◍ ᴀʀᴄʜᴇʀ ɢɪʀʟ ◍
Prang!
Suara akan pecahan barang terdengar di penjuru ruangan.
"Sial!" umpat sosok yang menjadi pelaku akan pecahnya vas tadi.
Kedua tangan nya mengepal kuat, tatapannya seakan penuh dengan rasa amarah. Dan kedua tangannya kembali terangkat, kembali memecahkan beberapa barang di sekitarnya sebagai bentuk pelampiasan.
Sementara, seorang wanita cantik nampak bersender pada salah satu dinding ruangan. Iris mata nya memperhatikan laki-laki dihadapannya yang masih melampiaskan emosi dalam dirinya.
Namun, ia tahu. Bukan rasa amarah yang mendominasi, melainkan rasa jijik.
"Terus aja lempar, semua yang lo lakuin sia sia kalo lo punya otak" Wanita itu angkat suara, berbicara dengan nada yang terdengar sarkastik.
Sosok itu menoleh, menjambak jambak rambutnya sendiri frustasi. "Gue capek, gue capek harus pura pura terus!"
BRAK!
Sebelah tangan nya kembali terangkat, kali ini dinding adalah korban.
Dinding be like : Mas jahat! Mas jahat sama aku! Aku jijik sama mas! Aku jijik aku benci!
Abaikan.
Tinjuan yang ia lampiaskan pada dinding itu cukup untuk membuat sebuah retakan besar pada dinding itu. Menandakan bahwa ia bukanlah sosok yang bisa diremehkan dalam hal kekuatan.
"Jijik gue! Sampe kapan si ini?!" sosok itu menatap wanita yang masih setia bersandar pada dinding.
Jari jemari wanita itu melepaskan putung rokok yang sejak tadi menempel pada bibirnya, mengeluarkan asap yang mengumpul pada mulutnya.
"Sampai waktunya"
»»——⍟——««
(Name) berjalan melintasi lorong sekolah yang sepi. Iya, dia sendirian. Tidak dengan Lumine yang biasa ngikutin bak anak kucing dengan induknya. Tidak pula dengan Aether dan Kazuha.
Ia menghela nafas kasar, sejenak terpaku pada satu suara yang berasal dari toilet perempuan di dekat sini.
Dengan jiwa penasaran yang menggebu-gebu, ia mengintip siapa yang tengah ribut di toilet.
Sebelah alisnya terangkat, ketika mengetahui siapa yang tengah misuh misuh di toilet saat ini.
"Sialan! Kepala ku sakit banget! Dasar!" Ternyata, sosok itu adalah Isabella sendiri.
Ia nampak tengah memperhatikan rambutnya yang rontok akibat jambakan (Name) dan Scara. Tapi, sepertinya yang lebih harus disalahkan adalah pelaku kedua.
Karna apa? Karna cewek selalu benar :v
"Tcih! Gimana reputasi ku nanti?! Tadi aja banyak yang ngegosipin soal aku!" lanjut nya sambil merapikan rambut nya.
"Ternyata ga berhasil... Kalo gitu, aku harus pake cara lain" gumamnya, namun masih bisa terdengar hingga ke telinga (Name).
Salah satu sudut bibir (Name) terangkat, terdengar kekehan darinya.
"Coba aja kalo lo bisa" gumam (Name) pelan.
Setelah puas mengawasi, (Name) melenggang pergi dari sana, kembali melangkah melintasi lorong sekolah yang sepi.
Lagi lagi, ketika ia sedang santai berjalan di lorong sekolah. Matanya kembali terpaut pada satu tempat.
Seorang perempuan, yang kini tengah mengangkat tinggi sebuah busur indah nan mahal di tangan nya.