Jungkook's Diary
Park Chaeyoung.
Biarkan saja nama itu yang menjadi pembuka didalam buku ini. Karena rasanya, hidupku baru saja berjalan setelah bertemu dengannya. Lebih tepatnya, baru saja hidupku menemukan warnanya. Bahkan dia membuatku tidak begitu mengingat hidup sebelum bertemu dengannya.
Dia aneh. Pikirku ketika pertama pindah ke sekolah ini, dia sangat ceria, sering tertawa dan tersenyum bersama teman-temannya. Dia terlampau baik, dia masih bisa santai ketika menanggapi teman-temannya yang memanfaatkan dirinya hanya untuk sebuah contekan.
Tapi dia tidak bodoh, dia berdiri untuk membela dirinya. Dia selalu tahu apa yang dia sukai, dia memiliki beberapa teman, dia berprestasi dan menyukai musik.
Aku dan dia sangat berbeda. Ibuku sering menyebut namanya agar aku termotivasi untuk mengalahkannya. Saking seringnya ibu menyebut namanya, aku membencinya.
Iya. Aku membenci Park Chaeyoung, dia alasanku mendapat beberapa pukulan di pipiku jika nilaiku tidak lebih baik dari nilainya. Dia alasanku tidak ingin pulang setelah mendapat tugas yang tidak aku kuasai.
Dia juga sangat menyebalkan. Aku membencinya karena dia menatapku seolah mengasihani aku, apa karena aku lebih bodoh darinya?
Tapi semakin hari, aku semakin membencinya. Terlebih setelah aku mendengar suaranya di kelas musik. Aku sangat menyukai musik, aku bahkan tidak bisa melepaskan earphone ku barang sehari saja. Aku ingin belajar bermusik, memegang alat-alat yang mengeluarkan suara indah yang selalu aku dengar setiap hari.
Dia bisa, tapi aku tidak. Ibuku mengatakan bahwa aku hanya perlu belajar dan menjadi yang terpintar. Dia hanya mengijinkan basket, katanya aku bisa menjadi atlet tapi tidak boleh menjadi musisi. Miris sekali hidupku.
Aku semakin membenci Park Chaeyoung ketika dia selalu berusaha berinteraksi denganku, dia mengasihaniku.
...
Hari pertamaku mengikuti kelas musik, dengan perasaan gugup luar biasa, tapi aku bahagia. Aku sangat antusias bisa mengikuti kelas musik, aku siap menerima tamparan sekeras apapun dari ibuku untuk membayar kebahagiaanku di kelas musik.
Lalu suaranya..
Park Chaeyoung.
Suaranya seolah menghapus semua rasa benciku padanya. Dia terdengar dan terlihat sangat indah, aku terpesona. Aku tidak bisa menahan jantungku yang berdegup kencang.
Tapi kemudian saat dia berusaha berteman denganku, aku tidak ingin. Aku tidak boleh berteman dengan sainganku, bukan?
Ketika aku mengetahui fakta bahwa kami bertetangga, aku semakin membencinya. Dia pasti mendengar semua omelan ibuku selama ini. Dia pasti senang.
Hari-hari berlalu, sampai dimana saat ibuku datang ke sekolah untuk mempermalukanku.
Aku tidak suka melihat tatapannya yang mengasihaniku. Kemudian aku mengatakan apapun hal menyakitkan yang aku tahu untuk membuatnya menjauh, tapi wanita itu aneh.
Dia memberiku setengah dari bekalnya. Itu bahkan membuatku semakin terganggu, dia benar-benar menganggapku pengemis?
Tapi sebenarnya, aku mulai menerima keberadaannya, aku mulai terbiasa dengan gangguannya.
Aku mulai memperhatikannya lebih sering.
Dia selalu mendatangi mejaku setiap istirahat untuk mengajakku makan, dia pantang menyerah walau aku selalu menolak. Dia memanggilku dengan nama asliku tidak seperti yang lain.
Semua orang menganggapku 'Jeon Diam'. Bahkan aku tahu banyak dari mereka tidak menyadari atau mungkin tidak mempedulikan kehadiranku. Tapi dia tidak.
Entah apa yang dia rencanakan, tapi dia keras kepala mengatakan bahwa aku adalah temannya. Sebenarnya teman itu seperti apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST ONE DAY [ Rosékook ] ✔️
FanficFirst chapter : 12/05/2022 "Satu hari saja, jangan anggap aku temanmu" Pertemuan Chaeyoung dengan Jungkook memang unik. Awalnya ia kira itu hanya rasa simpati, tapi semakin lama Chaeyoung sadar ia jatuh cinta untuk pertama kalinya pada teman sekela...