Suspect

104 14 0
                                    

Sepasang kakinya menjejak ke atas jalan setapak menuju bagian ujung kastil. Di sela-sela pohon pinus yang menjulang tinggi, ada sebuah bangunan yang terpisah dari yang lain ukuran 36x100 meter persegi, beratap navy dengan desain modern. Siapa sangka, bahwa tempat itu adalah gudang untuk menyimpan barang yang tidak terpakai.

Sepasang netra keunguannya, memindai sekeliling. Hanya memastikan bahwa tak ada yang membuntuti. Setelah merasa aman, ia meraih sebuah kumpulan kunci yang ada di kantong kiri blazernya. Mengangkat satu kunci dan memasukkan ke dalam lubang yang ada di gagang pintu. Ia tak kesulitan saat melakukan hal yang semudah ini. Biasanya, ada aroma debu yang berterbangan hinggap di lubang hidungnya ketika membuka pintu itu, tapi untuk kali ini tidak ada sama sekali. Ruangan bercat putih, luas dan tanpa sekat, ada dua lemari kayu dan besi berukuran besar dan sedang. Tempat ini kurang layak disebut gudang karena isinya yang terlalu rapi dan bersih. Semua barang ditumpuk dan disusun, sesuai jenis, ukuran dan jumlahnya.

Pandangan datarnya hanya terpusat pada satu set perangkat komputer yang pernah ia hack. Dan itu adalah komputer baru milik Yugao. Tubuhnya bergerak pelan-pelan menuju benda yang berada paling sudut kiri dekat lemari kayu besar, dalam keadaan mati total.

Sudut bibir Hinata terangkat sebelah, membentuk sebuah seringai,"Di sini kamu rupanya,"katanya, seolah menangkap basah sesosok penjahat yang tengah bersembunyi. Tubuhnya berdiri di depan alat elektronik itu dan menatapnya sesaat. Tangannya terulur untuk mengusap bagian atas layarnya.

Kepala cantiknya menoleh ke belakang, pintu gudang sengaja ia biarkan terbuka lebar agar tak menimbulkan kecurigaan siapapun yang kebetulan lewat. Tak lama kemudian, tangan kirinya bergerak menarik gawai istimewa yang ada di saku kiri celana dasarnya. Bola matanya bergerak bergantian antara menatap gawai yang ada di telapak tangannya dan komputer itu.

Bola mata keunguan itu tampak ragu-ragu,"Dilakukan sekarang atau tidak ya?" Hinata menimbang-nimbang penuh dengan pemikiran yang matang, agar tak salah melangkah. Salah langkah sedikit saja maka semua akan berakhir. Ia mengembus napas berat setelahnya.

Data rahasia yang ia curi, sudah ditranslit dan dikirim oleh rekannya, Lucy. Data itu tak bisa dibuka sepenuhnya di dalam ponsel Hinata, ia harus membukanya melalui komputer. Ini menunjukkan bahwa semaju apapun teknologi mereka, kekurangan itu pasti ada. Telunjuk Hinata bergerak untuk menyentuh simbol power ponselnya hingga benar-benar menyala. Ponsel pintar itu sudah diprogram dengan sidik jari masing-masing pengguna. Jika ponsel itu hilang dan ditemukan oleh orang lain, maka orang itu tak akan bisa membukanya. Semua data anggota M.I.S mulai dari data pribadi, hingga  sidik retina sudah terenkripsi di dalam ponsel. Layar itu telah terbuka, namun ia masih harus membuka key pasword berupa titik-titik rumit yang mana, itu merupakan sandi khusus yang ditujukan untuk personal anggota M.I.S. demi menjaga kerahasiaan.

"Sedang apa kamu di sini, Hinata?"Menmanaru datang dan sudah berdiri di belakang tubuhnya, entah sejak kapan.

Tubuh Hinata terkaku di tempat. Tangannya yang sedang memegang ponsel refleks kembali ke dalam saku. Ia berdeham untuk mengusir rasa canggung,"Tidak ada .. apa-apa,"jawab Hinata berusaha untuk setenang mungkin menghadapi situasi yang ada. Tak bisa dipungkiri keningnya tampak mulai mengeluarkan buliran asin, pertanda tak nyaman. Jantungnya berdebar. Tubuhnya perlahan-lahan berbalik.

"Tidak ada apa-apa?" ulang Menmanru, sepasang bola safir itu menembak curiga ke arah Hinata.

Bibir Hinata terlipat ke dalam, wajah cemasnya kian kentara dan sialnya tertangkap oleh netra biru Naruto yang tengah mengintrogasi dirinya.

"Apa yang sedang kamu sembunyikan dari saya, Hinata?"Naruto menambahkan pertanyaan untuk Hinata.

Kelopak tanned itu menyipit. Kaki Naruto melangkah perlahan-lahan, mengitari tubuh kekasihnya. Habis waktu sekian detik untuk menatap penuh selidik, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Suasana begitu lengang, tak ada yang membuka suara lebih dulu, di antara mereka berdua. Mereka berdua tenggelam dalam luasnya lautan pikiran masing-masing. Detakan jantung Hinata semakin kencang berpacu, keberadaan Naruto di sini benar-benar membuatnya terancam.

Lost In Your Mind (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang