08 • Seberapa Pantas

7.2K 896 109
                                    

Raya terbangun saat mendengar suara bising dari arah luar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raya terbangun saat mendengar suara bising dari arah luar. Kelopak matanya yang sebenarnya masih ingin terkatup perlahan mulai terbuka saat menyadari kalau suara itu bukannya berhenti tapi malah semakin nyaring.

Perlahan Raya bangkit dari posisi tidurnya. Dia tersentak saat menyadari kalau kini sebuah plester demam sudah tertempel di dahinya. Raya terdiam untuk beberapa saat sambil berpikir apakah Dirga yang menempelkan benda itu padanya? 

"Kamu ini apa-apaan sih, Mas? Udah gila ya kamu!" Seruan itu membuat Raya perlahan bangkit dari tempat tidur dan berjalan mendekati pintu untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Jangan kenceng-kenceng nanti dia bangun," balas Dirga berusaha untuk meredam amarah seorang perempuan muda yang ternyata adalah aktris pendatang baru yang menjadi lawan main Aline.

"Biarin aja dia bangun. Memangnya aku peduli? Enak banget ya Mas bawa cewek masuk ke apartemen. Kalau orang lain tahu gimana?" ucap perempuan itu dengan suara lantang.

"Kamu tenang dulu, biar Mas jelaskan." Dirga masih berusaha membujuk wanita itu.

"Mau jelasin apa lagi? Emangnya aku anak umur lima tahun yang bisa dengan mudahnya Mas bohongi," balas perempuan itu dengan tangan terkepal dan wajah memerah menahan amarah. "Aku gak mau tahu pokoknya Mas harus usir wanita itu sekarang juga!"

"Ya, dia lagi sakit," balas Dirga memberi tahu. "Kamu tega minta Mas usir dia dengan keadaan kayak gini."

"Aku gak peduli. Mas mau aku yang usir perempuan itu atau Mas sendiri yang gerak sekarang juga?" lanjutnya dengan penuh keseriusan.

"Ya, bisa gak kamu bersikap dewasa sekali aja?" Dirga berujar sambil mengusap wajah frustasi.

"Dewasa? Jangan ngajarin aku buat dewasa kalau Mas sendiri gak mencerminkan gimana orang dewasa itu bersikap semestinya," balas perempuan berwajah cantik itu telak. "Oke, kalau emang Mas keberatan dengan permintaanku. Simpan aja perempuan itu di apartemen Mas, tapi jangan harap bisa ketemu aku lagi," putusnya mutlak membuat Raya mau tak mau harus keluar dari persembunyiannya.

"Maaf menguping pembicaraan kalian," ucap Raya membuat Dirga dan perempuan itu lantas menoleh bersamaan ke arahnya. "Tapi saya memang akan pulang hari ini," balasnya sebelum berbalik ke kamar Dirga untuk mengambil handphone-nya. Membuat Dirga lantas dengan cepat menyusul Raya yang kini sudah bersiap-siap untuk pergi.

"Lo belum sembuh total Non. Di sini aja," ujar pria itu membuat Raya lantas menggeleng.

Dirga ini kadang bodohnya kelewatan. Sudah tahu pacarnya marah karena melihat Raya berada di sini tapi bisa-bisanya ia masih menahannya untuk pergi.

"Gue udah baikan kok," ucap Raya memberi tahu. "Thanks ya. Tapi kayaknya gue emang harus pulang."

Tanpa memperdulikan Dirga, Raya pun mulai keluar dari kamar. Dia masih menyempatkan diri menatap perempuan itu yang kini tampak bersidekap sambil terang-terangan menelitinya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Semoga saja dengan tampang Raya yang seperti ini, perempuan itu tak menyimpan kecurigaan padanya tentang hubungannya dengan Dirga yang tak lebih dari sebatas teman.

When We Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang