Bab 1. BUDAK KORPERAT

312 23 0
                                    

Angin berhembus melalui celah kulit yang telah dilapisi kain yang tebal, sepasang insan masih saja tertidur bergelung selimut untuk menutupi tubuh mereka. Memeluk satu sama lain dengan kehangatan yang tersedia. Adakalanya bergeliat dengan perlahan agar salah satunya tidak terbangun. Salah satunya akhirnya terbangun. Sesaat Dia memandangi pasangannya dengan kasih sayang yang enggan terbagun dari tidurnya. Melihat kecantikan dan anugerah yang telah Dia miliki selama ini. Dengan berfikir dan berangan angan secara samar.

Dua tahun sudah mereka melakukan pernikahan dengan suka cita merasakan rasa sakit yang telah banyak mereka lewati bersama. Begitu panjangnya perjalanan mereka sampai adakalanya mereka tidak dapat membedakan apa yang mereka rasakan sekarang.

Memandangi sekali lagi wajah cantik nan menawan yang menjadi idam-idaman semua orang, melihat apakah orang ini menyesal telah memilihnya atau tidak, membayangkan apa jadinya dirinya apabila orang ini tidak hadir dalam hidupnya. Disentuhnya wajah cantik itu dengan penuh cinta, sampai akhirnya orang itu terusik dengan gerakan samar nan lembut yang di berikannya.

"Hia, sudah bangun ya" orang itu refleks dengan melihat langsung kemata pasangannya itu.

"Tidak Nu, Hia baru saja bangun" sedikit berbohong dengan apa yang dia lakukan. Padahal sedari tadi dia telah menatap pasangannya itu selama hampir 30 menit lamanya.

Ya, kedua pasangan ini adalah Zee Pruk Panich dan Nunew Chawarin Panich. Mengapa demikian karena mereka sepakat untuk mengganti nama dengan nama tersebut apabila mereka berdua telah menikah. Meminta gelar dari keluarga Panich sebagai tambahan pada nama belakangnya.

"Apakah Hia lapar?" Ucapnya yang langsung segera bergegas duduk namun ditahan oleh Zee

"Hia sedikit lapar, tapi tunggu sebentar. Biarkan hia memelukmu seperti ini dulu" Tangan Zee langsung medekap erat tubuh Nunew yang tertahan. Dengan senang hati Nunew mengikuti apa yang di perintahkan suaminya itu.

"Hia hanya sedang berpikir apa jadinya, Hia tanpa Nunew ya? Apakah Hia akan bisa bertahan dengan hidup Hia apabila tanpa Nunew-ku ya?" Zee menatap kosong langit-langit kamarnya itu dengan khayalan yang ada di pikirannya itu. Dan pada akhirnya yang sedang dibicarakan tersebut menatap nanar wajah tegas yang di tampilkan itu dan mengerti apa yang di maksud oleh suaminya itu.

"Hia, bagaimanapun hidup manusia itu sudah di tentukan oleh takdir. Tuhan, tidak akan mungkin salah apabila telah menakdirkan seseorang itu dapat bisa bersama. Dan aku sudah mengatakan kepada hia beribu-ribu kali. Bahwa aku tidak pernah menyesal dan aku selalu bersyukur telah memiliki pria tampan nan baik hati seperti suamiku Hia Zee Pruk Panich ini. Dan aku juga terus berdoa agar aku dapat terus bersama Hia selamanya. Karna aku mencintai Hia sepenuh hati jiwa dan raga" dengan ketegasan yang di keluarkan oleh Nunew membuat Zee langsung menatap suami cantiknya ini dengan kegemasan yang Dia miliki. Zee sama halnya dengan Nunew mensyukuri apa yang dia miliki ini. Namun dia lebih bersyukur bahwa nunew telah memilihnya.

"Aku sudah tidak tahan, bolehkah hia tidak bekerja hari ini Nu" dengan memasang muka pasrah yang dia miliki agar mendapatkan izin dari suami cantiknya ini

"Nu, tidak mengizinkan. Hia harus tetap bekerja. Bagaimana jadinya karyawan Hia kalau bosnya bermalas-malasan seperti ini. Apakah Hia mau karyawan Hia memiliki bos yang malas seperti ini" sambil melepaskan pelukan dari Zee, Nunew melangkah turun dari ranjangnya itu. Merapihkan beberapa bantal yang sedikit berantakan itu.

"Cepat hia mandi, Nu akan buatkan sarapan untuk hia" melangkah keluar dari kamarnya dan meninggalkan Zee yang masih saja berbaring di ranjangnya itu.

"Aaaa... Kenapa kucingku satu ini galak sekali" mengambil bantal dan menutupi mukanya dengan bantal tersebut.

CINTA TAK BERUJUNG (ZEENUNEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang