hal penting, eh ini pada ribut tidak jelas.

"Huuh!" hela nafas panjang Diana menggebrak meja.

BRAK

Ketiga pria tampan itu berhenti berdebat menoleh kaget, kompak menatap, melirik tajam pada ketiga nya. Untung saja saat ini ada didalam VIP room, tidak ada orang lain yang mendengar teriakan Diana.

"Berhentilah! dan duduklah! setidaknya kalian malu sama umur, hah! lo juga Ndre." gertak Diana berhasil membuat semuanya diam termasuk Andre.

"Oke aku duduk." ujar Andre nyengir kuda.

Ketiganya menuruti perintah, seperti anak anjing yang takut jika sang majikan marah.

Hening

Seperkiraan menit Diana baru membuka suara. "Susah susah aku atur waktu untuk melihat kalian bertengkar, iya."

"Tidak begitu Baby." ujar nya coba mencari alasan.

Pufffftt

Dua pria menahan tawanya. Tentu pria yang menyandang sebagai kakak iparnya itu kesal lantaran terus diacuhkan.

"Baiklah. Apa yang kalian rencanakan." lanjut Diana setelah hening.

"Aku temukan ini." Andre berubah serius.

DEGH

Bola mata Diana membulat penuh. Dia tidak mengira dua orang yang selama ini bersikap baik padanya, ternyata musuh dalam selimut.

Foto kemesraan salah satu sahabat dekatnya di tengah keramaian jalanan kota tanpa peduli sekitar.

"Kamu yakin." ujar Diana dengan nada bergetar.

Andre terdiam satu anggukan berhasil membuat Diana paham. "Memalukan."

"Tenanglah Baby, sebentar lagi mereka berempat akan terima ganjaran atas perbuatan nya." kata Andre.

Juno menyahut. "Termasuk kamu pria brengsek."

"Kok jadi gue lagi." tidak terima.

"Berempat, siapa?"

"Sahabat kecilmu." sahut Morgan tubuh nya bergerak ke depan Diana  menyeruput Coffe Amerikano.

"Coba deh, kamu tebak siapa." timpal Juno menaikkan satu alis serius.

Lagi serius seriusnya malah diajak main tebak tebakan, ada ada saja Oppa korea satu ini.

Hufff... "Sahabatmu dari kota sebelah, itu si Uyang."

"Ujang." tebak Diana tepat sasaran.

"IYA." ucap nya kompak menikmati hidangan masing masing.

BERSAMBUNG

IPAR KEMATIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang