11 | Pinky Promises

196 29 1
                                    

“Sekarang, anak itu dilindungi langsung oleh pihak Celestial Dragon. Ada kemungkinan mereka akan memintanya untuk tinggal bersamanya.”

Benn menyesap rokoknya. Menatap Kaptennya yang berdiri di belakang haluan kapal. Angin malam menggerakkan rambut dan pakaiannya. Dia terlihat sangat serius saat Benn mengajaknya untuk membicarakan topik ini, setelah Shanks menjelaskan secara rinci apa yang terjadi di Marijoise. Pria berambut hitam itu sedikit tidak percaya saat Shanks mengatakan jika Calypso diselamatkan dari perbudakan oleh kakeknya. Ayah kandung Shanks yang sebenarnya. Sejak kedatangan salah satu Gorosei dan mengetahui identitas asli kaptennya, Benn jadi semakin waspada dalam mempertimbangkan segala keputusan yang diambil oleh sang kapten. Posisi mereka sekarang benar-benar sangat abu-abu. Mereka dikejar angkatan laut, tapi di sisi lain mustahil Shanks akan ditangkap begitu saja mengingat ada pihak Gorosei di belakangnya.

“Tidak. Jika mereka menginginkan Calypso untuk tinggal di Marijoise, tidak mungkin aku dibiarkan pergi membawanya. Aku bisa saja dihentikan oleh kesatria Holy Knight yang dimiliki oleh mereka.”

Benn menghela napas, menghembuskan asap hasil rokok tersebut. “Mereka tidak menyerang karena kau putra pemimpin kesatria tersebut.”

Shanks mengusap wajahnya kasar. “Ini benar-benar membuatku bingung.”

“Tapi Shanks, yang dikatakan oleh penyihir itu ada benarnya. Kau harus mulai memberitahu segala hal tentang dirinya. Tentang siapa ibunya. Tentang dirimu juga. Kau tidak bisa mengekangnya dalam ketidaktahuan. Dia akan tumbuh besar, Shanks. Tidak mungkin dia selamanya berada di sisimu.”

Shanks berbalik, menatap wakilnya dengan tatapan tajam. “Kau ingin aku mencabut peraturan tersebut?”

“Sekarang aku bertanya, apakah kamu merasa aturanmu itu cukup bisa membantunya?”

“...”

“Calypso adalah anak yang penuh dengan rasa penasaran di kepalanya. Dia tidak pernah berhenti bertanya. Suatu saat kau harus bisa menerima apa yang ingin dia pilih dan apa yang ingin dia lakukan. Kau tahu mengekangnya sama saja membunuhnya.”

Pria berambut merah itu tak bergeming. Terlihat tidak bisa membalas perkataannya. Alhasil dia menunduk, wajahnya mendadak murung.

“Kau dengar apa yang dikatakan penyihir itu barusan? Dia mewarisi kemampuan magis yang dimiliki ibunya. Besar kemungkinan dia juga mewarisi kemampuanmu. Kita harus mulai mengasahnya agar tidak ada lagi kejadian kecolongan seperti kemarin.”

“...”

“Memang, kekuatan besar seperti Angkatan Laut akan menaruh perhatian padanya. Tapi percayalah, akan sulit menyentuhnya jika dia bisa melawan dan membela dirinya. Kita akan mengawasinya dan melindunginya dari jauh. Itu seharusnya peran orang tua yang bisa kau lakukan!”

“Oh, Benn. Kau terdengar seperti ayah yang sesungguhnya bagi Calypso!”

Benn menyesap rokoknya lagi, menghembuskan asapnya tak lama kemudian. “Aku tidak keberatan menjadi ayahnya. Orang-orang yang tidak tahu bahkan menyangka jika dia putri—”

“Calypso itu putriku! Aku yang membuatnya bersama Karina!” sanggah Shanks tidak terima. Dia mengacak-acak rambutnya, merasa lelah dengan apa yang telah terjadi selama dua minggu terakhir. Dia kurang tidur, dan bahkan telat makan. Mungkin dia kehilangan sedikit berat badannya. “Tapi aku akui yang kau katakan tadi ada benarnya juga, Benn.”

Benn menaikkan salah satu alis. Menyeringai. “Kau akan melakukan apa yang aku katakan?”

Butuh beberapa detik bagi Shanks untuk menjawab. “Ya. Pelan-pelan, aku harus melatih kemampuan elemen alamnya dulu,” ucapnya. Lalu pergi meninggalkan haluan menuju kabinnya.

Under The PaintTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang