SIX

3 2 0
                                    

Kejora mengernyitkan keningnya ketika silau matahari menghantam wajahnya. Gadis itu menggeliatkan badannya, hmm sangat nikmat pikir Kejora.

Ia bergegas mandi, lalu turun kelantai bawah. Gadis itu mendapatkan sang Bunda tengah menyiapkan sarapan pagi.

"Waah, wangi banget nih." Ucap Kejora tersenyum menatap sang Bunda.

Hera hanya diam, dia sedang marah kepada putrinya itu.

Kejora yang tidak mendapat respon dari Bundanya merasa aneh, ada apa dengan Bundanya?

"Kenapa sih Bund, kok kek jutek gitu?" Ucap Kejora, gadis itu menggeser kursi lalu mendudukinya.

"Siapa?" Ucap Hera cuek.

Kejora masih tak mengerti apa maksud Bundanya itu.

"Siapa apanya Bund?"

Hera berdecak kecil.
"Ck, yang tadi malam! Yang nganter kamu pulang, siapa hah!?" Ucap Hera kesal kepada putrinya, bisa-bisanya Kejora berbohong pada dirinya, putrinya itu bilang, dia ingin membeli sesuatu keluar, eh tiba-tiba pulang diantar cowok, perasaan orang tua mana yang tidak cemas.

Kejora mencoba mengingat kejadian tadi malam, dari ia mulai membeli cemilan, lalu bertemu preman yang menganggu Bara dan juga Bintang.
Bintang? Seingat Kejora, Setelah selesai mengobati luka Bintang, Ia menemani cowok itu dan- Nggk! Itu nggak mungkin!
Kejora tidak mungkin ketiduran lalu Bintang menggendong tubuhnya dan mengantarnya pulang. Gadis itu menggelengkan kepalanya membuat Hera menatap heran kearah putrinya itu.

"Kenapa kamu?" Ucap Hera

Kejora menatap Hera lekat.
"Bund, tadi malam emang aku kenapa?" Ucapnya panik.

Hera mendengus melihat putrinya yang super pikun itu.
"Kamu bilang, tadi malam cuma mau beli cemilan, tapi pulang-pulang malah digendong sama cowok! Habis ngapain kamu hah!?" Ucap Hera menatap tajam putrinya.

"M-maksudnya gimana sih Bund? Jora di gendong sama siapa?" Ucap Kejora seperti orang kebingungan.

"Semalem Bunda telpon kamu, udah jam setengah 11 belum juga pulang. Pas Bunda telpon, eh Bunda kaget karena bukan kamu yang angkat telpon Bunda. Tapi si- siapa ya namanya, Bintang kalau nggak salah. soalnya pas nganterin kamu Bunda nggak terlalu Fokus sama ucapannya." Ucap Hera menjelaskan.

Kejora mematung, jadi benar apa yang gadis itu pikirkan. Bintang yang mengantarnya pulang, dan cowok itu juga yang  mengangkat telpon Bundanya. Kurang ajar! Cowok itu udah melanggar Privasi Kejora. Kejora tidak akan tinggal diam.

"Heh, ngapain bengong gitu, makan dulu cepetan, ntar telat " ucap Hera menyadarkan Kejora.

.
.
.
.
.
.
.

Kejora berjalan dengan cepat menuju kelasnya, awas saja, ia akan memberi peringatan kepada Bintang karena telah memasuki area privasinya.

Entah keberuntungan apa, Kejora membinarkan matanya ketika melihat seseorang yang sedang ia cari sedang tertidur dengan tumpukan tangannya yang menjadi bantal. Hanya ada Bintang disini. Sangat pas sekali, pikirnya.

"Bangun lo." Ucap Kejora santai. Orang-orang pasti akan menggebrak meja atau berteriak jika hendak melabrak lawan, namun Kejora tidak ingin seperti itu. Caranya tidak semurahan itu.

Bintang hanya diam mendengar suara itu, tadi dia memang tidur, namun ketika telinganya mendengar suara langkah seseorang dari kejauhan, ia tersentak lalu memejamkan matanya,  tapi tidak tidur.

Kejora mendengus pelan, ia tahu Cowok itu tidak tidur, mana ada orang tidur tapi kakinya malah bergerak pelan menepuk lantai.

"Siapa yang nyuruh lo buka hp gue?, siapa yang nyuruh lo gendong-gendong gue? Nggak punya etika lo?, lo udah ngelanggar privasi orang tau nggak."

Bintang Kejora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang