chapter 04.

227 26 0
                                    

Kelas hari ini sangat berisik
semua senang berada di
kelas bebas yaitu murid
harus mewarnai dan juga
menggambar yang sedang
berlangsung karena laosh memperbolehkan mereka
rebahan di lantai yang
sudah di beri karpet lembut.

Mereka menggambar
sesuai yang di contohkan
di papan tulis dan semua
balita  itu sangat antusias
mengerjakannya..

"Wuxian kamu sudah
selesai.?"

"Seditit lagi laoshi."

Wei Ying bangkit dari
rebahannya dan menjawab
sopan pertanyaan laoshi
yang mulai dekat dengan
dirinya itu dan menatap
dengan mata polosnya.

Laoshi lian mengusap
rambut panjang yang di
ikat ekor kuda itu dengan
pita merah yang selalu
menjuntai panjang di balik
rambut di punggungnya
dengan usapan sayang

Guru muda itu begitu
menyukai murid yang
periang itu dan tidak
takut apapun kecuali satu

anjing dia begitu takut
pada hewan yang bagi
orang lain sangat lucu
juga menggemaskan
sekelas chiua hua saja
sangat menyeramkan bagi dia.

Dia sudah menyelesaikan
mewarnai kertas gambar
nya lalu merapikan kotak
pensil warnanya dan
memasukan kedalam tasnya.

kemudian dia maju ke
depan untuk menyerahkan
pada laoshi yang duduk
di meja guru dan senang
melihat hasil karya murid
nya itu yang sangat berbakat.

"Wuxian kamu selesai?"

"Celecai laoshi."

"Coba laoshi lihat."

"Emn."

Wuxian menyerahkan
kertas gambarnya dan
sang laoshi terhenyak
ketika melihatnya dia
menatap tidak percaya
pada kemampuan murid
nya itu mengalahkan
umurnya yang masih
belum bisa bicara
sempurna tapi kemampuan
menggambarnya di atas
rata rata.

"Ini Sangat bagus, kamu
sangat pintar Wuxian,
Laoshi bangga sama kamu."

"Laoshi cuka? Gambal
ying ying .?"

Dia bertanya polos dan
tentu saja langsung di
jawab cepat oleh laoshinya

"Tentu saja laoshi suka
ini sangat bagus, untuk
anak seukuran kamu ini
sempurna.?"

"Woaah benalkah? Laoshi
ying ying mau kacih liyat
mommy cama daddy."

"Tentu saja benar, dan
pasti mommy sama daddy
akan bangga nanti sama
kamu."

"Emn."

Wei Ying menganggukan
kepalanya dan ia kembali
duduk di tempatnya dan
semua murid mulai maju
kedepan untuk segera
menyerahkan hasil karyanya.

"Woah gambal zan zan
cangat bagus, zan zan
ebat, ying ying cuka lihatnya."

Balita cantik periang itu
bertepuk tangan kecil
ketika ia melihat gambar
teman di sampingnya yang
sangat bagus dan ia kagum
dengan mata berbintang
melihatnya dan tentu di
abaikan begitu saja semua
kekagumannya itu oleh
sosok dingin itu yang
sudah biasa melihat
kehebohan teman sekelas
nya itu jika melihat
sesuatu pasti ia berseru
dengan senang dan wajah
gembira tidak lupa senyum
secerah matahari paginya.

Tiba giliran lan zhan maju
dan dia juga menunjukan
gambar spektakulernya
tidak kalah bagus dari
gambar Wei Ying tadi
keduanya punya kemampuan
sempurna dan laoshi
Lian tersenyum melihatnya

"Wangji ini sangat bagus
kamu juga sangat hebat,
Laoshi senang melihat
gambar mu."

"Mn."

Lan zhan mengangguk
dia tidak bereskpresi
hanya berdehem kecil
walau di dalam hatinya
sangat senang karena
mendapat pujian juga
dari gurunya karena
gambarnya bagus tapi
semua itu tidak terlihat
tertutup wajah datarnya

Dia kembali ketempatnya
duduk kembali dengan
tenang mengabaikan
balita berisik itu yang
terus bicara padanya
perihal gambarnya tadi.

Semua murid selesai
mengumpulkan gambarnya
ke depan dan sudah duduk
rapi kembali.

Laoshi merapikan semua
kertas gambar itu dan
akan di beri nilai lalu
di kembalikan setelah jam
istirahat nanti sebelum
mereka pulang sekolah.

"Oke sekarang semua
sudah boleh keluar dan
tetap berbaris rapi tidak
boleh berebutan keluar
tetap seperti biasa satu
persatu menurut abjad."

Semua berdiri rapi di
urutannya menurut patuh
dan mulai berjalan keluar
dari kelas menuju kantin
untuk makan siang sambil
membawa peralatan makan

masing masing untuk
tempat makanan yang
sudah disiapkan oleh koki
yang khusus memasak
untuk kebutuhan para
siswa pra sekolah sangat
mahal itu hanya anak
anak dari kalangan atas
bisa masuk dan bersekolah
di tempat itu.

Lan zhan berjalan pelan
sambil membawa nampan
berisi makanannya di
ikuti sosok balita periang
nan berisik namun sangat
cantik di belakangnya dan
langsung duduk di samping
nya seperti biasa

Hanya dia satu satunya
murid di sekolah itu yang
berani berdekatan dengan
nya dan tidak peduli
meski ia sering kali di
usir menyuruhnya untuk
menjauh darinya namun
balita cantik itu tidak
peduli selalu punya cara
sendiri untuk bisa berada
di dekatnya

Jika balita yang lain
akan ketakutan bahkan
ada yang menangis saat
dia menatap sangat tajam
tapi itu tidak berlaku
untuk balita yang punya
gigi kelinci dan mole indah
sangat memukau di bawah
bibirnya ketika ia sedang
tersenyum

Semua di anggap angin
tidak dimasukan ke hati
semua perkataan dan
tingkah menyebalkan
bocah dingin itu dia
sudah kebal dengan
semua perlakuan kasar
anak itu padanya yang
bagi anak lain itu seperti
ancaman untuk keselamatan
mereka tapi malah itu
sangat menyenangkan bagi
balita imut lucu itu
melihat teman sekelasnya
marah dan bersikap ketus
padanya.

"Zan zan lihat ini."

"Diam jangan belicik
saat makan."

"Huufh zan zan tidak selu."

Wei Ying mengerucutkan
bibirnya dia bosan makan
dalam suasana membisu
dan sepi tapi temannya
nya itu memang tidak seru
karena selalu diam ketika
makan.

"Fokus."

"Zan zan, ying ying
boyeh minta itu.?"

"Mn."

Wei Ying menerima
sayuran dari kotak
makan lan zhan entah
kenapa dia ingin mencoba
makanan temannya itu
yang berwarna pucat dan
menarik perhatiannya.

Lan zhan menaruh
sepotong sayuran itu
ke kotak makan Wei Ying
dan langsung saja dia
memakannya dan dalam
sekejab wajah cantiknya
berubah kecut ketika
makanan itu masuk ke
dalam mulutnya

Hambar tidak ada rasa
dan sama sekali bukan
selera dia yang sangat
suka makanan berbumbu
tajam apalagi pedas sangat
di sukainya meskipun
masih kecil tapi daya
tahan perutnya sangat
kuat jika menyangkut
makanan pedas,

Pedas yang wajar di
makan balita yaa..
hanya satu dua buah
cabai sebagai perasa.

bukan pedas untuk
ukuran orang dewasa
tapi kalau untuk ukuran
balita itu sudah bisa
dikatakan pedas sapalagi
jika berbahan daging
dia sanggup menghabiskan
satu mangkuk besar dalam
sekejab

"Aahh.. Ying Ying tidak
cuka matan itu zan zan,
ini tidak enak."

Wajahnya membiru saat
lidahnya merasakan rasa
pahit nan hambar dari
makanan sehat itu dan
langsung memuntahkan
makanan itu dari mulutnya

"Tidak boyeh buang
makanan."

Lan zhan mengomel
dengan tajam dan dia
kembali makan dengan
tenang makan siangnya

Ketenangan nya ketika ia
makan hilang lenyap saat
dia bersama balita berisik
itu yang selalu menempel
padanya padahal selama
ini dia selalu makan
dalam diam tidak ada
suara seperti aturan
keluarganya yang selalu
di patuhinya selama ini.

Tidak boleh bicara ketika
makan tidak boleh buang
buang makanan tidak
boleh berisik dan tentu
banyak lagi lebih dari
3000 aturan yang tertulis
di dinding batu yang
berdiri kokoh di depan
gerbang pagarnya sejak
ratusan tahun yang lalu
masih dipakai hingga
generasi sekarang.








Tbc.

Winter fairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang