_
beberapa hari kemudian, hari yang cerah dengan Lewis yang tiba-tiba datang menggunakan motor sendiri, heran dikit soalnya biasanya minta di antar jemput
"tumbenan lu motoran sendiri" ujar Laksa dengan raut wajah heran, ia menatap motor scoopy milik Lewis, gada yang aneh, tapi kebanyakan siswa disini memakai mobil dan motor besar, cuma milik Lewis yang menggunakan motor begini
Lewis menoleh, ikut menatap motornya yang berbeda sendiri, gimana ya Lewis gatau pake motor besar, nanti deh belajar
"yok lah ke kelas" ajak Lewis dengan canggung
Laksa masih diam, tapi tatapannya sudah beralih ke arah Lewis, siapa yang tak merasa heran? beberapa hari ini Lewis begitu berbeda, biasanya Lewis itu memiliki sifat barbar dan penuh ke agresifan, dan itu semua adalah sifat Laksa sebagai gambaran publik (semacam akting)
"gamau bolos aja?" tanya Laksa
alis Lewis terangkat sebelah, ia menatap Laksa yang seperti menatap mangsa yang sedang mencuri "ah yauda yok bolos" balas Lewis sedikit salah tingkah, anjir takut ketauan dia, jika sekarang jiwanya bukan Lewis sebenarnya
Sekali lagi Laksa terdiam, menggigit pipi bagian dalamnya mencoba berfikir positif, kenapa? kenapa reaksi nya seperti melihat Maurel pertama kali, plis Laksa tenang
Tanpa mengatakan sepatah kata lagi Laksa langsung melengos pergi yang langsung diikuti Lewis dibelakangnya, Lewis sedikit berlari kecil, entah mengapa langkah Laksa seperti langkah besar, padahal tubuh mereka tergolong memiliki porsi yang sama, bedanya tinggi badan Lewis lebih pendek dikit bat dari Laksa, dikit ya dikit
Terus melangkah hingga mereka sampai di tempat yang jarang ditempati siswa, sepi dan sedikit berbau lembab, rooftop sekolah
"Lak, kita beneran bolos?" tanya Lewis cepat, ia menatap Laksa dengan mata membesar, kan tadi Lewis pikir Laksa boonganLaksa tak menjawab, ia dengan sekali hentakan menarik lengan Lewis hingga menabrak tembok, lalu dengan sekali gerakan mengurung pergerakan Lewis menggunakan kedua tangannya, mengukuhnya di antara tubuhnya tak membiarkan Lewis bergerak pergi
Lewis berkedip, ia tadi dengan reflek memegang dada Laksa yang cukup terasa keras dikedua tangannya
"apa ini sifat asli lu?" suara serak dengan nada mengandung ketidaksadaran ini berasal dari Laksa, membuat Lewis yang masih sibuk dengan fikirannya tiba-tiba menegang
"iya?" Laksa kembali bersuara, sekarang suaranya terasa dalam hingga Lewis mau tidak mau menatap mata Laksa yang untuk pertama kalinya memperlihatkan tatapan yang begitu intens
Wajah Laksa tak ada ekspresi, bahkan lebih memperlihatkan kesuraman membuat Lewis tak bisa menjawab satu kata pun
"jawab" ujar Laksa keras, ia mengeratkan rahangnya saat melihat keterdiaman pemuda dikukuhannya
"maksud kamu?" tanya Lewis cepat, melupakan kata baku yang biasanya ia pakai
(saya-kamu, jiwa Lewis biasa pakai kata pengganti diri sendiri dan orang lain menggunakan ini, jika Lewis asli biasanya pakai lu-gue)
"kamu?" balas Laksa dengan nada bertanya
Lewis gelagapan "maksudnya lu, maksud lu apa?" ujarnya dengan terburu-buru yang tanpa sadar meremas dada Laksa ditangannya
Laksa sedikit berdesis, membuat tubuh Lewis semakin menegang, tapi tak lama suara kekehan kecil terdengar dari Laksa, lalu tak lama pemuda itu tanpa permisi menarik dagu Lewis hingga benda lembut saling menyatu
"...?"
Kepala Lewis terasa kosong, tatapan juga terasa kabur, tapi lama-kelamaan mata yang terasa kosong itu semakin melebar dengan tangan mencoba mendorong tubuh Laksa "mmmhh mhhh"
Lewis tak mengerti, apa yang sekarang terjadi, Laksa yang ia tau sangat posesif pada pemeran utama wanita, bahkan berbuat segala macam agar bisa mendapatkan sang pemeran utama, tapi sekarang ia sedang..
mencium dirinya, yaitu Lewis temannya sendiri
Rasanya Lewis ingin berteriak, tapi kesalahan kecil itu membuat mulutnya yang sedari tadi menutup terbuka, dan saat itu menjadi keberuntungan Laksa untuk lebih memperdalam pautan bibir mereka
"mmhhh emehh" Lewis semakin memberontak, tapi semakin bergerak semakin mendekatkan tubuh keduanya
Lumatan demi lumatan Laksa lakukan secara sepihak, rasanya ia ingin melahap Lewis hingga menyatu dengan tubuhnya, rasa manis bibir Lewis membuatnya tak ingin memisahkan pautan itu, tapi nafasnya semakin sedikit dan mau tau mau melepaskannya
"ahh nnghh" tidak berhenti, setelahnya Laksa melepas pautan bibirnya ia beralih mencium rahang Lewis hingga menurun keleher pemuda itu
"Laksa ahh apa yang kamu lakukan ngghh, lepaskan" pinta Lewis dengan suara yang melemah, ia terengah-engah dengan tangan mencengkram bahu Laksa yang semakin menurun
"nggak" tolak Lewis saat Laksa ingin membuka resleting celananya, ia menunduk menatap wajah Laksa yang terasa berantakan
Laksa tak peduli, pemuda itu dengan keras kepala menepis tangan Lewis yang ingin menghentikannya, menurunkan celana pemuda itu hingga memperlihatkan benda panjang yang terlihat mulai menegak
"Laksa" pinta Lewis dengan suara mengecil, walaupun begitu ia tak bisa berbuat lebih, Lewis juga terangsang dengan sentuhan Laksa, bendanya sudah terasa sakit dan itu terasa tak nyaman
"emmhh nghhh" desah pemuda itu tertahan, ia menunduk, melihat miliknya yang dikocok dengan cepat oleh pemuda dibawahnya itu
Semakin cepat tempo bergerak semakin rabun penglihatan Lewis, tubuhnya panas, bahkan tanpa sadar mendesah dengan suara yang terdengar merdu, tapi setelah pemuda itu hampir sampai pada ambang batasnya Laksa berhenti, membuat Lewis menatapnya dengan bingung
Senyum kecil dibibir Laksa terlihat, tanpa aba-aba ia berdiri membalikkan tubuh Lewis hingga memunggunginya, semakin menurunkan celana milik sang empu lalu meludah, dan dengan sekali hentakan memasukkan miliknya
"arghhh sakit, berhenti" Teriak Lewis tanpa sadar, ia mendorong perut Laksa dari belakang, sungguh sakit, tidak ini sangat sakit
Laksa tak peduli, tidak ada pelumas tapi sungguh Laksa tak peduli, ia bergerak cepat menyatukan bagian tubuhnya dengan Lewis, semakin cepat tembo ia bergerak, semakin kencang suara merdu Lewis berteriak, bahkan suara tangisan juga mengiringi desahan pemuda itu
Kaki Lewis semakin lama semakin melemas dengan miliknya yang mengeluarkan cairan putih kental. Lewis bertumpu pada tembok, mencoba menahan rasa lemas dikakinya, tapi lama-kelamaan kakinya semakin lemas hingga mau tak mau tubuhnya langsung limbung kebawah
Laksa tak berhenti, untuk sejenak menarik nafas lalu ia juga menurunkan tubuhnya, membalikkan tubuh Lewis, lalu kembali memasukkan miliknya, tak peduli jika punggung Lewis sakit dengan tas yang mamang berisi benda-benda padat yang terasa menyakitkan sekarang
"aahh nhh Laksahh berhenti nghh" Lewis meraung, ia memegang tangan Laksa dengan erat, suaranya semakin serak karena digunakan membuat suara-suara keras sedari tadi
Laksa tak mendengarkan, menambah tempo gerakannya hingga langsung berhenti dengan sekali hentakan, bersamaan dengan pelepasan kedua milik Lewis
Lewis tersendat, ia sedikit sesegukan dengan nafas terengah-engah, kejadian ini begitu cepat, bahkan tak sesuai ekspektasi, tapi satu hal yang Lewis sadari, ia sudah diperkosa oleh Laksa yaitu temannya sendiri
Menyadari apa yang telah terjadi Lewis kembali menangis, membiarkan nafasnya kembali tersendat hingga menghalangi nafasnya yang mulai tenang
Disisi Laksa, pemuda itu mengambil tisu yang memang ada didalam tasnya, ia membersihkan kekacauan yang ia buat, lalu dengan lembut menarik tubuh Lewis dalam gendongannya, membiarkan pemuda itu menangis karena perbuatan tak senonoh Laksa
_
HEHEHE
KAMU SEDANG MEMBACA
I am with all your prohibitions [BL Harem] ongoing
FanficNamanya Lewis, Leandra Lewis arvian. Dia hanya pemuda seperti biasanya yang haus akan kasih sayang keluarganya, namun kasih sayang yang ia inginkan telah diambil oleh orang lain yang membencinya Sampai pada batas kemampuannya, ia difitnah habis-habi...