Malu

71 1 0
                                    

"Baby ayo aku anterin pulang." tawar Andre mengikuti kemana arah langkah Diana pergi.

"Sorry."

"Kok maaf, emang kamu punya salah apa sama aku." heran Andre mengkerut dahi.

Sedangkan Diana mekirik pria di sampingnya acuh.

"Dimana mang Joni, kenapa lama sekali, bilang nya cuma pergi sebentar, ini udah setengah jam dari aku masuk restoran." lirih nya Gelisah, beberapa kali melihat kearah arloji di pergelangan tangan nya sembari celingukan kearah jalan raya.

"Butuh tumpangan." tawar Andre, lagi lagi dicuekin.

"Tidak." tolak nya tanpa basa basi.

Terdengar helaan nafas berat. "Kenapa lo, kesel sama aku." ketus Diana.

"Iya." jawab Andre apa adanya.

"Ya udah sana pergi, ngapain disini. Nyepetin mata." sinis nya.

"Kamu sakit mata." polos Andre pura pura bodoh.

Mencimingkan muka. "Lo pikir aja sendiri."

"Ketus amat, lembutin bicaranya bu." lirih Andre mendapat pelototan tajam.

Pria itu menggeleng pelan, menghadapi bumil satu ini memang harus extra sabar apa semua wanita hamil begitu? ia kudu mengesampingkan ego agar bisa dekat dengannya, entah mengapa ia sangat yakin berharap anak itu adalah salah  satu sperma yang berhasil masuk ke dalam sel telur dan terjadilah proses  pembuahan. Memikirkan hal itu saja sudah buat dia cengengesan, ah tidak sabar aku jadi ayah.

'Idih ... ini orang satu ngapa.' batin orang berdiri di samping pria tampan terheran heran.

Ganteng kok sengklek, mana masih muda, jangan jangan gila lagi, kasian! begitulah kira kira tanggapan ibu ibu itu.

"Gimana, kamu... dakocan." teriak Andre tersentak sampai mundur beberapa langkah dari posisinya berdiri.

PLAK PLAK

Tamparan keras mendarat pada kedua pipi mulus pemuda tampan berkebangsaan Amerika dan Indonesia itu menoleh ke kanan, kiri. Bukan hanya satu tetapi dua pukulan sekaligus telapak tangan berukuran cukup besar dari wanita muda umumnya.

Ada yang tau dakocan, itu boneka karet dari Jepang berwarna hitam, dulu pernah ngetrend tahun 60-han dalamnya berisi udara, bentuk seperti orang memeluk sesuatu, bisa diletakkan di lengan, bagi belum tau aja ya.

Nah, Andre sedang membayangkan nanti setelah kelahiran anaknya. Mungkin. Kedua mata terpejam, tiba tiba ia dikejutkan oleh perempuan berkulit hitam dengan riasan mencolok, anting besar seukuran gelang tangan, bulu mata pasangan berwarna putih, bibir hitam tertutup lipstick warna merah cerah, rambut keriting, sepertinya dia berasal dari luar, dilihat dari postur tubuh nya, tentu saja ia kaget bukan main.

What?

HUAAHAAA

Tawa renyah dari segala arah, kebetulan suasana sedang ramai, banyak orang berlalu lalang, sontak Andre jadi pusat perhatian.

Dimana Diana? pertanyaan pertama yang terlintas di otaknya, tidak mungkin, dia belum menolak atau mengiyakan ajakan ajakan untuk pulang bareng.

Mungkin wanita tadi tidak tau bahasa, ia cukup tau mengenai Dakocan, dia mengira pria tampan itu mengatai fisiknya Body Shaming.

"Perasaan semalam aku tidur nyenyak, no sleeping." gerutu Andre selain malu kedua pipinya merah cap jari lima.

"Ndre."

"Apa." acuh.

Padahal dia tau wanita memanggilnya itu jelas suara paling candu tersimpan di otaknya.

"Haahaa... pipimu kenapa?" tawa Diana pecah namun segera menetralkan ekpresi nya.

"Aku pulang." cemberut Andre berbalik akan membuka pintu stir mobil.

"Tunggu...!"

Diana berdiri merentangkan kedua tangan coba menghentikannya.

"Don't stop me."

Tak mau ambil pusing Andre pun berjalan memutari mobil, keberadaan wanita yang selalu jadi prioritas sehari hari kini teracuhkan.

"Dihh... gue dicuekin, woy!" seru dengan nada tertawa. Pria itu tetap kekeh berjalan memutari mobil duduk samping stir.

Didalam sana pria tampan raut wajahnya berantakan hendak bergeser dari jok ke sisi sebelahnya. Pintu mobil terbuka, menutup nya segera Diana duduk santai bersiap melajukan kendaraan beroda empat.

"Baby."

Wusshh

Baru hitungan detik mobil melesat cepat kilat meninggalkan parkiran restoran tersebut. Keahlian menyetir Diana tak diragukan lagi, dulu ia sering mengikuti balapan liar, sering kali ia turun menjajal kegesitan nya di jalanan, puluhan menang diajang kompetisi, resmi maupun ilegal.

BERSAMBUNG

IPAR KEMATIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang