Satu minggu kemudian
"Assalamualaikum, cantik."
"Waalaikumsalam, eh... lo ngapain." kaget Diana diam sesaat jadi patung di ambang pintu rumahnya.
Niat hati pergi keluar untuk sekedar menghirup udara segar, eh malah moodnya berantakan setelah melihat wajah pria tak asing menyelonong masuk.
Hari ini cuaca pagi tidak seperti biasanya, mendung gelap berawan, mungkin sebentar lagi setetes demi tetes air akan turun membasahi sebagian dari bumi.
Perut buncitnya sedikit memperlambat pergerakan, tidak mungkin kan Diana berlari demi apa? terserah pria itu mau melakukan apapun.
"Baby sudah makan." ucap Andre basa basi. Ternyata dia datang untuk sekedar singgah menghabiskan sisa makanan tuan rumah.
"Gimana?"
"Apanya." berhenti mengunyah nyengir kuda. "Enak, kamu beli dimana?"
"Nemu pinggir jalan tuh." jawab nya asal seraya duduk berhadapan dengan nya, menyodorkan air.
Andre mengangguk pertanda terima kasih meneguknya sekali telan langsung tandas.
"Abis kuli dimana lo? datang datang kayak orang kesurupan, mana makanan gue lo embat semua lagi." ujar Diana.
Krik
Krik
Krik
Sepuluh menit menunggu jawaban ia malah teracuhkan oleh subuhi permintaan konyol.
"Baby aku boleh elus perut buncit kamu, sebentar saja." lirihnya.
Diana menggeleng cepat. "Tidak, emang siapa lo? yang berhak nyentuh gue ya lelaki sah ku." tegasnya.
Yah... Andre menjatuhkan dagunya lesu. Kedinginan kali ini tak dapat terpenuhi secara mudah. Sadar statusnya hanyalah orang asing.
"Udah selesai kan, sekarang pergi gih, enek gue liat muka lo terus." usir nya dari sang pemilik rumah.
Tentu saja pria itu menolak, memikirkan sebuah ide agar dia tetap berada disana.
"Aduh!" pekik nya meremas baju bagian dada.
Diana acuh tak acuh, tatapan tertuju pada layar gadget miliknya.
"Aggrh!"
"Ssstt... Auh, sial." umpat nya.
"Kenapa?" menyerngitkan dahi bingung.
"A aku pulang. Thanks. " pamit Andre hendak pergi dari dapur.
"Duduk!" suruh nya. "Tunggu sebentar."
Diana datang menghampirinya setelah beberapa menit berlalu sambil membawa kotak P3K ia letakkan di meja dapur setelah membenahi piring kotor.
"Buka bajumu."
Hah!
"Ck, selain tukang bengong lo juga budeg." kata Diana berdecak.
"Hmm..." mengangkat alisnya seakan bertanya.
Isi dalam otaknya berputar putar gebug terlalu gugup atau karna hal lain. Namanya juga orang suka berpikiran aneh menyangkut pikiran kotornya.
Ternyata Andre belum menyadari sesuatu.
SREK
Suara gesekan kursi.
"APA PERLU AKU YANG BUKA."
"Singkirkan pikiran busukmu. Gue cuma mau bantu ngobatin." tekannya pada sisi kanan bahu Andre sembari duduk berhadapan dengan nya.
Arghhhh...
Rupanya Diana tau jika saat ini pria yang datang ne rumah nya itu sedang terluka, ia cuma berpura pura tak tau membiarkan sampai mana dia berbohong, tercium dari bau amis dari aroma tubuhnya, keringat bercampur darah, padahal masih pagi, indra penciuman nya tidak pernah salah.
"Oke, ku perlihatkan padamu." antusias Andre perlahan membuka jas hitam dan satu per satu kancing kemejanya.
"Ah, ya ampun berdosa kah aku ini." gumam Diana lirih hampir tak terdengar ia malah berpaling muka setelah melihat pemandangan indah di depan mata.
Andre tersenyum smirk. "Udah, sekarang kamu boleh peluk aku." godanya merentangkan kedua belah tangan.
Helaan nafas berat terdengar jelas, pria itu suka sekali menggodanya, mau heran tapi Andre.
Diana menulikan pendengaran nya beralih fokus ke bagian kulit yang bercampur darah, sepertinya itu cukup lama, kulit mulusnya sedikit terkoyak akibat luka lebar lima centi, karna benda tajam.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
IPAR KEMATIAN (END)
RandomPernikahan adalah sebuah momen terindah yang di idamkan semua pasangan, tapi tidak untuk Diana. Di malam pertamanya kakak iparnya sendiri dengan sengaja menjebak dalam hubungan terlarang, merebut hak yang seharusnya di berikan bersama sang suami ia...