BAB 04 - GORESAN BATIN.

184 126 21
                                    

                                     00.04

Setelah Fatur membersihkan dirinya, ia bergegas untuk istrahat sedikit, dengan hanya berbaring menenangkan pikirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah Fatur membersihkan dirinya, ia bergegas untuk istrahat sedikit, dengan hanya berbaring menenangkan pikirannya.

Berdiam diri dan tidak terlalu terbuka, ia merasa sedikit tenang dan membuatnya tidak begitu mudah percaya pada orang lain selain dirinya sendiri.

Dengan renungnya meratapi nasib, Fatur terkejut akan seseorang yang membukaa pintu kamarnya.

Segara Fatur menoleh dan mendapatkan adiknya yang sedang berdiri menatapnya.
"Ada apa dek?" Tanya Fatur pada adik bungsunya.

Sang adik menghampiri sang kakak.

"Kak, Nisa minta duit buat beli perlengkapan gambar senin nisa ada lomba" ucap nisa to the point.

"Dek, coba minta sama mamak kakak sekarang ga lagi punya duit pegangan, duitnya aja masih kurang buat nanti bayar kuliahan"

Elak fatur menyarankan adiknya untuk meminta duit kepada orangtuanya, karena dirinya sendiri juga belum punya duit untuk dikasih.

Nisa menundukkan kepala, tanda sedikit kecewa diraut wajahnya.
"Sudah diminta sama mmak, sama bapak tapi disuruh minta sama kakak"
Tukasnya kemudian.

Fatur menghela nafas panjang, dan meninggalkan sang adik perempuannya itu berada di bilik kamarnya.

Lantas ia menemui sang ibu yang sedang duduk bersantai menikmati senja pada sore hari.

Tujuan fatur untuk menjelaskan hal yang sama bahwa dirinya juga tidak punya duit untuk diberi kepada sang adik.

"Makk, aku belum punya duit buat dikasih sama Nisa kuliahan aja masi kurang bayarnya" jelas fatur to the point.

Ibunya Fatur dengan kaget mendengar ucapan Fatur yang bunyinya seperti itu, sontak langsung bangun berdiri dari duduknya.

" Maksud kau? Aku yang kasih duit ke adikmu hah?? Taulah diri kau sedikit, dulu kau sekolah aku yang biayain semua aku yang biayain!! "
Ucap ibu fatur sambil berdecak pinggang menunjuk nunjuk dirinya.

"Ku tau dari dulu, aku tak mau mengeluarkan uang banyak demi pengobatan kau duluu!! "
Ungkit sang ibu didepan anaknya.

Dengan mata memerah fatur membalas perkataaan ibunya yang bagaikan belati menggores hatinya.

"Dari dulu aku juga gamau hidup, disuruh milih penyakit atau hidup dirumah kaya gini, mending aku milih penyakit dan mati"
Ucap fatur tegas tapi tidak lantang dengan nafasnya yang cepat.

"Yaakk!!!!, Berani kau samaa aku? Hahh?? Aku mamakmu, anak macam apa kau, matilah saja kauu tak pantas hiduppun, kau beban keluarga!! Penyakitan dan tak tau maluu!!! Kauu anak tak tau maluu!!"

Omel sang ibuu dengan lantang pada sang anak yang mematung mendengarkan ucapan ucapannya.

Merasa kurang puas mongomel anaknya itu, Spontan sang ibu mengambil kursi plastik.

Terbentuk ide dikepalanya untuk memukul sang anak menggunak benda tersebut.

Fatur yang menyadari akan hal itu segeranya ia menghindar, namun naas lemparan kursi itu mengenai kepalanya.

Fatur dengan menahan rasa sakit yang dialaminnya, memegang kepalanya karena merasa pusing akan hal insiden yang terjadi barusan.

Fatur sudah menebak endingnya pasti akan seperti ini.

Tak lama kemudian, Sang ayah datang dan bertanya ada apa kepada istrinya, dengan cepat sang istri mengadu akan kelantangan dan beraninya fatur melawan sang ibu.

"Anakmu!! Sudah berani melawankuu, ucapanku dibantah sama anak penyakitan ini,nyusahin saja setiap harii!!" Jawab sang istri pada suami.

Ayah fatur yang mendengar jawaban dari istrinya, menatap tajam kearah fatur.

Fatur yang sudah menyadarinya pun sudah pasrah akan keaadaanya sekarang.

Dengan apa yang akan terjadi kepadanya nanti dirinya tidak akan bisa melawan.

Meminta tolong kepada siapa?? Dirinya dirumah ini seperti makhluk tak kasat mata, tak ada yang melihat jika sudah dicaci maki dan dipukuli.

"Sudah mulai kurangajar kau sama orangtua? mau jadi anak durhaka kau?jangan banyak cocot kau disitu semua ini salahmu! Anak sialan!"
Amarah sang ayah memuakk kepada fatur.

*PLAKKKK

Kembali dirinya mendapat tamparan diri dan juga tamparan hidup yang menyedihkan.

Fatur tidak bisa melawan, jika ayahnya sudah bertindak seperti ini.

"Ga usah kau kuliah, sekolah tinggi tinggi kalo model kaya begini percuma kau gada gunanya hidupmu" ucap sang ayah lagi.

"Begaya saja kau kalau kuliah, ngabisin duit kau, udah ngabisin duit tetap gada gunanya kau hidup" tambah sang ibu pada anaknya.

Fatur yang mendengar ucapan ucapan tajam yang keluar dari mulut kedua orangtuanya, hanya bisa tersenyum miris bagaikan pengecut dengan mata memerah.

Setelah puas dengan apa yang dilakukan oleh sepasang suami istri itu kepada anaknya, barulah mereka berhenti dan meninggalkan fatur sendirian.

Tidak hanya fatur yang ditinggalkan, namun meninggalkan luka baru lagii untuk dirinya.

Orangtua yang sangat disayanginya, setiap hari hanya akan memberikan sayang tamparan hidup dan cacian untuk dirinya.

Berapa banyak uang yang akan saya kumpulkan, hanya untuk membeli rumah dengan isi ketenangan??.

★★★

Next??
Hai Hai👋🏻👋🏻, penasaran sama kelanjutannya? Yukk jangan lupa vote dan pantengin terus kelanjutan ceritanya yaa, dukunganmu adalah semangat untuk para authorr🔥🔥.
Yang belum follow, vote yukk segera follow dulu dan bisa tambahkan cerita ini ke perpustakaan kamu^^.

ALFATUR ( SOON )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang