"Apa yang kamu lakukan di sini, Hinata?"
Suara itu berasal dari belakang tubuhnya. Hinata cepat-cepat berdiri, menyandang tas bonekanya lagi dan nyaris gelagapan. Tapi, ia memberanikan diri untuk menghadapi tubuh menjulang Naruto. Kepalanya mendongak, bola matanya menembak lurus ke sepasang safir biru itu, menghiraukan jantunganya yang berdebar kencang sekaligus sepasang pipinya yang merona.
"Saya yang seharusnya bertanya, kenapa kamu ke sini?"
Hinata berkelit, malah bertanya balik ke Naruto yang entah apa dan kenapa membuntuti dirinya. Nyatanya, ia kecolongan. Pria ini benar-benar pandai menyusup.
"Saya hanya mengikuti kamu saja,"jawab Naruto enteng. Seraya melirik curiga ke arah Hinata. Gadis itu hanya diam dan mengalihkan pandangannya ke bawah.
Buru-buru, kaki-kaki Hinata melangkah, menapak cepat ke atas papan. Hingga tubuhnya benar-benar keluar dari celah semak-semak yang menghubungkan area danau itu dan tempat ia memarkirkan sepedanya. Sesaat ia terkaget, ketika tak mendapati sepedanya terparkir di tempat yang ia yakini, benda itu ada. Ekspresi di wajahnya menunjukkan kecemasan. Tarikan napasnya berubah lebih cepat, jantungnya berdebar-debar.
"Kemana sepedanya?"
Ia hanya mendapati sebuah sedan BMW yang terparkir di sana, entah sejak kapan dan milik siapa. Tiba-tiba, sosok menjulang Naruto sudah berada di sebelah kanannya, membuat ia terperanjat.
"Sepeda kamu sudah saya bawa kembali ke kastil, saya menyuruh Louis untuk membawanya,"Dusta Naruto dengan santainya, ia bukan menyuruh Louis tapi menyuruh Shikamaru. Melalui saluran telepon, ia menghubungi pria yang selalu ada saat dibutuhkan.
Hinata akhirnya bisa menarik napas tenang,"Lalu? Mobil siapa ini?"tanya Hinata, raut datar di wajahnya terpampang. Menunjuk ke mobil Naruto dengan dagunya.
"Mobil saya,"jawab Naruto jujur. Kaki jenjangnya melangkah ke dekat pintu sebelah kemudi dan membukanya lebar-lebar untuk Hinata, "ayo masuk,"
Tubuh Hinata tetap pada posisinya, enggan beranjak. Dengkusan jengkel terdengar,"Kamu mau mengajak saya kemana memangnya?"
"Jalan-jalan sebentar,"jawabnya ringan. Tubuh tegapnya masih posisi berdiri di dekat pintu.
Samar-samar delikan kesal Hinata layangkan ke safir biru Naruto,"Jalan-jalan? Mau bolos kerja ya?" tuduh Hinata.
Masih dengan mode tenang, Naruto menjawab,"Tidak, jam 10 kita pulang. Saya juga ada keperluan di luar, ingin membeli bibit tanaman pesanan Nona Yugao,"
Sepasang alis Hinata mengkerut curiga. Pria ini paham ekspresi wajah Hinata. Tahu-tahu, tangannya bergerak merogoh saku kanan kemeja navy-nya dan memperlihatkan secarik kertas. Ia takut Hinata tak percaya dengan apa yang ia ucap barusan.
"Jika kamu tak percaya, silakan lihat saja,"Naruto menyodorkan bukti itu di depan wajah Hinata. Hinata hanya melirik benda itu tanpa minat dan menjawab ketus,"Ya, saya percaya sama kamu,"
"Ya sudah, kalau percaya ayo masuk atau mau saya gendong seperti malam kemarin? Kamu tinggal pilih!"titah Naruto, sudut bibirnya terangkat sebalah, safir birunya itu menyala untuk menggoda dirinya.
Langkah Kaki Hinata terhentak kesal, wajah masamnya tak berubah. Hinata menurut dan duduk dengan gelisah di kursi sebelah kemudi, debaman pintu itu tak terlampau kuat berbunyi saat ditutup. Tubuh Naruto segera berputar, masuk ke kursi kemudi yang ada di sebelahnya.
Tangan kanannya bergerak untuk memutar kunci. Bunyi mesin sedan itu teramat halus menyapa gendang telinga saat menyala. Pertanda si empunya merawat benda itu dengan baik. Sedan berwarna hitam mengkilat itu perlahan melaju lambat, Naruto ingin menikmati perjalanan di pagi ini dengan nyaman bersama kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Your Mind (End) ✔️
FanficBukan sebagai penggoda namun pandai berkamuflase. Tapi, sialnya Naruto Uzumaki masuk ke dalam perangkap asmara yang ia buat sendiri bersama Hinata. "Cinta bisa melemahkan akal sehat, lebih baik jangan jatuh cinta!" Dua agen terpilih dan terbaik dar...