4

682 104 6
                                    

"kau baik-baik saja?" Pertanyaan itu membuat Lisa tersadar. Dia sangat ketakutan tapi dia mengangguk kemudian matanya tertuju pada songkang yang berbaring dilantai.

"Aku sudah memanggil ambulans, mereka akan tiba sebentar lag... Lalisa!"  Sebelum Jennie menyesuaikan ucapannya Lisa tiba-tiba pingsan.
Saat Jennie memeluknya, dia menyadari sesuatu, tubuh gadis itu dingin seolah dia Baru saja keluar dari kutub es.

"Apa ini? Kenapa tubuh manusia sedingin ini" ucapnya melepaskan jacket yang dia pakai dan menutupi Lisa agar tubuh gadis itu tidak kedinginan.

Hanya beberapa detik kemudian ambulans datang bersama polisi. Lisa dan songkang mendapatkan pertolongan pertama dan dengan cepat dibawa kerumah sakit, sedangkan untuk pria itu Jennie menyerahkannya pada kepolisian.

"Kau walinya, ikutlah kerumah sakit" salah satu petugas ambulans berkata pada Jennie yang dengan senang hati Jennie lakukan.

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, mata Jennie tertuju pada gadis yang tidak sadarkan diri. Lebih tepatnya mengagumi kecantikannya.

"Dia sangat cantik bahkan saat matanya tertutup" gumamnya tanpa didengar siapapun

Tiba di rumah sakit dan melakukan beberapa pemeriksaan, Lisa dinyatakan baik baik saja, dia hanya syok dengan kejadian itu.

"Tapi tubuhnya sangat dingin saat aku menyentuhnya" kata Jennie tanpa melepaskan pandangannya dari Lisa

"Itu wajar, saat tubuh manusia mengalami sesuatu yang memicu adrenalin. Pasien bisa pulang setelah dia sadar" kata dokter

Sepanjang malam, Jennie tidak beranjak dari sisi Lisa. Dia tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari gadis itu. Dia khawatir tentu saja, jika saja dia tidak nekat untuk mengikutinya mungkin Lisa sudah tidak ada saat ini.

Karena perlu mengurus songkang juga, Jennie pergi ke resepsionis sebentar dan kembali lagi.

Saat dia kembali Lisa sudah sadar, dia tampak kebingungan.

"Kau baik-baik saja?" Pertanyaan itu membuat Lisa menoleh dan sedikit terkejut melihat Jennie berdiri didepannya. Tapi dengan cepat merubah ekspresinya

"Hmm. Berapa lama aku tertidur?"

"5 jam"

"Aku tidur selama itu.." gumam Lisa menghindari tatapan Jennie padanya, aneh dia merasa sedikit tidak nyaman dengan itu.

"Tunggu.. adikku bagaimana dengan adikku?" Lisa kembali panik saat mengingat kondisi songkang berdarah di lantai. Dia hendak melompat tapi dengan cepat Jennie menahannya tanpa menyentuh tangannya yang di gips.

"Hei tenanglah! Kau bisa terluka" apakah dia mencoba untuk terluka dengan melompat dari tempat tidur.

"Aku tidak tahu kalau dia adikmu. Tapi dia baik baik saja sekarang kau bisa melihatnya di bangsalnya"

Dengan bantuan Jennie, Lisa sampai di bangsal songkang dengan cepat. Jennie menilai Lisa dari samping, hal yang baik karena dia memutuskan untuk membantu songkang juga. Sebelumnya Jennie enggan untuk membantu pria itu karena ada rasa cemburu yang timbul begitu saja dihatinya dan membiarkan pria itu mati kehabisan darah.

Tanpa diduga, seseorang telah tiba lebih dulu diruang rawat songkang. Tuan Manoban berdiri disamping ranjang anak muda itu menatapnya dengan tatapan kosong.

"Appa.." Lisa

Jennie yang berdiri dibelakang Lisa penasaran dengan pria yang disebut Lisa sebagai appa, dia dengan cepat maju selangkah dan melihat orang tua itu berdiri disana.

"Kenapa kau kesini, harusnya kau pulang saja istirahat dirumah. Biar aku yang menjaga adikmu" tuan Manoban berjalan menuntun Lisa duduk di sofa dengan hati-hati seolah takut putrinya terluka.

I AM NOT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang