7. Cooking class

97 65 197
                                    

Sehabis Dhio dan Naisha belanja bahan liwet ke pasar, kini giliran Jonathan, Jejen dan Tata membuat masakan. Nini sedang sibuk di kebun dan mereka tidak mau merepotkan dengan alasan perut kosong mereka yang minta di isi makanan.

Kebun nini tidak besar. Letaknya berada di samping rumah dekat kandang ayam. Nini menanam sayuran yang kemudian akan di jual ke pasar. Dari hasil panen, nini dapat membeli kebutuhannya maupun Tata. Memang tidak secara mewah, namun lebih dari cukup untuk mereka berdua.

"Jen, siapin Hawu (perapian) dulu gih!"

"Siap, Ta." Jejen pergi dari ruang tengah meninggalkan Tata dan Jonathan berdua. Ia pergi ke arah dapur untuk melaksanakan perintah Tata dengan semangat empat lima.

Jonathan duduk di hadapan Tata. Kepalanya menyamping, sibuk menatap Tata yang sedang memotong bawang. "Urang Ta?"

Tata menatap Jonathan sebentar sebelum menjawab, "terserah."

"Kalau motong tahu, Ta?"

"Boleh."

"Kalau duduk doang sambil natap kamu gini boleh?"

"Bo–" ucapan Tata terhenti. Matanya refleks menatap Jonathan.

Jonathan tersenyum membentuk
kawah di kedua pipi. Ekspresinya berubah kaget setelah Tata meneteskan air mata."Ngapain nangis, Ta?" Tawanya meledak detik itu juga. Jonathan mengambil alih talenan dan menggantikan Tata memotong bawang. "Bapernya gitu ternyata."

Tata melayangkan pukulan. "Perih, Jo!" bentak Tata mengalihkan perasaan yang tiba-tiba tidak karuan. Sungguh situasi yang memalukan seolah Tata terharu dengan perkataan Jonathan. Meski jujur Tata begitu terpana dengan senyum Jonathan.

Ekhm

"Oh gitu? Modus sama Tata pas urang gak ada?" Jejen kembali ke ruang tengah. Wajahnya cemong dengan noda hitam.

Jonathan mengehentikan kegiatannya sebentar untuk mengomentari Jejen. "Tata gak nyuruh maneh pake bedak, Jen."

Jejen hanya memutar kedua bola matanya. Ia kira Jonathan hanya bercanda, karena bisa hitam diwajahnya sama sekali tidak diketahui dirinya. "Berisik Jo." Jejen menatap Tata. "Tinggal apa, Ta?"

Tata berdiri dari duduknya. "Maneh tanya gih sama nini. Bawang merah, bawang putih sama cabainya ditumis dulu apa gimana?" Tata mengambil bahan yang telah dipotong Jonathan. "Maneh cuci beras, ya, Jo."

Jonathan mengangguk dan membawa beras untuk dicuci, sedangkan Jejen melenggang keluar menemui nini. Keduanya benar-benar menuruti perintah Tata dengan senang hati. Sungguh tim memasak yang kompak sekali.

Jejen pergi ke arah kebun. Dia melihat Nini sedang memetik tomat di bantu Naisha. Dhio bulak-balik mengangkat karung tomat yang sudah penuh ke dekat rumah.

"Ni," panggil Jejen yang membuat ketiganya menoleh. "Kata Tata, bawang merah, bawah putih sama cabainya di tumis dulu gak?"

"Iya, Jang," jawab nini setelah bergeser beberapa langkah dari tempat sebelumnya.

"Oke, ni!" Jejen memberi gestur hormat. Ia kembali masuk ke dalam rumah dan melapor pada Tata. "Kata nini iya Ta."

Jonathan keluar dari bilik kamar mandi yang letaknya beberapa langkah dari dapur. Celana dan baju panjangnya dilipat. Rambutnya terlihat basah. Ia memegang beras yang telah dicuci dan meletakkannya di dekat Tata.

"Tata gak nyuruh maneh keramas, Jo" kini giliran Jejen membalas candaan Jonathan.

"Sekarang maneh yang nanya ke nini, Jo." Tata menyempatkan menoleh di sela-sela kesibukan memasak. "Serai, daun salam sama daun jeruknya di masukan setelah apa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rumah Impian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang