Kemenangan

6 2 0
                                    

Sekarang Kejora dan Jeje berada dikelas, mereka saling bertukar cerita sambil nunggu kedatangan guru karena ada informasi bahwa guru datang telat dikarenakan ada rapat.

"Raa, kok bengong, mikirin apa sih?" Ucap Jeje menyadarkan Kejora dari lamunannya. Kejora menatap Jeje dalam.

"Je, gue mau nanya, lo punya teman nggak di sini?, soalnya gue lihat dari kemarin lo cuma sendirian atau nggak bareng gue."
Ucap Kejora hati-hati, ia takut Jeje tersinggung dengan ucapannya.

Jeje menghela nafas berat.
"Dulu, waktu smp gue punya satu teman. Kehidupannya sederhana, dia cupu, polos, dan... terlalu baik. Dia selalu ngingetin gue buat nggak telat sekolah dan juga nggak telat makan.
Tapi gue nggak peduli. Dia terus dibully sama orang-orang, tapi gue nggak pernah tau, dia nggak pernah cerita, yang gue tau, dia selalu tersenyum kalau lagi sama gue, dan nggak ada yang gangguin dia kalo lagi sama gue. Sampai waktu itu, gue bolos sekolah satu minggu, dia selalu nyuruh gue buat masuk sekolah, maksa gue, bahkan dia juga rela kerumah gue jalan kaki cuma untuk nyuruh gue pergi sekolah. Tapi gue batu, gue nggak mau karena keluarga gue lagi kacau waktu itu." Jeje menundukkan kepalanya.

"Tepat hari Selasa, gue masuk sekolah. Gue malah dapat kabar. Dia bunuh diri. Awalnya gue nggak percaya, dia nggak mungkin senekat itu, gue tau banget siapa dia Ra, dia nggak bakalan mungkin ngelakuin itu semua. Gue juga nemuin satu surat dimeja kelas gue, ternyata itu surat dari dia. Gue gagal Ra, gue gagal jadi teman yang baik buat dia. Selama ini, kalau nggak ada gue, dia dibully, dilecehin sama anak-anak sekolah. Kalau ada gue, mereka nggak berani. Itu sebabnya dia selalu nyuruh gue buat masuk sekolah terus Ra, dia ngelarang gue buat nggak bolos, supaya dia bisa bebas dari bully dan lecehan, tapi gue- hiks." Jeje tak tahan lagi, ia sudah berusaha untuk menahan airmatanya agar tidak keluar, namun usahanya sia-sia.

Kejora menatap Jeje dalam, ternyata Ada luka dalam yang menyelimuti Jeje selama ini. Melihat Jeje sehancur ini, Kejora ikut merasakan apa yang gadis itu rasakan. Kejora mengusap punggung Jeje pelan, ia mengerti perasaan Jeje.

"Gue gagal jadi teman Ra, gue gagal ngelindungin dia Ra, hiks, gue nggak bisa jadi teman yang baik, hiks." Ucap Jeje terisak.

"Dia bilang, dia nggak sanggup lagi Ra, dia capek sama kehidupannya, dia lebih milih buat akhirin semuanya dan ninggalin gue Ra, hiks. Ini semua salah gue Ra, andai gue nggak pernah bolos, andai gue selalu ada buat dia. Mungkin saat ini dia masih bisa tersenyum Ra hiks." Lanjut gadis itu dengan tangisan yang belum berhenti.

"Je, ini bukan salah lo. Bukan salah teman lo juga. Gue yakin, teman lo sekarang udah bahagia disana. Seharusnya lo seneng teman lo udah nggak digangguin lagi sama orang-orang brengsek itu." Ucap Kejora mencoba menenangkan Jeje, Kejora memang tidak terlalu Pro dalam memberikan nasehat kepada orang lain. Untuk dirinya saja ia masih lalai.

"Tapi, lo tau siapa yang ngelakuin itu sama teman lo?" Lanjut Kejora, Jeje memang tidak memberi tau Kejora siapa nama temanya, mungkin berat untuk Jeje menyebut nama temannya itu.

Jeje menggelengkan kepalanya pelan.
"Gue udah berusaha cari tau siapa pelakunya Ra, bahkan gue sampai nuntut kepala sekolah, tapi gue tetep nggak nemuin bukti. Sekolah sialan itu seolah menutup buntu soal kasus bunuh diri itu. Sampai sekarang gue masih cari siapa orang yang udah bikin dia hancur. Bahkan berakhir dengan kematian."

Kejora mengernyitkan keningnya, seperti ada yang aneh.

"Lo nggak ada curiga sama salah satu anak-anak disekolah lo?." Ucap Kejora.

Lagi, Jeje Hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Gue aja nggak tau selama ini dia dibully dan dilecehin Ra." Ucapnya pelan.

Baiklah Kejora akan menjadi teman yang baik untuk Jeje. Walaupun dirinya masih dilanda trauma dengan masa lalunya.

Bintang Kejora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang