P R O L O G

68 8 0
                                    

HAI! INI MERUPAKAN KISAH KEDUA KU SETELAH "A QUADRAT".


UNTUK PEMBACA YANG BARU SINGAH DI CERITA INI, SILAHKAN FOLLOW DULU AGAR DAPET NOTIFIKASI KHUSUS DARI AUTHOR.

Ig : @wattpadbiilah

HAPPY READING🤍

Setelah berangsur seminggu Alka menjadi siswi di SMA Gemilang, ia sudah mulai paham mengenai karakter teman sekelasnya. Mulai dari yang baik, pura-pura baik, sombong, seru, cepu, dan pendiam.

"Ih! Ngapain si lo, disini?! Udah sana-sana pergi!" amuk Alka saat ada seorang laki-laki menghampiri bangku kosong di sampingnya. Kebetulan sudah dua hari ini bangku samping Alka selalu kosong, karena Chira dikabarkan sakit.

Chira Pramita tak hanya menjadi teman sabangku Alka semasa kelas sepuluh ini. Ia juga merupakan teman sejak SD, SMP, hingga kini mereka memasuki sekolah yang sama juga.

Laki-laki itu memandangi wajah Alka dengan tatapan yang cukup dalam sambil sesekali tersenyum menggodanya.

"Gue bilang sana, ya sana! Nanti ada bu Ratu aja, panik lho!" cetus Alka sambil mengeluarkan buku bahasa indonesia dari ranselnya.

Bu Ratu adalah guru bahasa indonesia yang di kenal cukup tegas. Tak ada toleransi jika melakukan kesalahan saat mata pelajarannya berlangsung.

"BASKARA! Punya kuping gak si, lo?!" Alka murka dengan tingkah laki-laki itu.

Baskara Dipta. Laki-laki beralis tebal, saking tebalnya kedua alis tersebut hampir saja menyatu. Tubuhnya sedikit berisi, dengan rambut gondrong yang selalu menjadi incaran setiap guru. Tak lupa juga, ia selalu mengenakan jaket dan jam berbahan kulit berwarna coklat tua. Selain itu, Baskara juga termasuk manusia ceroboh, labil, dan tidak rapih.

"Punyalah! Nih, lo liat. Emang lo kira ini gantungan?" jawab Baskara dengan nada sedikit tinggi sambil memegang kedua telinganya.

"Yaudah! Kalo punya, berarti lo denger dong tadi gue minta apa?" tanya Alka.

Baskara lagi-lagi tak menghiraukan ucapan perempuan disampingnya. Toh, ia pikir juga masih banyak siswa dan siswi di kelas ini yang masih berkeliaran kesana-kemari. Selagi bu Ratu belum masuk, semua aman sentosa.

Hingga pada akhirnya kedatangan seorang guru di kelas X IPS 3, membuat Baskara bangkit dari kursinya.

X IPS 3 merupakan kelas yang cukup dikenal asik dan kompak di satu angkatannya. Sehingga membuat para murid kelas lain pun iri.

"Selamat pagi anak-anak. Karena bu Ratu gak masuk hari ini, kalian bisa ngerjain buku paket halaman Enam sampai sepuluh, ya? Jangan brisik, jangan keluar-keluaran. Awas!" ucap pak Usman sebagai guru piket hari ini.

"Baik, pak." jawab kompak seluruh murid kelas X IPS 3.

Tak lama saat pak Usman meninggalkan kelas itu, seluruh muridnya kembali menggaduh. Termasuk Baskara, Garvi, dan Afkar. Tiga laki-laki itu selalu saja menganggu para siswi saat jam kosong seperti ini.

"Afkar! Apaan si lo, jorok banget."

"GARVIII!!!"

"Brisik benget lo, Bas. Kecilin, ga volumenya?!"

Kira-kira seperti itulah suara murid yang diganggu oleh mereka.

***

"Lo mau ikut ke kantin, ga?" tanya Nahla.

BASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang