Bagian 36 - Last Scene

5 4 0
                                    

Jangan lupa vote sebelum lanjut baca, ya!
Happy reading^^

"Carissa, aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu, Aksana."

"CUT!" Rezki mengangkat tangan, dilanjutkan dengan suara tepukan yang gemuruh di sekitarnya. Tercipta senyuman yang begitu dahsyat ketika ia mengetahui bahwa proses syuting ini telah selesai.

"Puji Tuhan, setelah menghabiskan begitu banyak waktu dan melewati banyak rintangan, akhirnya film ini dapat diselesaikan dengan baik. Saya Rezki Alam Sianturi mengucapkan banyak Terima kasih pada pihak yang telah terlibat dalam pembuatan film ini termasuk Axcel, Lena, dan Arum selaku penulis dari buku Sang Pengagum. Semoga film ini sukses sampai penayangan nanti. Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih." Rezki menundukan badan sebagai bentuk hormat. Semua orang pun bertepuk tangan terutama Arum yang terharu karena film adaptasi novelnya telah selesai.

Semua pemeran dan juga kru film Sang Pengagum mulai berhamburan setelah merapikan lokasi syuting terakhir. Sementara itu, Rezki berjalan ke arah Arum yang tampaknya masih ingin jalan-jalan di sekitaran sana.

"Rum, bagaimana kalau kita jalan - jalan sebentar? Kira - kira kamu kuat, nggak?" ajak Rezki sambil memiringkan kepala kepada Arum yang tengah terduduk.

"Oh, kuat kok, Mas. Harusnya saya yang bertanya begitu, soalnya Mas Rezki sibuk sekali di sini. Mungkin butuh waktu untuk istirahat," ucap Arum merasa tidak enak.

"Hm, iya, sih. Bagaimana kalau kita jalan - jalannya besok? Rencananya saya ingin mengajak para kru ke Istanbul sebelum pulang ke tanah air." Rezki tiba - tiba mengalihkan rencana karena tubuhnya memang terasa remuk.

"Oh, boleh banget! Kalau begitu, selamat istirahat, Mas Rezki."

"Kamu juga harus istirahat, ya, Rum. Perjalanan Sang Pengagum ini masih cukup panjang. Jadi, jangan sampai kamu sakit."

•••

Rezki dan Arum menyusuri jalanan yang indah di Turki. Arum menatap tenang bangunan bernama "Hagia Sophia". Mesjid yang sebelumnya merupakan gereja yang dibangun pada abad ke-6 atau sekitar tahun 532-537 masehi pada masa Kekaisaran Bizantium. Ada banyak sejarah yang terukir dalam bangunan tua itu. Akan sedikit panjang jika harus diulik dari berbagai macam sudut pandang.

"Indah sekali, ya, bangunannya." Arum tersentak kaget ketika Rezki tiba - tiba duduk di sebelahnya. Wanita itu mengangguk seakan setuju dengan ucapan Rezki.

"Iya, sejarah dari bangunannya pun membuat takjub. Apalagi sekarang bangunan itu ada di depan mata, MasyaAllah." Rezki melirik ke arah Arum, pengucapan kata pujian dari mulut Arum sudah menjadi tanda bahwa Arum jelas berbeda dengannya.

"Arum, saya mau berterima kasih sama kamu. Terima kasih karena sudah memberikan kepercayaan penuh atas film Sang Pengagum ini. Dari awal pertemuan kita di gedung Viosinema, saya sudah menaruh harapan tinggi pada film ini. Ketika melihat kamu, saya merasa film ini akan menjadi film terbaik yang pernah saya sutradarai. Terima kasih karena kamu sudah memberi perhatian pada semua kru sehingga mereka antusias untuk terus memperjuangkan film ini. Saya jamin, saya yakin, kalau film ini akan mencetak sejarah dari segala film yang pernah saya sutradarai. Dan yang terakhir, saya suka sama kamu, Rum." Arum melihat Rezki dengan tatapan sedikit terkejut sementara Rezki mengukir senyum di wajahnya.

Adzan dzuhur berkumandang, Rezki dan Arum mengalihkan pandangan pada sumber suara yang berasa dari mesjid. Tamparannya begitu keras, ya, Rezki.

"Sepertinya itu tamparan untuk saya, ya, Arum." Rezki tersenyum simpul, sementara Arum menatap Rizki dengan mata berkaca - kaca.

"Rum, saya tidak akan pernah memaksa apa yang memang bukan hak saya. Mungkin menyukai kamu itu adalah salah satu pilihan dan bisa diwujudkan. Tapi bagaimanapun, saya tidak akanmelawan kodrat yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Doakan saja semoga saya bisa bertemu dengan Arumie dengan versi seiman," sambung Rezki dengan suara yang sangat tenang.

"Mas Rezki, terima kasih atas rasa suka yang Mas Rezki ungkapkan. Saya hanya manusia biasa, saya tidak sesempurna yang Mas Rezki katakan. Saya akan selalu mendoakan orang baik seperti Mas Rezki, orang yang tidak pernah menyerah atas segala masalah yang dihadapi selama syuting, pengambil keputusan terbaik, dan juga murah hati. Mas Rezki pantas mendapatkan wanita yang lebih dari saya, maaf karena ternyata kita tidak bisa memaksakan apapun dalam takdir kita. Sekali lagi terima kasih, jangan pernah berdoa untuk meminta yang seperti saya, minta lah pada Tuhan untuk mengirim wanita dengan kriteria terbaik dan mampu menjadi pendamping hidup Mas Rezki hingga akhir hayat nanti." Arum merekahkan senyuman di wajah, ia merasa bersyukur karena sudah dicintai oleh banyak orang.

"Terima kasih, semoga kamu juga bertemu dengan laki – laki yang terbaik. Yang tentunya seiman dengan kamu. Jangan lupa setelah kita pulang nanti, sampaikan salam saya pada Abi, ya. Terima kasih karena sudah menciptakan wanita berhati malaikat bernama Arumie." Senyuman diantara keduanya kian merekah. Tak ada satupun dari mereka yang saling menahan sehingga kata ikhlas lebih bisa dimaknai dalam percakapan ini.

"Oh, ya. Ini hadiah dari saya. Saya nggak tau kamu bakal suka atau nggak. Tapi semoga suka, ya." Rezki memberikan paper bag berwarna biru dongker pada Arum. Wanita itu menutup mulut lantas menganggukan kepala berkali- kali. Apapun hadiahnya, ia pasti menyukainya.

•••

Sesampainya di hotel, Arum membuka paper bag itu. Di dalamnya ada sebuah scarf dengan perpaduan warna biru dan putih. Ia tersenyum lebar, scarf itu tampak cantik dengan motif bunga - bunga yang bermekaran. Selain scarf, ada secarik surat yang sukses membuat Arum tersenyum haru.

Arum, saya masih Rezki yang kamu temui ketika buku Sang Pengangum akan difilmnkan.

Saya hanya sutradara yang mengatur setiap alur cerita. Saya juga tidak memiliki hal yang spesial.

Saya hampir melepaskan kesempatan untuk menyutradarai film ini. Namun, ketika saya melihat kamu. Semangat dalam diri saya seketika membara. Saya mulai berpikir bahwa film ini harus sukses bagaimanapun caranya.

Kamu memiliki energi positif yang mampu menarik semangat dalam diri saya. Terima kasih.

Ini hanya sebagian kecil dari rasa syukur saya kepada Tuhan. Hadiah ini menjadi lambang bahwa saya sangat - sangat bersyukur karena telah dipertemukan dengan wanita sebaik kamu. Maaf karena saya sudah mengungkapkan perasaan yang tidak biasa, lupakan saja.

Berbahagialah, Arumie.

Setelah melakukan doa malam, Rezki merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Air matanya turun begitu saja. Padahal sebelumnya, ia menyampaikan perasaannya dengan lugas. Namun, ketika ia sendiri, hatinya teramat rapuh. Sama seperti manusia pada umumnya.

"Tuhan, terima kasih sudah mengantarkan aku pada akhir dari rasa kagumku, semoga Arumie selalu bahagia."

Sang PegangumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang