Sinar mentari berwarna jingga lembut menembus jendela prancis di perpustakaan, memantulkan cahaya tipis di helaian rambut seorang pemuda yang masih berada di dalam perpustakaan itu, yang tampak sangat fokus pada buku bacaannya saat ini. Meski perpustakaan sudah lengang dan hanya menyisakan dirinya serta dua gadis berkacamata di sisi lain ruangan itu, namun pandangannya sama sekali tidak teralihkan dari buku di hadapannya.
Tepat setelah beberapa menit berlalu dan kedua gadis itu sudah pergi, seseorang dengan ekspresi ceria di wajahnya memasuki perpustakaan dengan bersemangat, menuju ke suatu arah dan menepuk kuat bahu pemuda yang masih tenggelam dalam dunianya sendiri itu.
"Solar! Ini sudah lewat dari pukul lima sore, apa kamu berniat tidur disini?!" Pemuda yang baru datang itu bertanya sarkas dengan intonasi bersemangat pada pemuda yang dia panggil Solar. Tapi Solar sama sekali tidak bergeming seolah dia tidak mendengar suara apapun di sekitarnya.
Pemuda itu cemberut, dia memandangi Solar selama beberapa saat dan kemudian merebut buku yang sejak tadi Solar baca hingga lupa waktu secara mendadak.
Seolah jiwanya baru saja kembali dari pengembaraan jauh dalam lintas dimensi, Solar seketika bangkit dari kursinya dan menatap marah pada orang yang tiba-tiba merebut bukunya tersebut.
"Tidak bisakah kamu tidak mengganggu ketenanganku hanya dalam sehari, Duri?" Solar berusaha menahan kejengkelannya dengan memijit pelipisnya menggunakan sebelah tangan.
"Mengganggu apanya, aku mengajakmu pulang tahu!" Duri membalas untuk membela diri, "Gemgem terus mengulangi perkataannya agar aku menemanimu dalam perjalanan pulang, dan aku benar-benar pusing mendengar itu berkali-kali, tahu."
"Tidak dibutuhkan, aku bisa pulang sendiri," Solar menghela napas sejenak, "lagipula aku tinggal di asrama kampus, untuk apa khawatir berlebihan."
Saat Duri hendak membuka mulutnya untuk menanggapi, seorang pustakawan yang bertugas di hari itu meminta mereka untuk bergegas karena pintu perpustakaan akan segera dikunci.
Duri menarik tangan Solar tanpa peringatan dan segera menyeretnya keluar perpustakaan, berjalan cukup jauh dari area perpustakaan dan kemudian berhenti.
"Kamu nggak lupa kan, kalau belakangan ini banyak omega di kampus kita yang diteror setiap kali mereka berkeliaran sendiri di waktu petang begini?"
Solar mengerutkan dahinya dengan tidak sabar, "Aku akan baik-baik saja meski aku pulang sendiri. Siapapun juga tahu kalau aku bahkan lebih kuat dari para alpha preman di luar sana, jadi–"
"Hentikan itu. Aku tahu jelas kemampuanmu. Jika bukan karena Gemgem aku juga tidak akan repot-repot menjemputmu seperti ini, sial." Duri menggerutu sambil mengacak-acak rambutnya dengan tidak senang.
Gemgem ini Gemgem itu, menyebalkan sekali! Solar tidak bisa berhenti merutuk dalam pikirannya sendiri. Dia beralih pada Duri sambil menghela nafas sesaat dan kemudian melipat kedua tangannya di dada, kembali pada sikap angkuhnya yang biasa.
"Kalau begitu kembali saja ke apartemenmu sekarang, asramaku sudah tidak jauh dari sini, hanya perlu berjalan kaki kurang dalam lima menit."
Duri memicingkan matanya, "Kamu sulit dipercaya, jangan coba-coba berbohong padaku. Kalau sesuatu terjadi padamu, lalu Gemgem–"
"Pergi. sekarang. juga." Solar memotong ucapan Duri dengan penekanan penuh dan jelas pada setiap kata yang dia ucapkan, "Jika kamu masih menyangkal sekali lagi, aku benar-benar akan marah."
Tidak menunggu tanggapan dari Duri, Solar segera berbalik memunggungi pemuda itu ke arah menuju gedung asramanya yang berada tepat di sebuah bangunan di seberang posisi mereka saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Even If It's not Real [✔]
Fanfiction[𝐓𝐡𝐨𝐫𝐧 𝐱 𝐒𝐨𝐥𝐚𝐫] Kasus teror yang terjadi akhir-akhir ini membuat gelisah para mahasiswa, terlebih lagi para korbannya adalah beberapa omega yang berasal dari kampus yang sama. Solar, dengan prinsip kuat yang dia percayai kemudian memulai...