Jika sebelumnya Jaemin hanya akan titipkan makan siang dan sering mampir pada malam harinya –tidak setiap hari–, sekarang sedikit berbeda, bucinnya makin parah. Dia akan datang temui Haechan setiap harinya untuk makan siang bersama, mampir ke unit apartemen Haechan setiap malam, kabari semua kegiatannya, dia bahkan mengirim jadwal kerjanya juga nomor telepon sekretarisnya.
"Loh jadi kesini," itu Haechan. Ia berucap setelah bukakan pintu untuk Jaemin. Lelaki itu memang lebih banyak bicara sekarang. "Kalo capek gak usah kesini" ucapnya lagi.
"Makanya aku kesini, biar capeknya ilang" balas Jaemin tersenyum dengan wajah lelah yang sangat kentara. Haechan hanya bisa gelengkan kepala. Kegiatan Jaemin berputar terus seperti itu. Di kepalanya hanya dipenuhi Haechan, bahkan dia tidak akan datang terapi jika tidak dipaksa Dongyoon, padahal terapi itu hanya sebulan sekali.
.
.
.
.
from: Haechan ❤️
Sore Jaemin. Nanti jam 9 malam datang ke apartemen aku. Aku mau bicara sesuatu.
16.37 WIB
to: Haechan ❤️
Sore sayang. Oke, aku nanti ke sana tepat waktu 🫰
16.38 WIB
Pria itu juga makin tidak tahu diri memanggil Haechan dengan sebutan sayang.Jaemin baru saja selesai rapat mendadak yang dimulai sejak jam 5 sore, sampai sekarang sudah pukul setengah delapan malam. Ia longgarkan dasi yang sedari pagi melingkar di lehernya, menghirup lebih banyak udara untuk disalurkan ke otaknya yang tadi harus bekerja lebih keras saat rapat karena masalah internal di perusahaan cabang.
Tanpa banyak bicara, Jaemin lajukan mobil ke kediamannya. Malam ini dia putuskan belum ke apartemen Haechan, dan akan dia kabari si manis kalau dia absen ke tempatnya setelah sampai di rumah. Kepalanya pusing dengan masalah perusahaan hari ini.
Jaemin membuka pintu begitu sampai rumah, lengang, tidak ada siapa-siapa. Jaehyun sepertinya belum pulang, karena tidak ada mobilnya di garasi dan kedua orang tuanya pergi hadiri acara keluarga dan mungkin akan pulang besoknya. Dia terus berjalan menuju kamarnya, menaruh tas kerja, lalu duduk di sofa, dan mengambil ponsel yang sedari tadi tidak di pegangnya. Periksa mungkin ada pesan penting dari orang lain atau mungkin dari si manis, juga dia harus segera kabari Haechan kalau belum bisa datang malam ini.
"Shit!" umpatnya setelah membuka roomchatnya dengan Haechan. "gue lupa!"
Panik, Jaemin berdiri menuju tempat biasa ia menaruh kunci mobilnya. "Kunci mobil gue kemana?" monolognya bingung karena tidak dapati barang yang dicarinya. Sedetik kemudian dia pukul pelan keningnya, baru ingat kalau begitu sampai rumah, ia meminta pak Eko untuk membawa mobilnya ke bengkel.
Jaemin berlari menuju bufet tv, biasa Jaehyun atau papanya menaruh kunci mobil mereka yang lain di sana. Tapi nihil, tidak ada satupun kunci yang di carinya. Ia lalu menuju kamar orang tuanya, kemudian juga berlari naik ke lantai atas kamar Jaehyun, tapi tidak juga dapatkan satupun kunci kendaraan di sana. "Anjing!" umpatnya lagi, panik. Di rumah ini hanya dia yang memiliki satu mobil, sementara ayah juga kakaknya masing-masing punya dua. Tidak ada motor di rumah itu setelah kecelakaan Jaemin 4 tahun lalu. Maminya yang memutuskan untuk tidak ada motor di rumah mereka karena takut Jaemin akan mengendarainya. Padahal kecelakaan yang menimpa Jaemin bukan karena kecelakaan motor, tapi Yoona tetap kekeuh meniadakan motor di rumah mereka.