Chapter 2

349 57 0
                                    

Aku seolah terbius dengan tatapan dari pria berwajah datar itu yang masih menatapku dengan cuek, memakai earphone di telinganya dan tampak begitu asik dengan dunianya.

Aku cukup terkejut melihat tatapannya yang kian menajam, ia tampak mengerutkan alisnya sebelum kemudian memalingkan wajahnya dariku.

Apa itu?

Kenapa ia menatapku dengan tatapan seperti itu?

Itu bukan tatapan biasa, seolah...

Dia membenciku? atau apa?

"Chaeyoung!" Astaga!

"Eh. A-apa?" Aku menoleh dan mendapati Lisa menghampiriku.

Aku benar-benar terkejut, tapi lebih bukan karena Lisa.

"Apa yang kamu lihat?" Lisa menyipitkan matanya.

Aku mengerjap mendengar pertanyaan Lisa, pikiranku masih tertuju pada anak itu. Lebih tepatnya, tatapan yang baru saja dia lemparkan padaku.

Apa yang telah aku perbuat padanya? Apa dia benar-benar membenciku karena aku telah melakukan sesuatu?

Dan kenapa, pikiran itu sangat menggangguku?

"Dia ternyata suka dengerin musik ya, Lis," ucapku menjawab pertanyaan Lisa dengan asal.

"Gak ada yang spesial soal itu, Chaeyoung. Semua orang di dunia ini suka dengerin musik," Lisa memutar bola matanya kesal.

Well, dia benar. Aku hanya tidak tahu harus menjawab apa.

Aku menunjukkan cengiranku padanya, "maaf.."

"Sudah. Ayo ke kantin beli makanan. Sepuluh menit lagi pertandingan basket dimulai," ujar Lisa menarik tanganku. Oh astaga! Aku hampir saja lupa.

"Oh iya! Bukannya sekarang ada pertandingan basket dengan SMA Jaeguk?"

Lisa mengangguk. Aku benar-benar lupa bahwa hari ini ada pertandingan basket di sekolah kami.

"Iya! Aku gak sabar mau lihat Jackson!" Ia menangkup wajahnya dengan kedua tangannya, menunjukkan ekspresi yang begitu antusias.

Aku menatap Lisa dengan curiga, "Jackson atau semua anggota basket?" Tanyaku.

Lisa menyengir, "semua yang ganteng, dong!"

Sudah kuduga.

Aku hanya tertawa kecil menanggapinya, sudah biasa memang bahwa Lisa ini pengagum pria-pria berwajah tampan.

Tetapi pada dasarnya, memangnya wanita normal mana yang tidak suka pria tampan, bukan?

Kami beranjak untuk segera keluar, aku menyapukan pandanganku sekali lagi ke arah bangku belakang.

Dia masih menghadapkan wajahnya ke arah tembok, yang aku lihat hanya bagian belakang kepala--

Astaga!

Aku buru-buru memalingkan wajahku ketika ia mengangkat wajahnya dan melihat ke arah kami.

Sial, bukankah dia akan semakin menatapku penuh kebencian jika dia tahu aku sedari tadi memandanginya?

"Hei! Kenapa, sih?"

Lisa menepuk pundakku, pasti dia bingung karena melihatku yang tiba-tiba tertunduk dengan gugup.

"Ah, gak apa-apa. Ayo, aku udah laper," aku menarik tangan Lisa setelah menunjukkan wajah memelasku.

Lisa tertawa, "dasar tukang makan," cibirnya yang sama sekali tidak aku bantah.

Ya, aku mengakui bahwa aku memang memiliki ketertarikan yang sangat besar pada makanan.

Lisa menyebutku tukang makan atau dia sering menuduhku memiliki black hole di perutku. Apa-apaan?

JUST ONE DAY [ Rosékook ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang