[7]

1K 49 8
                                    

Sinar hangat matahari pagi masuk menerobos jendela kamar. Meski kain gorden masih menutupi jendela, tapi itu sama sekali tidak menghalangi sinar matahari tersebut untuk menyelinap masuk dan membangunkan Solar di akhir pekan ini.

Solar mengerjapkan kedua matanya beberapa kali sebelum dia benar-benar tersadar, lalu bangkit dari ranjang hendak membersihkan diri di kamar mandi.

"Ugh." Solar meringis saat dia merasakan rasa sakit yang tajam di pinggang terutama di bagian pantatnya. Dia terduduk lagi di atas ranjangnya karena dia merasa sedikit kesulitan untuk tetap berdiri.

"Duri sialan, dia sama sekali nggak bisa nahan diri." Solar mengomel sendiri di kamarnya sebelum dia berusaha bangkit dengan sedikit kewalahan untuk menyibak gorden di jendela kamarnya.

Tepat pada waktunya, Duri memasuki kamar saat dia membawa sebuah kantong plastik di tangannya. Dia tampak sumringah saat melihat Solar yang sudah bangun dari tidurnya.

"Sunshine!" Duri menyapa Solar dengan nada cerianya yang biasa, "Aku menduga kamu akan kesulitan jalan setelah bangun tidur, jadi aku membawakanmu sarapan, hehe~"

Solar memberinya tatapan tajam, "Kau bajingan gila, aku benar-benar sama sekali tidak bisa jalan hari ini berkat perlakuan kasar mu semalam!"

Duri meringis sedih saat melihat Solar yang marah padanya. Lalu dia duduk di tepi ranjang Solar dan meletakkan kantong plastik yang dia bawa di atas nakas samping tempat tidur.

"Maafkan aku, Sunshine. Kamu terlalu imut tadi malam sehingga aku kehilangan kontrol diriku. Aku tidak akan mengulanginya lain kali." Duri menundukkan kepalanya seolah dia benar-benar menyesali tindakannya yang berakhir menyulitkan Solar.

Solar menghela napas sembari memijat sejenak pelipisnya. Bagaimanapun dia juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Duri karena tindakan Duri semalam juga berdasarkan persetujuan dari Solar sendiri. Kemudian Solar bergerak perlahan untuk ikut duduk di samping Duri.

Keheningan menyelimuti suasana di antara mereka. Solar tengah memikirkan sesuatu dengan cukup serius, lalu bertanya pada Duri dengan penuh keraguan.

"Kamu.. kamu tidak memakai pengaman saat kita melakukan itu semalam?"

Duri mengerjapkan kedua mata hijaunya yang bulat dengan kebingungan, "Uhh... Seharusnya tidak, aku sama sekali tidak pernah membawa benda itu bersamaku."

Setelah mendengar jawaban itu, Solar mengerang dengan putus asa dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Uhh, kenapa? Apa ada yang salah?" Duri bertanya dengan ragu-ragu.

Solar dengan putus asa mulai mengeluhkan nasibnya yang belum pasti, "Sial, ughh. Apa aku akan hamil dalam waktu dekat?"

Duri terkejut saat mendengar ucapan Solar dan tidak bisa menahan intonasi suaranya yang terkejut, "Hah?! Apa kamu yakin kamu akan hamil hanya karena aku tidak memakai kondom di saat kita baru saja melakukan seks sekali?!"

"Apa kau idiot?" Solar memandangi Duri di sela-sela jarinya dengan kesal, "Kita melakukan itu beberapa kali lagi setelah yang pertama, dan di semua putaran itu kamu selalu keluar di dalamku!"

Duri tercengang selama beberapa saat, dan seolah ingatannya akan malam itu agak memudar, dia terkekeh sambil memberi cengiran malu pada omega yang lebih tinggi darinya itu.

"Umm, benarkah? Aku bahkan tidak ingat berapa kali lagi kita melakukannya setelah yang pertama."

Wajah merona Duri yang tampak malu-malu membuat Solar semakin jengkel. Tepat di saat Solar akan mengambil ancang-ancang untuk menghajar Duri, Duri segera mengangkat kedua tangannya untuk menyerah.

Even If It's not Real [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang