Pertanyaan

56 1 0
                                    

"Kamu masih ingat tempat favoritku." seru nya berjalan layaknya anak itik membuntuti induknya ikut nimbrung duduk di samping beralaskan pasir pantai.

Brugh

"Aduh!" pekik Andre sesaat tiba tiba terhuyung jatuh wajahnya mencium pasir.

Senyum licik terukir dari raut wajah tak berdosa.

"Kamu tega sekali, muka tampanku jadi ternoda oleh tangan jailmu."

Hah! Kata kata ternoda mengingatkan Diana akan perlakukan kasar yang tertujukan oleh nya.

"Maaf."

Kata maaf selalu dia setiap kali pertemuan, tak peduli bagaimana respon wanita yang telah tersakiti oleh keegoisan demi sebuah tujuan, yaitu menghancurkan keluarga kecil adik tirinya.

"Basi, kayak gak ada kata kata lain aja." sarkas Diana secara tidak langsung ia menolak permintaan maaf darinya.

Bukan apa apa, sifat Andre tak konsisten plinplan mulut dan hatinya berbeda.

Tentang rencana balas dendam! pernah terlintas dalam benaknya, tapi ia berpikir lagi, buat apa? hanya malah menambah beban pikiran.

Pernah sekali Diana pergi ke kantor Boustion Group sehari sebelum pria itu kembali menjamahinya untuk kesekian kali, tepat di ruang pribadi CEO ia melihat Andre pergi terburu buru memasuki mobilnya, sampai pemilik ruangan itu tidak menyadari kehadiran nya, diam diam Diana mengikuti masuk ke sebuah restoran, ternyata disana sudah ada gadis muda bersama pria memberikan obat sewaktu Andre merasakan sakit, mungkin penyakitnya kambuh.

"Ndre... kesalahan lo gue maafin." ujar Diana mantap.

Kesempatan bagus tidak boleh terlewatkan, Andre menangguk antusias. Kedua mata berbinar bahagia.

"Thanks baby."

"Eits! jangan seneng dulu. Ada syaratnya."

Seketika raut wajah Andre berubah datar, ia sadar kesalahannya sudah sangat fatal memang tidak pantas dimaafkan dari orang yang telah tersakiti hatinya karna perbuatan bejat, sengaja atau tidak. Tidak mudah mendapatkan keikhlasan seseorang oleh satu kata maaf.

"Gampang kok, lo tinggal jawab jujur pertanyaan gue." ujar Diana.

Andre mengangguk paham. "Oke."

Terdengar helaan nafas berat. "Apa alasan lo nglakuin itu ke gue, oh ya sorry sebelumnya gue pernah liat." tunjuk nya ke dahi Andre. "Sama mas David dan satu gadis di cafe dekat kantormu sehari sebelum gue pendarahan hebat, satu lagi ibumu." cacar nya serius.

Sepintas Andre la langsung paham maksud dari pertanyaan yang dilontarkan padanya. Oh ternyata ini salah satu alasan ia dibawa ke pantai, bukan semata mata karna untuk mengobati nya.

"Ndre, telinga lo masih berfungsi kan, tidak budeg, atau perlu gue bawa ke dokter THT biar pendengaranmu normal." ketus Diana mencengram bahu pria di sampingnya yang terlihat bengong.

"Iya nanti aku kesana, PUAS." ujar Andre menekankan kata puas.

"Lah kok sewot, tinggal jawab aja apa susahnya, disini gue ini KORBAN  keegoisan kalian, terutama lo." cetus Diana seperti tamparan keras buat pria saat ini tengah dilanda penyesalan. Kayanya!

"Kan aku ipar kematianmu, dan janin yang ada di perutmu itu hasil dari kerja keras." ceplos Andre segera menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"TUAN ANDRE BASTIAN." panggil Diana penuh penekanan dengan raut wajah datar mendongak keatas

"I iya maaf aku tidak bermaks."

S h u u t

Satu jari telunjuk Diana terulur untuk menyentuh bibir pria di sampingnya  tetapi keseimbangan ambruk, sontak membuat tubuhnya ambruk, untung Andre dengan sigap menangkap kedua bahunya, berakhir jatuh diatas pangkuan.

Deg

Perasaan macam apa ini? Detak jantung keduanya berdegup kencang naik turun, seperti awal mula pertemuan mereka oleh peristiwa memalukan.

BERSAMBUNG

IPAR KEMATIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang