nenek itu.

5 1 0
                                    

Hujan deras kini memenuhi setengah jalanan menuju ke bandara, hawa dingin terasa sangat mencekam dengan dipadukan awan gelap yang kini sekan-akan tengah mengepung wilayah sekitaran Riau. Suasana saat ini sangat cocok untuk bermalas-malasan di kasur empuk dengan di temani selimut tebal, berserta drama kesukaan di laptop masing-masing, di jalanan yang kini terlihat sedikit padat akibat hujan mengguyur, membuat kendaraan kini terpaksa melaju dengan pelan. guna menghindari terjadinya kecelakaan, di salah satu kendaraan beroda empat, yang bertujuan untuk ke bandara itu, kini setengah dari beberapa anak remaja di dalamnya sudah hanyut di dalam mimpi.

Aida, gadis itu menatap penuh diam ke arah langit yang entah beberapa hari ini selalu menunjukan hawa tak bersahabat, seolah-olah langit juga tidak mengizinkan iya pergi, melihat hal itu membuat tatapan gadis itu menatap ke arah luar jendela, tubuh nya menegak seketika ketika netra nya, kini menangkup kehadiran seseorang membuat gadis itu terdiam seolah berusaha memperjelas penglihatannya.

Aida, gadis itu menatap tak jauh dari balik pohon, yang kini berdiri Seseorang nenek paruh baya yang tempo hari iya beri makan, melihat sang nenek yang berada di tempat itu! Membuat aida terkejut, gadis itu menatap ke arah jalanan yang sangat macet, bergantian dengan sang nenek yang seolah-olah meminta nya untuk kembali, membuat dada gadis itu tanpa sadar berdetak kencang.

"Pak, hampura! Bisa ngadagoan kuring. Aya nu rék dibeuli."

Ucapan aida membuat pak supir tercekat kaget, laki-laki paruh baya itu menoleh ke arah belakang yang di mana kini sudah berdiri sosok gadis sebelum nya, iya menatap sekilas ke arah depan dan setelahnya mengangguk.

"Hujan, teu mawa payung?." Tanya sang supir.

"Teu kunanaon, sakedap! Leres, Pak."ujar aida yang di angguki sang supir.

Setelahnya aida langsung keluar, dan berlari ke pinggir trotoar, tanpa gadis itu sadari! Gama. Laki-laki itu mendengar apa yang di ucapkan gadis itu, iya hanya diam dengan mata terpejam ketika gadis itu melewatinya, sedikit bingung! Akibat bahasa nya yang kurang bisa dia mengerti, laki-laki itu menoleh menatap ke arah aida yang kini berlari dengan kepala yang tertutup tudung Hoodie.

"Dia mau kemana pak."

Pak supir, yang sering di sebut dengan sebutan Adi. Itu kembali menoleh menatap ke arah laki-laki dingin di belakangnya, iya tersenyum sekilas, menatap ke arah aida yang kini seperti menemui seseorang.

"Ada yang mau di beli katanya, mas."ujar Adi membuat gama menoleh menatap ke arah aida dengan alis terangkat.

Beberapa menit kemudian, gadis itu kembali dengan tubuh yang kini basah kuyup, aida! iya menggosokkan tangan nya dan sesekali meniup nya agar terasa hangat, pak Adi yang melihat itu langsung meraih handuk nya.

"Di dieu, ngan make eta."

Aida menoleh dan mengangguk sekilas, iya meraih handuk mini itu dan berjalan ke arah kursi nya.

"hatur nuhun pak."ucap aida yang di angguki Adi, mobil pun berjalan dengan pelan, aida! iya berdiri menatap ragu kearah kursi nya yang memang berada di samping jendela. Tatapan gadis itu menatap ke arah laki-laki di sampingnya yang kini tengah memejamkan matanya dengan tangan yang bersedekap.

"Gue duduk, yang ada basah! Kakanya marah gak ya."batin aida yang kini terdiam dengan keadaan tubuh berdiri.

Ckittttt...

"Eh."

Karena aida yang sama sekali tidak berpegangan, membuat tubuh gadis itu terhuyung kebelakang! Akibat mobil yang kini di rem secara mendadak. Aida memejamkan matanya siap merasakan sakit di tubuhnya sebelum..

Syutttt,, grepppp...

Mata gadis itu perlahan terbuka, merasakan sesuatu yang melingkar di pinggangnya, aida? iya terdiam dengan tubuh kaku ketika kini di hadapannya terpampang jelas wajah tampan milik laki-laki di samping kursi nya dengan menatap nya dingin, kondisi laki-laki itu yang condong dengan tangan kanan menahan bobot badannya dan tangan kiri yang kini berada di kursi sebelah tempat duduk temannya, membuat tubuh mereka seketika berjarak sangat dekat. bahkan seukuran lima senti lagi hidung mancung laki-laki itu akan mendarat sempurna di hidung pesek milik aida.

"Aduhhh,, maaf! Mas, neng. Itu teh! Mobil di depan berhenti mendadak."

Aida dan gama sama-sama terkejut ketika mendengar penturan pak Adi, dengan spontan, gama langsung menarik tubuh aida agar gadis itu berdiri, dan langsung melepaskan jaket nya yang kini sudah basah.

"Gak papa pak."

"Maaf ya neng." Aida hanya mengangguk, iya kini menatap ke arah gama yang di mana laki-laki itu sudah duduk di kursinya.

"Duduk."

"Eh." Aida tersentak kecil, ketika mendengar suara dingin itu, iya menangkup bibir nya seraya menggeleng pelan, membuat gama menoleh menatap ke arah nya.

"Nanti basah."

Laki-laki itu diam, menatap sekilas tubuh gadis itu yang di mana Hoodie yang di kenakan gadis itu memang basah, hal itu juga yang membuat jaketnya ikut terkena, gama menggaruk sekilas hidungnya. Iya menatap lurus kedepan dengan tatapan datar.

"Duduk aja."

"Tap-."

"Butuh dua jam lagi untuk sampai."ucap gama membuat aida terdiam.

"Gue bilang duduk."tekan gama yang kini menatap tajam aida, membuat gadis itu seketika langsung bergerak dan duduk di kursinya. Melihat gadis itu sudah duduk, gama kembali merebahkan kepalanya di sandaran kursi, memejamkan matanya dengan tangan yang kini bersedekap, aida. Gadis itu hanya diam dengan rasa canggung, iya memilin tangan nya menatap ke arah luar jendela mobil dengan tatapan yang kini memandang gerimis hujan dengan tatapan yang senyu.

Flashback on.

Aida kini berlari, membelah hujan di tengah jalan yang sedikit padat. agar bisa sampai di pinggir trotoar, gadis itu mendekat ke arah pohon yang sudah terdapat  seseorang nenek.

"Assalamualaikum."salam sang nenek membuat aida menatap nya tersenyum.

"Wa'alaikum salam."

"Kenapa nenek bisa ada di sini, nenek sama siapa."tanya aida.

"Kembali."

Aida terdiam menatap ke arah nenek itu yang kini menatap nya serius.

"Di sana berbahaya cu, kembali lah."

"Apa maksud nenek."

"Di sana bukan tempat mu."

Deggggg...

Aida terdiam dengan kepala merunduk, iya tersenyum miris dan tak lama terkekeh pelan.

"Anggap jika mereka membutuhkan ku."ucap aida membuat sang nenek menatap ke arah sebuah mobil bus tak jauh dari nya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Roh mu akan terkunci di sebuah miniatur cu, jika kau melanggar hak cinta di desa itu."

Aida menatap ke arah nenek di hadapannya dengan tatapan tanda tanya, iya sama sekali tidak mengerti akan maksud nenek itu.

"Nek, aida tidak paham! Maksudnya apa."

"Kau gadis istimewa, mereka akan melawan dia, guna kan roh mu untuk membawa semuanya pulang, untuk diri mu-."

Nenek itu hanya menatap aida dengan diam, aida yang melihat itu seolah-olah paham membuat nya menatap ke arah lain.

"Sebenarnya, kemana tujuan gue."batin aida.

Flashback on.

Aida terdiam ketika kembali teringat akan pembicaraan nya terhadap nenek tadi, iya benar-benar di buat bingung akan maksud dari ucapan sang nenek, tatapannya menatap lurus kedepan, seketika dadanya bergemuruh sesak ketika melihat asap hitam yang kini menggumpal di bawah awan hitam, membuat nya memejamkan matanya untuk menahan sesuatu pada dirinya.

cursed village. cannibal village.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang