CHAPTER 5 - HEART BEAT

108 30 168
                                    

Hepi banget bisa menemukan scene ini di movie favorit, di mana cocok banget buat chapter ini 👆👆👆👆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hepi banget bisa menemukan scene ini di movie favorit, di mana cocok banget buat chapter ini 👆👆👆👆

***

2 tahun kemudian, musim gugur  ….

“Sudah kubilang, tulislah surat khusus untuk gadis yang kau sukai itu? Mungkin dia juga mendengar acara radio yang kubawakan,” saran Yamauchi Aoi untuk yang kesekian kalinya.

Hebatnya walau penolakan telah Hiro layangkan untuk Senpai-nya dua tahun yang lalu, sama sekali tak ada kecanggungan yang mewarnai hubungan antara mereka.

Walau menurut Hiro hubungan yang terjalin tak lebih dari sesama penyiar paruh waktu di salah satu stasiun radio di Tokyo. Ia tak pernah memikirkan bagaimana anggapan Senpai Aoi, yang terpenting baginya Senpai tak pernah melewati batas sebagai seorang teman. Meski terkadang bercandaan yang gadis itu terjangkan sesekali mengarah ke arah itu.

Hiro mengangkat bahunya tak yakin, “Sia-sia saja, dia kan tak tinggal di Tokyo.”

“Bagaimana jika dia telah ada di Tokyo tapi kau tak pernah menyadarinya?” Di balik sebelah alis Hiro yang terangkat sebelah, Aoi menatapnya lekat, “Gadis itu tak mengetahui kebenarannya, kan?”

Hiro mengangguk sambil memikirkan kata-kata Aoi.

“Bodoh, mengapa kau tak menceritakan kebenarannya?”

“Tentu saja aku berniat menceritakan segalanya, tapi dia telah pindah, dan sama sekali tak bisa kuhubungi.”

Bahkan baik Kana maupun Akira juga tak sanggup terhubung dengan gadis itu. Seolah gadis itu lenyap ditelan daratan dan hanya menyisakan serpihan kenangan bagi orang-orang yang mengenalnya.

Sebenarnya Hiro enggan terjebak dalam pembahasan ini, karena setiap kali ingatannya mengacu pada gadis itu, kabut tebal tak tanggung-tanggung menyesaki benaknya.

Atau kerinduan yang terlanjur mendalam kembali bergejolak, menyiksa benaknya, inti kepalanya, dan apa pun yang ada pada dirinya. Jadi bagaimana kabar gadis itu sekarang? Pertanyaan-pertanyaan yang tak mampu tersuarakan itu terus-terusan menyiksanya. 

“Mungkin ketika kau menceritakan dia akan kecewa, tapi kebenaran harus diungkap, bukan?” Aoi menambahkan, tanpa mempedulikan mimik wajah Hiro yang detik itu mulai terlihat muram. “Bukan kau saja, aku dan Yuta juga berhutang penjelasan dengannya.”

Desahan berat mengalir dari mulut Hiro.

“Lebih baik kau mencoba menulis sebuah surat untuk gadis itu, mengenai apa pun yang hendak kauungkap jika tak berani mengatakan secara langsung,” tandasnya. “Barangkali dia sanggup mendengar di suatu tempat, dan hatinya tergerak untuk menemuimu.”

“Apa yang Senpai maksud, selain mengungkap juga menyatakan perasaan?”

Yamauchi Aoi mengangguk. “Supaya perasaanmu tak tergantung, saat itu dia belum menolakmu secara jelas sehingga kau masih penasaran dengan perasaan gadis itu, akibatnya kau merasa terikat sepanjang waktu dan memikirkannya terus-menerus. Dan itu berimbas buruk terhadapku.”

Bring Me Back ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang