17 | Sparring

176 31 8
                                    

SRANG!

Tubuh gadis itu bergetar. Dia menahan beban di tangan dan kakinya agar tidak goyah dari serangan lawannya. Sebisa mungkin untuk tidak menggunakan kemampuan magisnya, dan justru mengandalkan kekuatan fisiknya. Ini sudah ketiga kalinya dia merasa terdesak, ketahanan tubuhnya perlahan surut. Dia menatap lawannya itu dengan tatapan kesal. Proporsi tubuhnya dengan pria di hadapannya ini sangat jauh berbeda. Tinggi gadis itu bahkan hanya sampai sedadanya saja.

“Kuda-kudamu terlalu lemah, Calypso!” teriak seseorang dari luar area pertarungan. “Rock, jangan ragu-ragu dengannya! Cepat kalahkan dia!” lanjutnya. Disusul oleh para kru kapal yang bersorak-sorak mengikuti sang kapten.

SRANG!

Calypso melompat, atau lebih tepatnya terdorong cukup jauh hingga kehilangan keseimbangannya. Pria yang bernama Rockstar itu melesat, hendak menebasnya dengan sekali gerakan. Namun Calypso cepat-cepat mengangkat pedangnya, mencoba untuk mengaktifkan Haki senjatanya yang selalu saja macet.

“Sial!” umpatnya. Hingga serangan Rockstar pun tidak bisa dia elak, pedang kayu miliknya hancur berkeping-keping dan dia terlentang dengan ujung pedang kayu milik lawannya berada di ujung hidungnya.

“Ini sudah yang ke-46 kalinya kau kalah dariku, Nona.” Rockstar menjauhkan pedangnya dan mengulurkan tangannya untuk membantunya berdiri.

Calypso mendengkus. Menepis tangannya dan berdiri dengan usahanya sendiri. “Terserah! Aku tidak peduli! Aku akan mengalahkan kalian suatu saat nanti!” kesalnya menatap para kru bajak laut Akagami yang kini menertawakannya.

“Semangat yang bagus, Cebol! Jika ditotal ini kekalahanmu yang 989! Kau harus kalah 11 kali lagi agar mencetak angka 1000! Hahahaha!” seru Yasoop yang kemudian tertawa dengan terpingkal-pingkal.

Gadis yang hampir berusia 13 tahun itu meludah dengan kasar. Dia berlari dengan cepat dan menendang tulang kering pria berambut keriting tersebut. Tawa Yasoop langsung tergantikan oleh erangan kesakitan. Shanks terkekeh, dia mengambil pedang kayu yang baru, dan melemparkannya pada gadis itu. Calypso merengut, menatap tidak suka padanya. Dia sudah cukup kesal karena pertarungannya yang selalu berakhir kalah. Bahkan dengan Monster si kera saja dia kalah!

“Serang aku. Kau boleh menggunakan kemampuan magismu.”

Shanks berjalan ke tengah-tengah arena, yang merupakan tanah kosong cukup luas di tengah-tengah hutan pada pulau tak berpenghuni. Semua kru kapal mundur beberapa meter, memberi jarak pada mereka berdua, sebab pasti pertarungan selanjutnya akan cukup brutal karena menggunakan kekuatan elemental milik Calypso. Sejauh ini, yang bisa mengimbangi kemampuan magis Calypso hanya kapten dan wakil serta beberapa eksekutifnya. Tapi tetap saja, tidak ada satupun yang bisa gadis itu benar-benar kalahkan. Skill bertarungnya masih sangat jauh.

Calypso mengatur napasnya sejenak. Ini adalah kesempatannya untuk bisa menang. Posisinya mereka sekarang berada di hutan, tempat yang sangat menguntungkan baginya. Dia bisa menggunakan elemen tumbuhannya di sini. Tapi ... Lawannya adalah Shanks, kaisar laut yang tahu betul bagaimana kekuatan magisnya ini berkembang. Gadis itu mengeraskan rahangnya, dia yang pertama kali menyerang. Merangsek maju mengayunkan pedangnya ke arah pria berusia kepala 3 itu. Shanks tidak menyerangnya balik, dia justru menghindar dengan mulus. Sulur-sulur akar muncul dari tanah, bergerak untuk menangkap kaki Shanks yang lagi-lagi terus berhasil menghindar.

Ini yang Calypso tidak suka dari pria itu. Bukannya menyerang, dia justru terus menghindar. Pola pertarungannya itu tidak jauh-jauh dari menghindar dan menyerang dengan sekali gerakan pamungkas. Calypso harus membuat gebrakan terbaru. Dia harus membuat serangan dalam serangan. Ayahnya itu boleh saja menghindar serangan dari depan, tapi dia tidak boleh menghindar serangannya yang muncul dari belakang.

Under The PaintTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang