19

52 4 1
                                    





Ana termenung di dalam tenda.Kepalanya begitu penuh saat ini.Apa yang baru saja terjadi?.Kenapa bisa?.Tapi dirinya?.

"Arrrghh!...." Ana menjambak rambutnya prustasi."Lo gila,Ana! Gila!...Dia kakak lo!."

Harusnya dia menghindar,menjauh dan tidak membiarkan perasaan ini tumbuh di hatinya.Tapi,kenapa ia membiarkan semua itu terjadi?.Dan sialnya ia menikmatinya!.

"Nggak boleh!...Lo nggak boleh suka sama kakak lo sendiri Anaa! Nggak boleh!." Namun,tanpa ia sadar,perasaan itu sudah tumbuh terlalu besar sekarang.Kebersamaan yang sering mereka habiskan,menjadi awal mulai debaran itu ada.Dan bodohnya ia membiarkannya.Ia terlalu menyukai sensasi yang baru pertama kali dia rasakan.

Bagaimana ini!.Apa Arga juga memiliki perasan yang sama dengan dirinya.Atau mereka hanya terbawa susana saja tadi.Astaga! Kepalanya terasa mau pecah,memikirkan masalah ini sejak tadi.

Setelah membawa tubuh keduanya naik dari air.Pria itu tidak berkata apa-apa selain menyuruh Ana mandi dan ganti baju.Sedangkan dirinya,berpamitan mencari kayu bakar untuk membuat api unggun nanti malam.Sudah, itu saja.Sampai sekarang mereka belum bertemu setelah kejadian itu.Hari sudah gelap,dan Ana masih betah diam di dalam tenda.Dia bingung.Sangat bingung sekarang!.Bagaimana ia harus menghadapi Arga setelah ini.

"Ana."

Tubuh Ana berjengit mendegar suara Arga yang tiba-tiba memanggil.Jantungnya berdegup gila.Ia mengigit bibir gelisah.Bagamana iniii!.

"Gue mau ambil baju."

Suara Arga kembali terdengar,membuat Ana semakin prustasi!.Pria itu tidak langsung masuk karena mengerti Ana masih belum siap jika harus bertemu sekarang.Dan Ana harus mengakui,kalau ia suka sikap Arga yang sanagat memahami dirinya.Sial! Ini bukan waktu yang tepat untuk mengagumi pria itu.Oh astagaa!.Ada apa dengan otaknya sekarang!.

"Gue masuk atau lo yang ambilin?." Arga berdiri sabar di depan tenda yang masih belum terbuka.Ia mengakui tingkah implusifnya tadi sungguh gila.Tapi...dia tidak menyesalinya.Anggap saja dia memang gila sekarang karena dirinya justru merasa lega telah melakukan itu.Karena ia sudah tidak bisa lagi menahan luapan perasaanya sekarang.

"Kalau gitu,gue mas-" Zipper tenda itu terbuka,tidak lama tangan Ana menyembul dengan baju dan celana yang dia sodorkan.Hanya tangannya saja,membuat Arga terseyum geli.

Ana mengeryit,karena tidak ada tanda-tanda Arga mengabil pakaiannya.

"Ba-" Tubuh Ana mematung,merasakan Arga memegang tangannya setelah mengabil pakaiannya.Tapi hanya sebentar,dan itu mampu membuat tubuhnya meremang hebat.Ana mengipasi wajahnya yang tiba-tiba terasa sangat panas.

"Astagaa! Lo kenapa Anaa!."

••••••••••

Rasa hangat dari api unggun di depannya membuat ia tidak terlalu kedinginan.Ana mengeratkan jaket tebal yang dia pakai.Beberapa kali ia menghela napas kasar.Sebenarnya dirinya ingin tidur saja,tapi Arga memaksanya keluar.Dan mengancam akan membopong dirinya jika tidak mau keluar dari tenda.

Arga memilih bertingkah seperti biasa.Seolah semua itu tidak berarti apa-apa.Mungkin hanya dia yang menganggap terlalu serius.Sampai terbawa perasaan.Menyedihkan sekali dirinya.

"Kenapa diem aja? Katanya mau bakar marshmellow."

Ana memegang dadanya karena terkejut dengan kehadiran Arga yang sangat tiba-tiba.

"Mana? Gue bakarin." Arga memperhatikan Ana yang duduk di depannya,terhalang api unggun.

Ana menghela napas panjang.Kalau Arga bisa bersikap biasa saja.Kenapa dirinya tidak?.Ia melangkah mendekati tas berisi beberapa makanan.

THIS IS LOVE [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang