━ 𝐀𝐫𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐡𝐢𝐠𝐡?

1.6K 306 22
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

˚☽˚。⋆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

˚☽˚。⋆











⌗ 𝐀𝐫𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐡𝐢𝐠𝐡?

____________

TERBENAMNYA mentari diganti sinar bulan. Aram temaram menyapa surai legam. Sunyi merengkuh malam. Memandikan sosok itu dengan sinarnya. Ditemani hening ia bergerak, bibir pun terkunci rapat. Dingin yang menusuk tulang ditahan material hangat. Menghela lega atas hadirnya sebuah jaket yang membalut tubuh, ia kemudian mengambil sumber pengisi lapar lalu membayar dengan lembar kertas.

Kim Dokja lantas melangkah keluar supermarket. Ia membuka sebungkus roti yang baru saja ia beli tadi kemudian memakannya. Lalu kembali merenungkan apa yang terjadi kemarin malam. Tanpa sadar, wanita itu kerap muncul dalam benaknya.

Selama 18 tahun hidup, baru kali ini hatinya terasa bergemuruh dengan emosi aneh. Sukar untuk dijelaskan—mungkin bukan ranahnya untuk memahami.

Menghela napas, Kim Dokja menelan suapan terakhir sebelum membuang plastiknya ke tong sampah. Ia meneguk minum kemudian kembali berjalan. Menunduk, memandangi aspal yang entah apa menariknya.

Menyusuri malam sunyi, ia memikirkan bagaimana bagusnya bila ia bertemu dengan wanita yang kemarin. Secara sengaja maupun tidak, ia berharap akan terkabul dan berdalih dengan kalimat klise seperti, 'sebuah kebetulan kita bertemu'.

Mendengus, ia mengusap wajahnya sejenak. Mencoba mengalihkan angan dari wanita yang ia temui sesaat kemarin.

'(Full Name) ya? Dilihat dari perawakannya, dia lebih tua dua atau tiga tahun dariku.'

Mungkin efek mereka bertemu ketika Dokja sedang kembali dilanda bisikkan setan—emosi negatif yang seenaknya muncul ke permukaan. Bila itu sebabnya, masuk akal juga.

Ngomong-ngomong, selain itu (Name) cantik—

Tidak ... maksudnya iya. Frustrasi dengan pikirannya sendiri, lelaki itu lantas mengacak surainya.

Kendati segala buyar kala seseorang menubruknya. Secara refleks, Kim Dokja menahan bahu sang pelaku.

"Ah—maafkan saya," namun ucapan itu terputus ketika mereka bersirobok mata. Orang tersebut mengerutkan kening mencoba mengingat sebelum akhirnya memastikan, "Kim Dokja?"

Detik itu Kim Dokja bertanya apakah semesta sungguh mengabulkan monolognya?

Kim Dokja mengangguk singkat. Tanpa disadari, jauh dilubuk hatinya membuncah rasa senang.

Namun niatnya untuk bicara urung sejenak ketika mencium bau alkohol. Lelaki itu mengerutkan keningnya lantas menunduk menatap wanita dalam rengkuh.

"(Name)-ssi minum?"

Tanya itu dijawab dengan kekehan.

"Hanya sedikit."

Sedikit apanya. Di bawah remang-remang lampu jalan—sedikit tambahan dengan pencahayaan malam, pipi yang merona itu terlihat jelas. Senyum yang berbeda dari sebelumnya tampak lebih menggemaskan.

"Mau kemana?"

"Asrama," sahutnya sebelum permata jingga menatap arloji yang dikenakannya, lantas membelalak. "Oh?! Jam sepuluh?!"

Tubuhnya goyah, hak tinggi yang dikenakannya membuat ia semakin kesulitan. Kim Dokja membantunya menyesuaikan diri sembari menaikkan alis bingung.

"Asramaku sudah ditutup! Haish ... malang sekali nasibku ... "

Kalimat itu membuat Kim Dokja dilema.

"... saya belikan pereda mabuk dulu."

Wanita itu tak meresponnya. Kim Dokja menganggap hal tersebut sebagai persetujuan. Lantas ia memapah (Name) ke supermarket tadi.

'Sepertinya aku harus olahraga. Atau bila kekuatan dan badanku seperti Yoo Junghyuk, aku pasti bisa menggendongnya dengan mudah.'

Ia membantunya duduk di kursi depan sana. Kim Dokja menghela napas lega sebelum matanya mendapati lelaki berhidung belang mencuri pandang. Kim Dokja mengerutkan keningnya sebelum mengikuti arah pandang—oh.

(Name) mengenakan rok pendek. Hanya menutupi setengah pahanya.

Kim Dokja merasa aneh—ia tak suka. Lantas alisnya mengerut benci, menatap tajam pria tadi yang direspon dengan buang muka.

Jaket dilepas. Ditutupnya area yang menimbulkan rona tipis sekaligus emosi lain dalam dirinya.

Memang dingin, tapi dia masih bisa tahan. Selain itu, dia bingung bagaimana bisa wanita tahan lama menggunakan pakaian seperti ini.

"Tolong tunggu sebentar," ujarnya lembut yang disahut dengan anggukan.

Kim Dokja menatap ragu wanita yang matanya terpejam sambil mengangguk-anggukan kepalanya. Tak mau membuang waktu, secepat kilat ia membeli pereda mabuk dan kembali pada (Name).

Untungnya tak ada hal aneh yang terjadi, dan pria mesum tadi sudah pergi.

"Tolong diminum."

Wanita itu menurut.

Usai meminumnya, ia menjatuhkan kepalanya ke meja—sukses membuat Kim Dokja jantungan. Untuk refleks dia jauh lebih cepat. Kening (Name) mendarat tepat di telapak tangannya.

"Dasr ofria vrengsk ... !"

"???"

Bingung terlihat jelas. Gumaman tersebut sangat samar terdengar. Lantas ia terkejut kala (Name) tiba-tiba mengangkat kepalanya dan berteriak.

"DASAR PRIA BRENGSEK!!"

Kim Dokja tersenyum kaku.

"... aku?"

15 Januari 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

15 Januari 2023

𝐌𝐎𝐎𝐍𝐒𝐓𝐑𝐔𝐂𝐊! kim dokjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang