Siang ini aida sudah standby di halaman belakang rumahnya, gadis itu menatap jengah ke arah hamparan luas tanaman bunga milik sang ibu! Rida. kini rumah itu kosong, karena pagi tadi kedua orangtuanya tiba-tiba izin karena sang ayah akan melakukan dinas di bandung selama satu bulan, dan berakhir lah dia di sini sendiri.
"Gue belum izin kan ya."ujar aida yang memang belum meminta izin sama orang tuanya untuk berlibur ke raja Ampat.
"Ishh,, kalo izin nanti gak di bolehin gimana! Kasihan Kak Kartika."keluh aida yang kini merebahkan tubuhnya di atas hamparan rumput, menatap ke arah awan mendung di hadapannya.
"Gak papa kali ya, bohong sekali sama Deddy dan mommy."ujar gadis itu tersenyum kecil membuat wajah manis nya terpampang jelas ketika mata itu seketika menyipit.
___________.Kaki mungil yang di baluti sepatu bewarna putih itu kini turun dari mobil yang mengantar nya, iya menatap ke arah pangkaran rumah di hadapannya yang kini sudah ada beberapa motor sport dan mobil yang sudah nangkring di halaman luas itu, dengan tangan yang kini menggenggam tali tas ransel nya, aida gadis itu menatap rumah di hadapannya dengan tatapan yang sulit di artikan, iya menatap ke arah sekitar dan tak lama memejamkan matanya berusaha untuk tenang.
"Kak."
"Loh, ai! Udah datang belom."
"Hehe, udah."
"Sekarang di mana."
"Depan."
"Ya udah, sini masuk aja. Kita lagi nunggu teman satu orang lagi."
"Emm,, aku tunggu di dalam mobil travel aja ya kak."
"Ko gitu, sini aja ai! Gak papa ko."
"Bukan, aida mau di sini aja! Lagian pasti gak lama lagi Kaka bakal keluar, jadi Nunggu di dalem mobil aja."
"Ya udah, kursi kamu no tiga sebelah kanan ya."
"Sipp."
Menghela nafas pelan, tatapan aida menatap sekilas ke arah pangkaran rumah itu. Dan setelahnya memilih langkahkan kakinya berjalan pelan ke arah mobil travel yang berbentuk bus kecil, yang kini sudah nangkring di samping jalan besar.
"Pagi."sapa aida terhadap supir travel yang kini menatap nya sedikit terkejut.
"Ah, pagi neng! Tumben atuh sendiri, yang lain pada kamana ini." Ujar sang supir membuat aida menatap ke arahnya tersenyum.
"Aya deui dina carita."
"Loh, Eneng bisa bahasa Sunda."kaget sang supir membuat aida tertawa pelan.
"Bisa saeutik pak." Jawab aida sopan."Bapana oge tiasa basa Indonesia."tanya aida.
"Sumuhun, bro, ayeuna! Bapa abdi ti kampung milarian artos."ujar pak supir.
"Semangat atuh ya pak."
"Sipp mah neng, Hatur nuhun."
Aida mengangguk pelan, dan pamit untuk segera duduk di kursi yang sudah di sediakan untuk nya, iya hanya menatap beberapa kursi berpasang di sekitar nya! Seolah-olah berfikir seberapa banyak teman Kaka senior nya itu akan ikut. Memilih tidak perduli Aida duduk di kursi no tiga, gadis itu menatap ke arah luar jendela mobil sekilas dan tak lama iya mengeluarkan ponselnya dan juga earphone kelinci miliknya.
Beberapa menit fokus akan ponselnya, perhatian aida teralihkan ke arah beberapa suara yang kini mulai terdengar, membuat gadis itu menatap ke arah pintu mobil bus, yang di mana kini sudah ada keberadaan Kartika dan suami berserta teman-temannya, gadis itu diam menatap ke arah mereka yang tengah asik berbincang, tanpa sadar tatapan nya menajam. ketika melihat seseorang yang masuk, membuat nya segera menatap ke arah lain.
"Ihhh,, seru dong kalo gitu na."
"Seru lah, gue aja ya? betah banget kalo di sana."
"Tapi ko bisa ya, kita-kita baru tau ada tempat sebagus itu di sana."
"Jarang sih emang orang nemuin tempat itu."
"AIDA."
Teriakkan yang melengking itu, membuat pembicaraan dua gadis di sana terputus. Mereka kompak menoleh ke arah Kartika yang kini sudah tersenyum menatap ke arah seseorang yang di panggil wanita itu, membuat mereka ikut menatap ke arah pandang Kartika. aida menoleh menatap ke arah Kartika tersenyum, ketika perempuan itu memanggil namanya, beberapa teman Kartika dan gerega kompak saling pandang seolah bertanya siapa gadis itu.
"Ah, dia aida! Adik angkat Kartika."ujar gerega membuat aida tersentak kecil, setelahnya iya menundukkan kepalanya pelan.
"Gak papa kan di sana."tanya Kartika menatap ke arah aida.
"Aman kak, enak bisa sambil nulis juga."ucap aida yang langsung membuat Kartika tersenyum.
Mereka pun duduk di kursi masing-masing dengan aida yang kini sudah fokus akan kegiatan menulis nya. Jangan lupakan telinganya yang kini sudah tersumpal earphone miliknya, gadis itu menatap fokus ke arah ponselnya tanpa memperdulikan keributan orang-orang di sekitar.
"Si gama beneran datang gak sih."ucap bara yang kini melihat di jam tangan nya.
"Bentar lagi."ucap gerega.
"Busett, lama bener ini mah."keluh zaen yang kini menyandarkan kepalanya di bahu Pipit membuat gadis itu tersentak kecil, terkejut akan perlakuan zaen.
"Minjam Bentar ya."izin zaen yang langsung di angguki pioit dengan canggung.
Brummmm..
Mereka semua kompak menoleh ketika mendengar suara deru mesin motor yang kini berbunyi nyaring dan berhenti tepat di samping bus, di sana mereka dapat melihat keberadaan laki-laki jangkung yang kini baru tiba membuat mereka heboh seketika.
"Wess,, datang Lo gam."ujar bara seneng.
"Sini woyy,, lama amat Lo! Kek pengantin perawan."ceplos zaen yang langsung mendapat tatapan tajam dari gama.
"Mampus." Gumam nya yang kini cengengesan menatap ke arah laki-laki itu.
"Gam, cepat."
Gama Venice sarega, laki-laki jangkung dan berahang tegas dengan bola mata tajam itu kini menatap ke arah mobil travel itu dengan tatapan datar, tanpa sengaja tatapannya menangkup seseorang gadis yang sama sekali tidak iya kenali, membuat alis laki-laki itu terangkat sebelah heran. Bahkan gadis itu sama sekali tidak menoleh di saat kedatangan nya, bahkan iya sama sekali tidak merasa terganggu akan keributan teman-temannya, iya hanya fokus dengan ponsel di tangan nya terlihat jelas dari gerakan tangan gadis itu yang menari cepat, seolah-olah tengah saling berkirim pesan.
"Nunggu apa lagi, ayoo gam! Malah bengong."tutur bara membuat gama menatap nya sekilas. Tatapan gama beralih menatap ke arah Kartika yang kini meminta nya untuk segera, membuat laki-laki itu mengangguk pelan. Gama berdiri dengan tangan yang kini berada di saku, laki-laki itu menatap ke arah penjuru bus travel itu, yang teryata semua kursi Sudah penuh.
"Lo duduk di samping aida."ucap gerega yang sekan-akan paham tatapan laki-laki itu.
Gama yang mendengar nya menatap ke arah sosok gadis yang sebelumnya iya liat, gadis itu sama sekali tidak menoleh bahkan gerak dari tempat nya, membuat laki-laki itu mendengus kasar ketika harus satu kursi dengan si kutu buku, ya sedari awal melihat aida, gama menganggap gadis itu adalah gadis kutu buku, di mana cara fokus nya layaknya orang yang ambisius akan nilai dan iya tidak menyukai hal seperti itu, apa lagi ketika melihat gadis itu tengah mengenakan kacamata! Aura Nerdnya sekan-akan kentara.
Aida, gadis itu hanya menatap sekilas dari lirikan matanya, ketika mendapati seseorang yang kini duduk di sampingnya, memilih tidak perduli aida meletakkan ponselnya ke saku Hoodie nya, menatap ke arah luar jendela yang kini memperlihatkan jalanan yang tengah-tengah padatnya, begitu juga dengan gama yang kini sudah memejamkan matanya dengan handset di telinga laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
cursed village. cannibal village.
HororTujuan mereka datang ke raja Ampat adalah untuk menemani sang pasangan pengantin untuk honeymoon. Tapi setelah menyadari sesuatu kejanggalan membuat tujuan mereka berubah menjadi bertahan hidup. Bisakah mereka bertahan dan berhasil keluar dari tempa...