bab 10

134 10 1
                                    

Zaki sangat ingin menjamah tubuh istrinya itu, Namun seketika ia tersadar, Zaki tidak ingin menjadi pencuri meski Sarah sudah sah menjadi istrinya.

"Tidak, aku sudah berjanji tidak akan melakukannya jika dia belum siap" gumam Zaki lalu ia kembali menutupi tubuh istrinya.

"Kamu udah makan, apa belum ya? Kalau nanti kamu kelaparan gimana?" Zaki begitu perhatian pada istri kecilnya itu.

Ia pun merasa lapar karena belum makan malam, Akhirnya Zaki meninggalkan Sarah yang masih terlelap. ia keluar dari kamar itu menuju ke ruang makan.

"Loh, Sarah mana?" Tanya kiyai saat melihat Zaki turun sendirian.

" Sarah ketiduran bah mungkin dia kelelahan gara-gara jadwal sekolahnya padat " Jawab Zaki

"Oh... Yaudah makan dulu Ya, kalau mau di hangatkan minta tolong sama bibi aja ya, jangan sungkan-sungkan" ujar kiyai. Ia ingin Zaki menganggap rumahnya itu seperti rumahnya sendiri.

"Iya bah terima kasih" jawab Zaki ia pun menuju ke meja makan, Zaki yang sudah lapar itu tidak sempat menunggu makanan untuk di hangatkan. Sehingga ia menikmati makanan itu meski dingin.

Ia yang terbiasa hidup sendiri, bisa menikmati makanan apa pun, termasuk makanan yang sudah dingin sehingga Sarah tidak perlu repot nantinya karena suaminya itu tak banyak mengeluh tentang apapun yang ia makan.

Sebagai Ustadz Zaki pun paham
Bahwa ia harus selalu bersyukur dengan apa yang ia makan saat ini.

Selesai makan, Zaki mengambilkan
Makanan untuk di bawa ke kamarnya
Ia khawatir Sarah akan terbangun akibat kelaparan.

"Kok makan di kamar?" Tanya rayyan saat melihat Zaki membawa nampan yang berisi makanan dan minuman. Mereka berpapasan di tangga.

"Enggak bang, ini buat Sarah tadi dia ketiduran, saya khawatir Sarah nanti kelaparan karena belum sempat makan" jawab Zaki.

Rayyan tersenyum "wah aku jadi tenang melepas Sarah sama Ustadz zaki, nih Terima kasih banyak ya tadz Sarah beruntung bisa mempunyai suami yang begitu perhatian seperti Ustadz" ujar Rayyan sambil menyentuh pundak Zaki.

"Ini kan sudah jadi kewajiban saya sebagai suami bang, kalau istri saya kelaparan, justru saya akan merasa berdosa" jawab Zaki.

"masyaAllah, Alhamdulillah,tadz silahkan lanjut" rayyan benar-benar bahagia Zaki bisa menjadi iparnya.

"Iya, saya duluan ya bang" sahut Zaki lalu ia melanjutkan perjalanannya.

Sementara itu, Salman menghampiri abahnya yang sedang membaca buku di ruang tengah.

"Gimana, kamu masih mau protes sama abah?" Tanya kiyai.ternyata diam-diam Rayyan protes pada abahnya karena menikahkan Sarah di usia dini.

Rayyan tersenyum sambil menatap abahnya, "enggak bah maaf ya Ayan semalam sempat protes, Ayan cuman khawatir sama sarah" sahut Rayyan.

"Abah tidak mungkin menyesatkan anak Abah sendiri yan, kita kan sama-sama tahu Ustadz Zaki itu seperti apa, makanya Abah sangat yakin untuk menikahkan mereka. Abah pun sangat bahagia bisa memiliki menantu yang Soleh seperti Ustadz Zaki" jelas kiyai.

"Iya bah, jangan kan Abah Ayan aja bangga punya ipar kayak Ustadz Zaki, meskipun sekarang Ayan khawatir sifat Sarah tidak mudah dirubah." Ujar Rayyan.

"Abah Yakin, zaki pasti bisa merubahnya, sekeras-kerasnya batu pasti akan berlubang jika di tetesi oleh air, apalagi hati manusia. Perhatian dan sikap baik Zaki pasti mampu meluluhkan hati Sarah" jelas kiyai.

"Betul juga apa kata Abah, aku sangat bersyukur Abah mengambil keputusan besar seperti ini. Entah apa jadinya jika kita membiarkan Sarah begitu saja" ujar Rayyan ia tahu betul, bagaimana kesulitan abahnya mengurus Sarah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

S dan ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang