SELAMAT MEMBACA, SEMOGA BETAH BERLAMA-LAMA🤍
VOTE DULU YAAA 😁✌️
4. TUMBANG UNTUK REHAT
Hari ini asik. Tapi lebih asik lagi kalo ada kamu disini.
***
Jalanan Jakarta saat pagi hari memanglah menjadi tempat beradu mulut sesama pengendara lain. Semua berlomba-lomba untuk sampai di tempat tujuannya masing-masing.
Bukan pertama kalinya Baskara berangkat pukul enam lewat dua puluh menit. Sedangkan mayoritas sekolah di Ibu Kota, pukul enam lewat tiga puluh menit bel sudah berbunyi.
Setelah Baskara meletakan motornya di tempat biasa, ia segera berlari ke arah sekolahnya yang tidak jauh dari parkiran sekaligus markasnya itu.
Dengan nafas yang tidak lagi beraturan Baskara bergumam, "Tau gini, gue ga usah ngebut tadi." katanya saat melihat satpam SMA Gemilang mengunci gerbangnya dengan erat.
Baskara menunggu dengan pasrah sampai petugas keamanan itu mempersilahkannya masuk.
Disela-sela ia menunggu tibalah dua murid yang ikut bergabung bersamanya.
"Hmm.. Gak heran si gue, liat lo telat." ucap Baskara saat sadar siapa dua murid itu.
"Maklumlah. Rumah gue kan jauh." jawab Abrar santai.
Setelah dua minggu menjadi siswa di SMA Gemilang, sejak saat itu juga Abrar dijuluki sebagai duta terlambat. Memang benar perkataannya, bahwa rumahnya sangatlah jauh. Jelas saja, saat murid yang lainnya berdomisili di Jakarta dan perbatasan Depok, tapi dia tidak. Tinggal di perbatasan Bogor dan bersekolah di Jakarta memanglah suatu hal yang sangat menguras energi dan waktu.
"Lo juga. Tumben telat sampe di konciin gini. Abis bergadang lo?" tanya anggota Dackson bernama Kai pada Baskara.
"Jakarta macet bos." jawab Baskara singkat.
"Hmm. Tumben tapi." ujar Kai sambil memasang wajah curiga.
"Terserah lo!"
Disaat mereka saling melontarkan pertanyaan tentang 'Kenapa hari ini terlambat?' tibalah Pak Walid sebagai satpam sekolah, membuka kan gerbang dan mempersilahkan Baskara, Kai, dan Abrar memasuki kawasan sekolah.
Saat mereka hendak memasuki kelasnya masing-masing, terdengar suara yang cukup keras dari ruangan horor bagi murid SMA Gemilang, "Eh. Eh, kalian! Siapa yang suruh kalian ke kelas?" tanya seorang guru dari balik jendela ruang bimbingan konseling.
Berbeda dengan Baskara dan Abrar yang enggan meladeni celotehan guru-guru, kini justru kai menjadikan itu makanan sehari-harinya.
"Orang tua sayalah, bu." jawab Kai spontan.
Guru itu bernama Kamila Mumtaza atau akrab dipanggil Ibu Kamil. Beliau menjabat sebagai guru bimbingan konseling di SMA Gemilang sejak lima tahun sekolah ini berdiri. Wajarlah sesepuh sekolah ini.
"Kamu nih Kai, selalu ngejawab kalo ibu ngomong! Emang susah ya sadar atas kesalahan kamu sendiri?" seru bu Kamil.
"Saya sadar bu saya telat. Tapi kan—"
"Sudah-sudah. Ibu ga mau dengar penjelasan kamu!"
Baskara memutuskan untuk ikut bergabung dalam obrolan itu, "Kami minta maaf ya bu." katanya sambil menundukan kepala seolah sadar akan perbuatannya.
Tak membalas ucapan itu, kini Kedua bola mata Bu Kamil sibuk memperhatikan tiga murid itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Berhubung atributnya kalian lengkap dan cuma telat lima menit, hari ini ibu kasih toleransi." ujar Bu Kamil.
KAMU SEDANG MEMBACA
BASKARA
Teen FictionTentang semesta yang mengendalikan semua. "Tak ingin milikmu, itu ucapku dulu."