EIGHT

6 2 0
                                    


"Lebih baik diasingkan dari pada hidup dalam kemunafikan."

-Soe Hok Gie.





Hari minggu adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua orang. Dimana semuanya akan beristirahat. Entah itu pikiran, fisik ataupun batin.

Kejora melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Ia bangun jam 11.14 WIB, emang boleh anak gadis bangun sesiang itu?. Kalau kata Kejora begini.
"Bangun siang juga sekali seminggu. Selebihnya gue bangun jam 5 subuh. Emang ya, seribu kebaikan akan tertutupi oleh satu kejahatan."
Tidak masuk akal tapi, entahlah namanya juga Kejora.

'Bunda mana?' Batin Kejora ketika maniknya tidak melihat sosok sang Bunda. Biasanya dihari Minggu ini, Bundanya sangat rajin berolahraga dan duduk nyantai di depan tv setelah olahraga. Tidak seperti dirinya yang benci dengan kegiatan itu.

"BUNDAA" Teriak Kejora, namun tidak ada balasan. Kejora berlari kecil kekamr Bundanya, dan dengan pelan membuka pintu kamar Hera.

"Bunda." Ucapnya duduk di tepi ranjang Milik Hera. Sedangkan papanya Kejora berada diluar kota karena ada kerjaan yang harus diurus.

"Jora." Ucap Hera lemah.

"Loh Bunda kenapa? Bunda sakitt??"
Ucap Kejora mengecek keadaan Hera.

"Kayaknya Bunda kambuh lagi deh. Obat Bunda habis, kamu pergi kerumah sakit permata ya, temuin dr Vito, minta resep obat Bunda ya."
Ucap Hera pelan, untuk berbicara saja dia sangat tidak sanggup. Hera memang memiliki penyakit asam lambung yang sangat akut. Sekarang dirinya sangat pusing.

"Kenapa nggak langsung kerumah sakit aja Bund?" Ucap Kejora mengelus kepala Bundanya.

"Bunda nggak kuat Ra.."

"Yaudah aku panggil dr Vito aja ya, suruh kesini." Ucap Kejora, gadis itu hendak mengambil handphone Hera namun ditahan oleh sang empunya.

"Jangan Joraa, kita udah sering banget ngerepotin dr Vito. Udah kamu aja yang temuin dr nya terus minta resep obat Bunda." Ucap Hera, perempuan itu memejamkan matanya.

Kejora menghela nafas pelan. Bundanya memang sangat keras kepala.
.
.
.
.
.
.
.

"Makasih ya dok." Ucap Kejora tersenyum menatap dokter langganan Bundanya sekaligus sahabat kecil Hera.

"Iya sama-sama. Lain kali bilang sama Bundanya, jangan sering minum kopi sama yang pedas-pedas." Ucap Dokter itu menatap Kejora.

"Bunda emang batu banget dok, susah dibilang. Alasannya pasti kek gini terus ' cuma sesekali kok' padahal mah udah ribuan kali." Ucap gadis itu dengan lebay.

Dokter Vito tertawa mendengar ucapan Kejora, ada-ada saja anak sahabatnya ini.

"Kamu ini ya, saya bilangin Hera nih?" Ancam dr itu.

Mereka memang sudah sangat dekat. Kalau di luar, Kejora akan memanggil dr. Vito dengan sebutan oppa Vito, ala-ala korea. Memang wajah tampan dr. Vito sangat mirip dengan Jeno Nct, umurnya memang 39 th, tapi fisiknya seperti anak muda yang berumur 20 thun.

"Hehe jangan dok. Yaudah Jora pulang dulu ya dok, ntar Bunda kelamaan nunggunya." Ucap gadis itu berdiri hendak pulang.

"Yaudah hati-hati, sampaikan sama Hera salam saya, cepat sembuh juga buat bunda kamu." Ucapnya mengelus rambut gadis itu yang sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.

Bintang Kejora Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang