Bab 1

2.4K 182 4
                                    

"Hali"

"...kak Hali"

Halilintar membuka mata nya perlahan membiasakan retina nya dengan cahaya, sampai mata nya dengan jelas melihat seorang yang di kenal nya.

"Ugghh Gempa" Halilintar merubah posisi nya yang tadi berbaring kini menjadi duduk, melihat Gempa yang sedang menatap khawatir ke arah nya.

"Gempa kenapa kita di sini?" Halilintar melihat sekeliling nya, dia sangat kenal dengan tempat ini.

"Harus nya aku yang tanya, kenapa kak Hali ada di sini? Bukan nya kakak ada ekskul hari ini?" Gempa berdiri dari duduk nya dan menuju ke arah bangku yang dekat dengan nya.

Saat ini mereka memang ada di kedai tok abah, yah Halilintar tentu saja kenal dengan tempat ini. Tapi ada yang aneh kenapa diri nya di panggil kakak oleh Gempa? Dan kenapa mereka tak bersatu kembali?

"Gempa, kenapa kita tak bersatu kembali? Kalau hilang ingatan bisa bahaya. Lalu dimana Taufan" Halilintar kini berdiri mengingat sesuatu yang lebih penting dari pada masalah lain nya, dia juga melihat sekeliling untuk mencari Taufan, tapi nihil karna tak ada siapapun di sana selain mereka berdua.

"Huh? Kak Halilintar sangat aneh, sudah tertidur di jalan lalu berbicara tidak jelas dan aneh sekali karna kakak mencari kak Taufan" Gempa menatap Halilintar aneh, sebenarnya apa yang terjadi dengan kakak nya itu?

"Gempa, sebenar nya apa yang terjadi dan kenapa kau memanggil Taufan dengan sebutan kakak? Apa kau sudah tertular oleh kebodohan nya?" Halilintar menatap Gempa dengan serius, dia takut kalau kebodohan Taufan itu tertular ke Gempa. Siapa yang akan memimpin para elemental nanti nya kalau gempa menjadi bodoh.

"He? Apa kakak bilang?" Gempa menatap kakak nya itu dengan deathglare nya dan menekan kan setiap kata yang ia ucapkan.

Halilintar tanpa sadar menelan ludah nya dengan kasar, entah kenapa dia takut sekarang. Padahal kalau ia berduel dengan Gempa, dia yakin diri nya lah yang akan menang.

"Huft sudah lah kak Hali cukup main main nya, lebih baik bantu aku antar koko ini ke tempat pakcik Kumar" Gempa menyerahkan plastik yang berisi koko tok abah ke Halilintar lalu meninggalkan nya.

Halilintar yang memegang plastik itu hanya mengedipkan mata nya bingung lalu menatap Gempa yang sudah jalan menjauh dari nya.

"Cepat lah kak Hali, mau sampai kapan kau diam di situ. Dan jangan lupa meminta uang nya" Gempa kembali membalikan badan nya lagi dan tersenyum manis, tapi bagi Halilintar itu agak mengerikan.

Setelah Gempa berbalik badan lagi, Halilintar menggunakan gerakan kilat nya agar lebih cepat sampai ke alamat yang di tuju. Mungkin dia akan berbicara lagi nanti, dan Gempa yang sudah berbalik badan lagi untuk memastikan kakak nya itu sudah berjalan malah tak melihat batang hidung nya sama sekali.

"Eh? Kak Hali cepat sekali sudah hilang saja" Gempa bingung tapi dia hanya mengedikan bahu nya dan lanjut berjalan ke arah kedai.

•••

Tak jauh beda dengan Halilintar, Taufan saat ini sedang di kerumuni oleh dua orang yang memanggil nya kakak. Mata nya membulat dan bibir nya datar, dia sangat bingung dengan situasi sekarang.

"Apa yang terjadi?" Taufan bergumam pelan tapi sepertinya masih bisa di dengar oleh dua orang yang saat ini menempel pada nya.

"Kenapa kak upan bertanya? Tentu saja Thorn tidak tau jawaban nya"

"Kak upan kata nya ada ekskul Skeatbroad hari ini, kenapa malah tiduran di luar rumah?"

"Blaze? Thorn? Kenapa kalian memanggil ku kakak?" Taufan memandangi kedua orang itu bingung, dan lagi apa itu 'kak upan'? Kenapa mereka memanggil nya begitu, otak nya tak bisa memikirkan apapun sekarang.

Other Dimension [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang