3

4.7K 402 31
                                    

_

Laksa menepuk punggung Lewis menenangkan, wajah pemuda itu terlihat flat tanpa ekspresi yang mengatakan jika ia bersalah. Sedangkan Lewis, pemuda itu masih sesegukan dipelukan Laksa, mereka masih ditempat yang sama, yang untungnya ada beberapa kursi tak terpakai untuk dijadikan tempat duduk

Suara sesegukan terdengar semakin keras, dengan nafas Lewis yang tersendat-sendat

"udah" ujar Laksa santai, membuat Lewis langsung menatapnya tajam, tubuhnya sakit, apalagi bagian belakangnya

"Kamu kenapa lakuin hal seperti itu?" Tanya Lewis keras, ia menatap Laksa dengan tajam, ya walaupun ia sekarang berada dipangkuan pemuda itu, sungguh Lewis tak berani bergerak untuk sekarang

Laksa tersenyum main-main, ia membalas tatapan Lewis dengan ekspresi menjengkelkan "kenapa hm? itu sebuah kemauan, dan gue mau melakukannya" balasnya dengan santai

Lewis mendengar perkataan itu langsung bergerak mendorong tubuh Laksa, tapi kerugiannya ia jatuh ke lantai yang kotor dan membuat beberapa bagian tubuhnya yang sakit semakin sakit

"ahh ssstt"

Laksa yang melihat kejadian itu hanya menghela nafas, ia turun, menjadikan satu lututnya sebagai tumpuan "itu hukuman karena lu udah berani berbohong sama gue" ujar Laksa dengan nada yang amat datar, lalu setelahnya ia tanpa perasaan pergi melangkah meninggalkan Lewis yang mulai menangis kembali

Tubuh Lewis sakit, apalagi bagian belakangnya yang semakin berbenturan dengan kerasnya lantai tadi, itu sangat sakit, Lewis hanya mampu menangis, menangis dengan kejadian yang menurutnya menjijikkan

Hingga matahari mulai naik ke atas dan daerah tempat Lewis duduk mengenaskan terasa panas, dengan sekuat tenaga pemuda itu mencoba bangun, tapi sebelum bangun suara beberapa langkah kaki terdengar mendekat

"wow siapa ni" celetuk salah satu orang itu, membuat Lewis menunduk, menatap sepatu 3 orang disana

"gue baru tau tempat ini jadi sarang pembullyan" ujar satunya lagi, suara terdengar menenangkan bersamaan dengan langkahnya semakin mendekat ke arah Lewis

"lihat gue" perintah pemuda itu selanjutnya, tetapi dibalas keterdiaman oleh Lewis

Pemuda yang pertama mengeluarkan suara cekikikan, suaranya seperti pemuda yang nakal, jadi cukup cepat untuk dikenal

Pemuda yang didepan Lewis berdecak dan dengan terpaksa merendahkan tubuhnya, lalu mengulurkan tangannya untuk mengangkat wajah Lewis menatapnya, tapi tangan Lewis tak membiarkan, ia menepis tangan pemuda itu dengan kasar

Pemuda didepan Lewis terkejut, ia menoleh mendapati kedua temannya yang salah satunya terlihat menahan tawa

"cih ketawa aja kalo mau ketawa" ujar pemuda itu dengan nada datar, membuat temannya itu menyemburkan tawanya dengan keras

"anjing hahaha baru tau gue panglima perang bisa juga ditolak" ujar pemuda itu dengan suara tawa yang tak berhenti

Alastar, nama pemuda didepan Lewis itu hanya mendengus, tapi ia tak mempedulikan temannya lagi, ia kembali menatap tubuh Lewis yang terlihat berantakan

Alastar berdecih sekali lagi 'ada ya cowo jaman sekarang nangis?' lalu dengan cepat ia menarik wajah Lewis hingga benar-benar menatap padanya, tapi setelah melihat wajah Lewis , jantung Alastar berdetak begitu cepat, wajah didepannya sungguh sangat ia kenal, pemuda didepannya adalah teman musuhnya, Lewis

"tar diem wae" Andrew, teman Alastar yang baru saja tertawa merenggut kesal karena diamnya sang teman, lalu maju untuk menyadarkan, tapi setelahnya reaksi pemuda itu cukup sama dengan Alastar, membuat satu pemuda lagi ikut maju hingga ketiganya terdiam menatap wajah berantakan milik Lewis

Sedangkan Lewis, pemuda itu memegang tangan Alastar dengan sedikit erat, ia ingin menariknya tapi tenaganya terkuras habis sehabis menangis

"di-dia bukannya temen bajingan itu" ujar Andrew dengan suara tersendat

Alastar beserta pemuda yang sedari tadi diam tak menyahut, mereka hanya diam dengan fikiran mengelana, tidak mungkin teman seorang Laksa bisa dibully jika tidak dengan persetujuan pemuda itu

"Lepas" Lewis bersuara dengan lirihan, suaranya terdengar serak dengan sesekali sesegukan terdengar, air matanya sudah berhenti entah sejak kapan

Alastar tersadar, tapi ia tak melepaskan cengkeramannya pada kedua pipi Lewis, tetapi dengan sekali gerakan ia memukul tekuk belakang Lewis hingga membuat pemuda itu jatuh tak sadarkan diri

"kita bawa ke markas" ujar Alastar dengan senyum licik, ia menatap ke arah pemuda yang sedari tadi diam, lalu tanpa beban meninggalkan mereka yang disana

"lah, siapa yang bawa ni orang cok?" Tanya Andrew bingung, ia ingin memprotes jika harus ia yang membawanya, tapi tatapan pemuda disampingnya langsung membuatnya kicep

_

"rotasi aellah, ini gue sendirian, masa si lu pada"

Teriakan yang berisik dari arah yang cukup jauh terdengar, Lewis yang perlahan-lahan membuka matanya mulai tersadar, pertama kali ia lihat di penglihatannya adalah poster gambar tengkorak yang sekelilingnya terdapat beberapa ular yang membuka mulutnya masing-masing

Lewis mengernyit, lalu menatap ruangan yang sekali lagi terlihat asing, ini dimana? dan apa yang terjadi? pikiran Lewis mengelana bahkan tanpa sadar jika pintu yang tertutup diruangan itu

cklek

"tubuh lu ada yang sakit?" pertanyaan itu berasal dari orang yang baru saja membuka pintu

Lewis langsung menoleh, ingatan pertama yang muncul diotaknya adalah gambaran tokoh di dalam novel.
Andrew Mavendra, ia adalah tokoh figuran yaitu sebagai teman sang tokoh utama pria.
Tapi setelah gambaran itu hilang, kejadian yang terakhir kali muncul kembali membuat tubuh Lewis menegang

"bengong ae, gue nanyak di jawab bukannya bengong" ujar Andrew keras menyadarkan lamunan Lewis

Lewis memilih diam tak menjawab, lalu secara perlahan bangun untuk duduk tetapi punggungnya sampai bagian bawah terasa sakit "sssttt"

Andrew berdecak, ia mendekat lalu membantu Lewis untuk duduk dan bersandar pada sandaran kasur "apa yang sakit?" tanyanya dengan nada yang terdengar menahan kesal

Lewis sedikit menutupkan matanya, lalu menjawab dengan suara lirih "punggung"

Andrew mengangkat sebelah alisnya bingung, tapi tak lama segera mengangguk, lalu bergerak mengambil kotak p3k yang terletak dilemari samping kasur

"mana gue obatan" ujar Andrew tanpa melihat Lewis, ia hanya mendekat lalu duduk dipinggir kasur, membuka kotak itu lalu baru menatap Lewis

Lewis menurut, ia bergerak secara perlahan memunggungi pemuda itu. Andrew sedikit puas, ia dengan perlahan pula mengangkat seragam bagian belakang Lewis hingga terlihat luka terkelupas dengan kulit berwarna ungu menyedihkan

"ini mah harus dikompres" desah Andrew, dia kira tadi Luka, soalnya pas bawa ni anak celana bagian paha ada darahnya

Lewis sedikit meringis, ia hanya diam, tak tau harus menjawab apa

"tunggu gue ambil es batu dulu" ujar Andrew dengan suara yang terdengar sedikit nada kasian

Lewis hanya mengangguk, ia menurunkan bajunya lalu kembali pada posisinya yang awal, bersadar pada sandaran kasur mencari kenyamanan, walaupun sesekali bibir pemuda itu mengeluarkan suara ringisan tanpa sadar

Adrew sedikit terkekeh geli, bocah ini kek alai ga si, cuma luka begitu, udah kek lagi sakit parah

_

apa wae

I am with all your prohibitions [BL Harem] ongoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang