━ 𝐂𝐚𝐭𝐚𝐬𝐭𝐫𝐨𝐩𝐡𝐞

1.3K 282 41
                                    

⋇⋆✦⋆⋇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⋇⋆✦⋆⋇













⌗ 𝐂𝐚𝐭𝐚𝐬𝐭𝐫𝐨𝐩𝐡𝐞

____________

BERSAMANYA dunia terasa sempurna. Ia habiskan waktu demi waktu untuk sebuah konversasi. Tiap kesempatan digunakan untuknya menciptakan kenangan dengan sang punya sinar jingga. Dan Kim Dokja benar-benar menikmati waktu. Kedamaian tiap detik yang berlalu.

"Dokja," panggilan itu disahut dengan netra legam yang menoleh.

(Name) duduk di sofa, tepat di sebelah lelaki itu. Ia melipat tangan di bawah dadanya lantas menatap gawai lelaki yang dipenuhi tulisan.

Sudah setahun lebih, cukup untuk mereka lebih familiar dengan masing-masing. Apalagi keduanya memiliki kesamaan, walau dalam arti yang menyedihkan.

"Berbicara tentang novel yang selalu kau ceritakan itu ... "

Kepala perlahan ia sandarkan pada sofa. Ia terlihat berpikir sejenak. Kendati sang surai legam tetap menunggunya dengan sabar.

"Bagaimana bila hal itu menjadi kenyataan?"

Menaikkan sebelah alis, Kim Dokja memperhatikan bagaimana wanita itu menanyakan hal absurd. Ia tersenyum tipis pada sepasang permata jingga yang menatap matanya.

"Noona ada-ada saja," Kim Dokja menaruh ponselnya di atas pangkuan. Ia tertawa pelan sebelum mengulas senyum. "Bukankah itu bencana? Akan banyak yang berubah. Monster, manusia dengan kekuatan, konstelasi, dan lainnya."

"Lalu bagaimana denganmu?"

Kim Dokja tampak sedikit bingung.

"Maksudnya?"

"Maksudku apa yang akan kau lakukan. Bukan bagaimana dunia ini akan berubah."

Paham apa yang dimaksud, Kim Dokha mengulas senyum tipis.

"Aku ingin melihat ending dari cerita itu dengan mata kepalaku sendiri."

Jawaban itu disahut dengan wanita yang menatapnya dalam diam. Lantas Kim Dokja merasa malu sendiri sebelum mengalihkan pembicaraan.

"Kalau Noona ... ? Noona sendiri bagaimana?"

(Name) terdiam. Ia berpikir sejenak sebelum menatap langit-langit ruangan.

"Aku akan menemanimu," ia memberi jeda sesaat. "Toh hidup sama-sama kesepian. Bukankah lebih baik bersama saja dari pada sendirian?"

Tak sadar bahwa kalimat itu cukup ambigu, nona satu ini dengan santainya tersenyum puas. Kemudian menoleh untuk mendapati Kim Dokja yang menatapnya terkejut. Matanya membola dengan sedikit rona merah di pipi.

Sekon berikutnya, ia baru sadar kalau kalimat yang ia ucapkan bermakna lain.

"Melihat kau yang tidak menyanggah, kau tertarik ya?"

𝐌𝐎𝐎𝐍𝐒𝐓𝐑𝐔𝐂𝐊! kim dokjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang