PART 15

32 9 1
                                    

Hari ini di pesantren Aryan ada acara wisuda. Salah satu wisudawannya adalah Aryan, karena Aryan sudah memutuskan bahwa dia akan melanjutkan kuliah dan mondoknya di jogja. Kebetulan juga dia sudah menyelesaikan madrasahnya selama 6 tahun. 

Keluarga Lenita sudah berangkat dari beberapa hari yang lalu, di sana mereka menginap di sebuah penginapan sedangkan Aryan sudah Kembali ke pesantren dua hari setelah mereka pulang dari Bandung

“BUN…. Tau ciput kerudung neng gak, prasaan neng tuh bawa tau” tanya Lenita

“Emang neng bawa ciput?, orang biasanya make krudung ga make ciput kok” ucap Bunda

“Iya bawa bun, yakan mau masuk area pesantren bun jadi neng harus berpakaian rapih dan sopan” jelas Lenita

“Masyaallah anak bunda makin pinter aja”

“Anak ayah itu bun” celetuk ayah dari belakang

“Aduh giliran gini aja neng di rebutin”

“Yaudah bunda cariin ya ciputnya, barangkali masuk ke punya bunda”

“Oke bun, yaudah neng mandi dulu ya bun biar cantik”

“Anak cewe tuh harusnya mandi tuh udah dari sebelum subuh kalo ga ya abis ngaji subuh tuh” ujar ayah

“Hehehe dingin yah, jam segitu tuh”

“Hm.... alesan terus...., yaudah cepet mandi sana abis itu siap-siap kasian nanti abang di sana sendirian kayak ga punya keluarga” ucap ayah

“siap komandan laksanakan”

Setelah Lenita selesai mandi dan bersiap-siap dia segera keluar menemui ayah, bunda dan adeknya yang sudah siap

“MASYAALLAH CANTIK BANGET ANAK AYAH, BUNDA” celetuk ayah dan bunda secara bersamaan, berbeda dengan ayah dan bundanya yang takjub melihat Lenita, Radit adiknya itu justru berdiri  kemudian mengelilingi Lenita dua kali dan terus menatap Lenita dari atas sampai bawah dengan tatapan lekatnya itu, seolah dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya

“Kenapa si dek natepnya gitu amat, jelek ya kakak” ujar Lenita yang heran melihat adeknya itu, pasalnya setiap adeknya melihat dia secara intens itu biasannya dia tidak suka dengan apa yang di pakainya atau tidak suka dengan kelakuan dirinya

“Ini beneran kakak?” celetuk Radit dengan memutarkan tubuh kakaknya itu

“Iya Radit Firmansyah Malik ini kakak mu yang cantik jelita itu, adek pasti kagetkan kakak nambah cantik” ucap Lenita dengan percaya dirinya

“Dih engga sih engga cantik biasa aja, Cuma aku kira ini adalah jelmaan Jin yang menyamar jadi kakak” ucapnya acuh

“Eh adek masa kakak sendiri di bilang gitu sih, ga baik tau” ucap bunda

“Iya bun adek bercanda doang kok maafin adek ya kak”

“Okee kakak maafin, karna kebetulan kakak hari ini lagi cantik nih”

“Eh tapi serius nih kak adek mau nanya dapet mulung baju itu dari mana kak, hhhh” celetuk adeknya dengan di akhiri tawa

“Ihh… itu bun masa di bilang dapet mulung, padahal ini kan dapet dari bunda, berarti adek ga menghargai bunda tu bun” ujar Lenita dengan nada sedihnya

“Eh bun bukan gitu bun bukan” sela Radit dengan cepat

“Maksud adek tu kok tumben kakak mau make abaya yang di beliin bunda biasanya kan abayanya nginep aja di dalem lemari kakak” sambung Radit

“Eh udah-udah ayo kita berangkat, jangan debat terus”

“YOKK”

Setelah beberapa menit di perjalan merekapun sudah sampai di pesantren Aryan dan ternyata udah rame banget di sini bahkan buat parkir pun sudah hampir penuh tapi biasanya ada dua tempat parkir lagi selain di sini

Merekapun segera turun dan menghampiri meja penerima tamu. Kemudian mereka segera diarahkan ke tempat khusus keluarga wisudawan. Ya antara keluarga wisudawan dan tamu undangan itu tempatnya berbeda

~#~#~#~#~#~#~#~#

“Yan antum serius mau lanjut di Jogja aja?” Rizky

“Iya ni Ky ana mau lanjut di Jogja aja, antum jadi juga mau di Jawa Tengahnya?”

“Iya ingsaallah ana bakal lanjut di Jawa Tengah”

Aryan yang sedang asik berbincang dengan teman-temannya itu seketika langsung berhenti ketika matanya menatap sosok ayah, bunda dan adeknya namun dia menyipitkan lagi penglihatannya ketika melihat seseorang yang menggandeng adeknya itu. Apakah itu Lenita? Tapi ga mungkin

“AYAH, BUNDA SINI” teriak Aryan dan segera di hampiri oleh mereka. Kemudian Aryan segera menyalimi ayah dan bundannya itu dan berhenti di hadapan Lenita

“Yah, bun ini beneran adek aku Lenita bukan si bun” tanya Aryan dengan mengamati muka Lenita itu

“Iya abang itu kakak loh, adek juga kaget pas awal liat kakak berpenampilan masyaallah sekali seperti ini” celetuk Radit dan dengan segera Aryan berdiri dan memegang wajah Lenita sambil di putar ke kanan dan kiri kemudian dia menempelkan telapak tangannya ke dahi Lenita

“Neng kamu seriusan ga papakan ga abis ke bentur apa atau apa kan kepalanya” ucap Aryan masih tak percaya

“Ish… abang mah sama aja kayak ayah, bunda sama Radit ga percaya aja” ucap Lenita dengan mukannya yang bete

“Yaudah bagus deh sering-sering make abaya gini ya neng, kan jadi makin cantik deh” ujar Aryan

“Lah neng mah udah cantik dari lahir” celetuk Lenita

~#~#~#~#~#~#~#~#

“Oke bentar lagi di mulai aja ya sesuai apa yang sudah saya rencanakan ya, nanti saya kabarin lagi jika ada perubahan, selalu aktifin ponsel aja ya”

“Nggih gus, semoga aja lancar nggih acara dinten niki?”

Nggih, kula izin pamit krihin nggih bade ngecek ingkang liyane krihin dan segera meninggalkan tempat ini namun baru beberapa Langkah dia berjalan dan ‘BRUKH….’ ‘AHW…’

“Afwan-afwan ya ukhti” ucapnya dengan segera membereskan barang-barangnya yang jatuh berserakan

“Kalo jalan jangan sambil baca-baca gitu dong, kalo mau baca y acari tempat duduk Dimana atau Dimana gitu” celetuk Wanita yang menabrak gus tersebut

Setelah mereka sama-sama sudah berdiri dari jatuhnya Wanita tersebut langsung melihat siapa yang menabraknya tadi

‘WHAT, ITUKAN GUS YANG KEMARIN AKU PELUK YANG AKU  KIRA KAK ARYAN, BAHAYA INI MAH’ jeritan hati Wanita tadi. Ya Wanita tersebut adalah Lenita. Karna Lenita sudah mengetahui seseorang yang menabraknya adalah gus pondok ini dia langsung menundukkan pandangann

“Maaf saya permisi duluan” ucap Lenita, karna dia sungguh malu sekali jika nanti harus saling bertatap dengan gus itu dan Lenita segera pergi dari hadapan gus itu

Jika Lenita mengira bahwa gus itu tidak melihat wajahnya maka itu salah besar karna gus itu tau siapa yang menabraknya tadi

~#~#~#~#~#~#~#~#

“Ternyata dia Perempuan yang luar biasa, dalam hidupnya yang sekarang ini pun dia sudah memiliki prinsip hidupnya”

“Yaudah mungkin sekarang bukan waktunya dia mau sama lo”

“Apa gua nyerah aja ya, gua takut dia malah nge jauh dari gua nanti”

“Engga mungkin, dia bukan orang yang kayak gitu”

“Kalo suka ya perjuangin aja terus kalo sekarang ga bisa kan masi ada jalur langit, karana sesungguhnya jalur langit lah yang lebih ampuh”

“Tapi kalo dia memang bukan di takdirkan buat lo maka lu harus mengikhlaskannya, karna gua juga tau melupakan dan mengikhlaskan itu bukanlah hal yang sepele”

“Dari pada memilih untuk melupakan gua sih  rela mengikhlaskan”

______"""""_________

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT KAWAN

VOTE KALAIN BERHARGA BUAT SAYA

TERIMA KASIH 🙏

Mengagumimu siap MengikhlaskanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang