Raya memarkirkan mobilnya tepat di pelataran parkir lokasi syuting usai membelikan kopi untuk Aline. Dari kaca spion ia melirik Lamborghini yang kini mulai ikut-ikutan parkir di sebelah mobilnya yang kebetulan masih memiliki space kosong.
Demi Tuhan, bukannya norak tapi Raya selalu menebak-nebak apa sih sebenarnya pekerjaan orang-orang di balik kendaraan mewah itu? Berapakah penghasilan mereka sebulan sampai bisa dengan mudah memutuskan untuk membelinya? Dan kira-kira butuh berapa lama mereka menabung hingga wishlist untuk punya mobil sekelas Lamborghini itu bisa terwujud?
Kalau Raya punya uang sebanyak itu mending...
Oke, lupakan. Raya tentu tidak akan bisa mengerti jalan pikiran orang kaya. Karena ini jelas bukan untuk dirinya si kaum mendang-mending yang kalaupun harus menjual ginjal belum tentu bisa ikut-ikutan membelinya.
Tak ingin ambil pusing Raya pun memutuskan untuk keluar dari mobil, namun alangkah terkejutnya ia saat pengemudi Lamborghini tersebut ikut-ikutan membuka pintu. Kalau kalian pikir Raya terkejut hanya karena melihat cara pintu Lamborghini itu terbuka tentu kalian salah besar karena dibandingkan itu Raya lebih kaget lagi saat melihat sosok yang keluar di dalamnya.
"Dirga?" ucap Raya dengan pupil mata melebar saat mengetahui pemilik Lamborghini berwarna metallic grey itu adalah Dirga.
"Non? Kok lo di sini?" sahut pria itu ikutan kaget.
Mulut Raya sontak ternganga. "Harusnya gue yang nanya itu. Lo ngapain di sini?" lanjutnya sambil menyipitkan mata curiga. "Lo ngikutin gue?"
Dirga tertawa disela kebingungannya. "Ngikutin gimana? Orang gue gak tahu kalau lo juga ada di sini," lanjut pria itu yang juga tak menyangka akan bertemu Raya di sini. "Kalau tahu pasti gue udah ajak lo pergi bareng."
"Terus lo ngapain ada di sini?" tanya Raya kini beralih menatap take away makanan dari salah satu restoran Jepang yang ada di tangan Dirga.
"Ada lah, mau ketemu orang," ucap pria itu sebelum melempar pertanyaan. "Lo kerja di sini, Ray?" Matanya terarah pada paperbag dengan logo Starbucks yang ada di tangan Raya.
Raya berdehem pelan sambil melangkah beriringan masuk ke dalam gedung itu.
"Kerja di bagian apa?" tanya Dirga penasaran.
"Asisten."
"Asisten sutradara?" tebak Dirga.
Raya menyemburkan tawa. "Asisten pribadi," balasnya membuat Dirga sontak menoleh ke arah Raya sepenuhnya. "Cewek mabuk yang malam itu lo tolong dan anterin pulang ke apartemen sebenarnya dia itu Boss gue. Kalau lo lupa dia Aline, anak majikan tempat Nenek gue kerja dulu."
Dirga sontak tertegun mendengar ucapan Raya barusan. Seiring dengan ingatan masa lalunya yang kini kembali muncul saat nama Aline disebut. "Si princess Aline yang jadi alasan kenapa lo iri dan kepengen buat dipanggil Non juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet Again
RomanceDemi membalas budi pada keluarga Tan yang telah berjasa dalam merawat dan membiayainya selepas kematian sang Nenek, Naraya Ayudia rela bekerja sebagai personal asisten dari anak tunggal mereka yang tak lain adalah Aline Tan-si artis kenamaan yang te...