"Ini sempurna!" seru Rebecca, memegangi kotak yang berat di dadanya dan bergegas menuju trotoar depan "Lebih cantik lagi saat dilihat secara langsung, PiFin!"
Sementara itu, Freen kesulitan menjaga pegangannya tetap pada kotak di lengannya, menjulurkan lehernya untuk melihat di atas kotak-kotak itu. Jubah wisudanya menggantung di belakangnya dan dia berhasil membuat kakinya tersangkut, hampir membuatnya tersungkur ke depan. Begitu dia berhasil menyeimbangkan tubuh, gadis bermata hijau itu meletakkan kotak-kotak tersebut dan membersihkan tangannya di celana jinsnya.
"Ingatkan aku lagi kenapa kita memutuskan untuk pindah di hari wisuda?" tanyanya, melemparkan topi hitamnya dari kepalanya dan membiarkannya mendarat di halaman depan. Rebecca hanya tertawa dan mengangkat bahu, sedikit memiringkan kepalanya ke samping.
"Apa kamu benar-benar mau ke sana menghadiri pesta kelulusan Nam dan Noey?" gadis yang lebih kecil menaikkan sebelah alisnya, tertawa saat ekspresi menyadari melintasi wajah pacarnya.
"Betul." Angguk Freen, mengerutkan hidungnya pada gadis yang lebih kecil sebelum mundur selangkah ke belakang untuk memperhatikan rumah kecil itu. "Tuhan, tempat ini bahkan kelihatan lebih buruk daripada di website." Freen meringis.
"Hush." Rebecca menggeleng kepalanya. "Ini sempurna." Ucapnya, tepat saat dia menaiki tangga kayu menuju pintu depan. Gadis kecil itu terkesiap ketika salah satu lantai kayu retak di bawah kakinya, dan dia langsung melompat ke samping untuk menghindari jatuh dari tangga.
"Ini hanya...butuh sedikit cinta." Rebecca mengangguk tegas, menjejakkan kaki di tangga berikutnya dengan hati-hati. Hal ini mengundang tawa dari Freen, yang bergerak maju untuk memeriksa tangga.
"Lebih seperti banyak cinta." Gadis berambut gelap menggoda, memberi isyarat pada Rebecca bahwa aman menaiki anak tangga. Dia mengeluarkan kunci dari sakunya, memasukkannya ke lubang kunci. Setelah berjuang dengan gagang pintu yang macet selama satu atau dua menit, mereka berhasil membuka pintu depan.
Rebecca langsung meletakkan kotaknya, bergegas berdiri di tengah-tengah ruangan kecil itu. Senyuman lebar menyebar di wajahnya dan dia berbalik kembali menghadap Freen, menepuk tangannya.
"Ini milik kita." Senyumnya, berputar-putar dan melihat seluruh ruangan. "Ini sempurna." Gadis kecil itu tertawa, berlari maju dan menarik Freen dalam pelukan.
"Kamu sempurna." Freen tertawa pelan, melepaskan diri dari pelukan dan menempelkan ciuman cepat di bibir pacarnya. "Aku harap aku bisa mengucapkan hal yang sama terhadap rumah ini." tambahnya, berjalan ke arah gorden dan mengibaskan debunya.
Sudah hampir empat tahun sejak Rebecca muncul di apartemen mereka di New York, mengenakan sepatu converse putih usang yang sama dengan yang dia pakai sejak saat itu. Segalanya berjalan cukup mudah bagi mereka sejak perjalanan spontan mereka ke Thailand. Rebecca terus membaik secara perlahan, tidak pernah gagal untuk membuat pacarnya tersenyum.
Freen sangat bahagia mendengar kalau dia mendapatkan tawaran pekerjaan tepat setelah dia wisuda. Pada tahun pertama kuliahnya, dia magang di sebuah perusahaan desain grafis, yang terkesan dengan hasil kerjanya sehingga mereka ingin dia kembali ke posisi permanen segera setelah dia lulus. Rebecca menjadi lebih bersemangat saat mengetahui kalau Toby juga ditawarkan pada posisi yang sama, yang berarti mereka masih akan tinggal berdekatan dengan Irin dan Toby yang sudah menjadi suaminya.
Hubungan mereka tidak pernah mengalami 'masa-masa kering', sebagaimana sebagian orang lebih suka menyebutnya. Mereka masih bersemangat untuk bangun berdampingan setiap pagi seperti saat mereka pertama kali mulai berkencan. Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa keduanya berbagi ikatan yang lebih dalam daripada sekadar fisik.
Pikiran Freen terhenti saat mendengar langkah kaki Rebecca masuk kembali ke dalam rumah. Dia berbalik tepat saat Rebecca berhasil membuka pintu kandang, membiarkan kucing putih tua itu keluar ke foyer dan segera berjemur di bawah sinar matahari.
KAMU SEDANG MEMBACA
GREEN - Freenbecky
FanfictionBuku ketiga dalam Yellow Series Cerita ini bukan miliki saya, hanya terjemahan dan konversi dari buku berjudul Green → camren yang ditulis oleh @txrches. Saat ini, Rebecca dan Freen sama-sama tahu untuk memperkirakan hal yang tidak terduga. Namun, k...