BAB 09 - PENJELASAN.

95 71 6
                                    

                                  00.09

Fanira tak berhenti menangis, ia tidak berpikir untuk segera melihat handphonenya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fanira tak berhenti menangis, ia tidak berpikir untuk segera melihat handphonenya.
*Goblok emang Fanira ya*

Fanira menyesali dirinya yang tak bisa apa apa saat dibully, dengan dorongan hati Fanira segara berdiri dari jatuhnya ia Kelantai.

Fanira mulai menenangkan pikirannya, menarik nafas dalam dalam serta merapikan rambutnya.
Fanira menatap dirinya dari Cermin, Termenung dan lagi lagi mengeluarkan air mata.
Teringat ucapan Cia yang mengatainya.

" Iya, kak gw orang yang gapunya. . . . Rumah juga gw gapunya, gw ga punya apa apa buat di pamerin, lo punya keluarga utuh aja gw udah kalah... " Lirih Fanira disela sela tangisannya.

Fanira terus menatap dirinya dicermin, semakin ia menatap dirinya semakin tergores luka lisan yang dilontarkan oleh Cia.

Fanira tersadar dari renungan barusan, ia segera membasuh wajahnya dan menghela nafas pelan.
Fanira segera keluar dari toilet tersebut, terlihat matanya yang sembab dan hidung memerah.

Fanira berjalan menuju lantai 1, guna menemui Ferinda yang sedang menunggunya.

Fanira teringat oleh ucapan Cia untuk menjauhi Ferinda, Fanira hanya bisa menghela nafas dan terus berjalan melewati tangga satu per satu.

Fanira tengah berada di lantai 1, ia segera keluar dari gedung universitas tersebut.

Fanira menuju tempat parkir, ia berharap Ferinda masih ada disana.

Saat Fanira tiba ditempat parkir, dirinya sudah tidak mendapati Ferinda.
Fanira mencari Ferinda terlebih dahulu disekitaran tempat parkir, berharap dapat bertemu dengan Ferinda.
Tak kunjung mendapati keberadaan sang sahabat, Fanira segera mengambil Handphone androin miliknya itu.

Betapa terkejutnya Fanira saat membuka handphone, yang dipenuhi oleh notifkasi dari aplikasi Whattsap, beberapa panggilan dari Ferinda dan pesan pesan grup yang tak terbaca.

Fanira mencoba mengetuk kontak Ferinda guna menelponnya balik.
Fanira belum melihat grup, sekarang ia hanya fokus menghubungi Ferinda.

" Aduh Ferin, Angkat dong, gw mau cerita tolong " Ucap Fanira dengan benda pipih yang berada diantara pipi dan ditelinganya.

Terlihat kontak yang tengah dihubungi Fanira sedang aktif, tapi tak kunjung mengangkat panggilan dari Fanira.

Fanira mencoba berkali kali menghubungi Ferinda, tetapi hasilnya sama tidak diangkat dan hanya diabaikan.

Fanira semakin panik, dan memutuskan untuk pulang kerumah terlebih dahulu untuk menenangkan diri.

Fanira naik gojek untuk pulang, jika menunggu bus akan terlalu lama, sedangkan dirinya ingin cepat cepat pulang.

Keadaan Fanira tak menentu baik pikiran yang sangat berisik maupun hatinya yang dilanda kegelisahan.

Selang beberapa menit terlewatkan, akhirnya Fanira sampai pada tujuan dan segera membayar tumpangannya.

ALFATUR ( SOON )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang