MENELADANI KEHIDUPAN SAYYIDAH FATIMAH AZ-ZAHRA
Sayyidah Fatimah Az-Zahra adalah sosok yang pemberani, beliau tidak hanya dikenal sebagai sosok pemalu. Beliau dilahirkan 5 tahun sebelum kenabian Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam. Dimana ketika beliau terlahir dan bertumbuh, beliau masih dapat melihat bagaimana sang ayah diberikan banyak pujian sebab baik akhlaknya oleh kaum kafir Quraisy, namun seketika karena dakwah yang harus disebarkan, beliau melihat sendiri setelahnya bagaimana sang ayah justru dicemoh oleh sang ayah, dilempari oleh batu, diludahi. Beliau tumbuh dalam Medan dakwah, dari kecilnya dengan penuh kesabaran, beliau melihat sendiri bagaimana sang ayah bersabar dalam berdakwah meskipun mendapatkan banyak siksaan dan cemohan. Selain sabar, beliau merupakan sosok yang tidak gentar, beliau selalu terlibat dalam peperangan, dimana yang paling mahsyur adalah pada saat Sayyidah Fatimah Az-Zahra ikut dalam perang Uhud sebagai seorang perawat.
Beliau pula dikatakan merupakan sosok yang mendahulukan orang lain. Sayyidah Fatimah berbeda dari saudara-saudara yang lain, yang mana kala itu para saudaranya memang hidup dengan berkecukupan, berbeda dengan Sayyidah Fatimah yang tetap ridho dengan jalan yang Allah berikan termasuk pernikahannya dengan Ali yang tanpa kemegahan. Meskipun tidak dalam keadaan cukup, beliau tidak pelit memberi, beliau rela menahan lapar demi memberikan kepada mereka yang meminta padanya, yang pasti lebih membutuhkan makanan tersebut. Pernah suatu ketika beliau menerima suatu rezeki dari Allah melalui perantara seseorang. Namun yang beliau lakukan tidaklah langsung makan bagai orang yang tak pernah makan. Meskipun lapar, beliau jauh lebih mementingkan sang ayah yakni Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam. Sehingga makanan tersebut dikirimnya pada ayahnya berharap mampu memenuhi perut sang ayah. Tanpa memikirkan dirinya sendiri.
Sayyidah Fatimah Az-Zahra merupakan seorang wanita yang tidak pernah menyia-nyiakan amal shalih, sebagaimana julukannya Az-Zahra, sebab dikatakan mihrabnya mengeluarkan cahaya kemerahan karena ibadah yang beliau lakukan, beliau pula dikenal Al-Batul, sebab tak pernah terputus dari amal shalih. Perlakuan dan perkataan beliau tak pernah lepas dari kebaikan. Sosoknya dikenal pula sebagai sebaik-baiknya istri. Beliau habiskan hidupnya setelah menikah untuk berkhidmat dengan keluarganya. Bahkan dikatakan tangan beliau seringkali membengkak karena seringnya menggiling gandum secara manual. Namun tidak kemudian beliau mengeluh. Beliau dikatakan sosok tersabar yang dihiasi dengan sifat qana'ah. Salah satu anak perempuan yang paling disayangi oleh Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam. Yang mana memang diceritakan bahwa rumah pertama yang dikunjungi oleh Rasullullah sebelum berperang adalah rumah Sayyidah Fatimah, begitu pun ketika Rasullullah berpulang seusai perang, rumah pertama yang beliau kunjungi adalah rumah putri tercintanya. Inilah sekian daripada bukti betapa istimewanya Sayyidah Fatimah Az-Zahra dihari Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam.
Beliau benar-benar mengurus urusan rumahnya dengan sangat teratur, beliau bertanggung jawab penuh atas rumahnya. Beliau dengan tulus menyelesaikan urusan rumah, menumbuk dengan tangan mulianya, mendidik anak-anak dan menyelesaikan sendiri kebutuhannya. Mengenai kehidupan daripada mahligai rumah tangga antara Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah Az - Zahra. Keduanya hidup dalam pernikahan yang dipenuhi kesederhanaan namun juga cinta. Bisa dikatakan serba kekurangan bahkan dikatakan Sayyidah Fatimah harus selalu menggiling gandum setiap hari tanpa bantuan apapun sampai kedua telapak tangan beliau memerah. Pada malam hari bahkan mereka tidur dalam keadaaan tidak nyenyak ketika musim dingin, selimut yang mereka miliki apabila ditarik dibagian atas, maka dibagian kaki akan terlihat dan ketika ditarik dibagian bawah, dibagian atas pun terlihat.
Pernah suatu ketika Sayyidah Fatimah mengadu kepada Rasullullah bahwa ia terlalu lelah dengan urusan rumah tangganya, tangannya membengkak karena terlalu sering menggiling gandum dengan kayu. Beliau mengadu kepada ayahandanya untuk meminta seorang pembantu diikuti dengan persetujuan dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anha, beliau mengatakan, "Fatimah telah mengadu kepadaku tentang kedua tangannya yang lelah membuat adonan dari tepung gandum. Lalu aku berkata, "Jika kamu datang kepada Rasullullah, maka mintalah pembantu kepadanya." Lalu Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam bersabda, "Maukah kalian berdua aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik untuk kalian dari pada seorang pembantu ? jika kalian hendak mendatangi kasur kalian, maka ucapkanlah 33 kali tahmid, 33 kali tasbih, dan 34 kali takbir." ( HR. At - Tirmidzi )
Yang mana dalam kita dikatakan jika diamalkan dzikir tersebut sebelum tidur niscaya akan mendapatkan ketenangan. Dan berkhidmat dalam rumah tangga, ialah melakukan pengorbanan dalam artian bukan sekedar menjalankan peran sebagai istri, namun juga ikhlas untuk menjalankannya, ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kita tetap jalankan kewajiban, meskipun untuk mengerjakan segala hal yang disukai oleh suami itu sulit, namun tetaplah berfokus terhadap ridho yang diberikan suami, jikapun suami tidak mampu menghargai pastilah Allah melihat ikhtiar kita sebagai seorang istri. Berlanjut dalam Sayyidah Fatimah Az-Zahra, beliau merupakan sosok yang sekali lagi begitu menggemari ibadah, beliau wanita yang gemar sekali menunaikan shalat, berpuasa, dan membaca Al-Qur'an. Lisannya selalu basah dengan dzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Beliau bukan merupakan sosok wanita yang sering mengeluarkan fatwa ataupun hadist kepada para Sahbiyah, sebab kesibukannya sebagai seorang istri dan ibu. Namun sosoknya dan akhlaknya sudah cukup menjadi fatwa, ajaran-ajaran Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam yang diajarkan kepada beliau tidaklah disampaikan melainkan langsung diamalkan dalam kehidupan keseharian, sehingga beliau merupakan wanita yang paling mirip dengan Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam.
Beliau pula merupakan sosok yang sangat pemalu, sebagaimana yang banyak diketahui bahwa beliau pernah menangis begitu sedih sebab khawatir ketika kematian menjemputnya dan jenazahnya hendak dikuburkan, tubuh beliau harus dilihat oleh banyak orang tanpa penutup selain kain kafan yang pastinya membentuk tubuhnya. Sayyidah Fatimah Az-Zahra merupakan simbol dari perempuan yang memiliki rasa malu yang tinggi. Malu adalah salah satu cabang-cabang iman, malu merupakan sifatnya para shalihin dan perhiasannya pemudi yang shalihah. Namun hendaknya dalam ilmu janganlah malu dijadikan alasan, sebab Rasullullah Shalallahu'alaihi Wassallam sendiri memuji para wanita Anshar karena rasa malu tak menghalangi mereka untuk menuntut ilmu. Adapun perhatian Sayyidah Fatimah Az-Zahra
adalah urusan akhirat, beliau tidak bergelimang dengan perhiasan dunia. Maka mulai saat ini hendaknya mulailah mengatur niat dengan baik, segala bentuk perbuatan yang sekiranya mubah, menjadi sesuatu yang sunnah dan bernilai pahala, berniatlah untuk mensyukuri nikmat yang Allah berikan pun untuk berkhidmat kepada Sayyidah Fatimah.
--QnA--1. Hubabah Ummu Salim mengatakan sejatinya ibadah dikirim Allah dengan banyak macam, sebab Allah mengetahui sifat manusia yang memang mudah bosan. Maka sebagai seorang wanita niatkan segala sesuatu hanya untuk ibadah, termasuk memberikan pelayanan terbaik kepada suami sebagai seorang istri. Sebab ibadah tidak selalu tentang menjalankan kewajiban kepada Allah seperti shalat, namun ada ibadah yang lain. Apapun bisa bernilai ibadah bahkan perkara yang mubah. Bisa bernilai akhirat jika di sertai dengan niat yang baik.
2. Anak kecil itu tidak bisa sekedar dikenalkan melalui ceramah yang pastinya sulit dicerna oleh mereka, maka kita sebagai orang tua jika kita memang berniat membuat mereka mensuri tauladani Sayyidah Fatimah Az-Zahra hendaknya mengenalkan mereka dengan cara-cara yang paling mudah seperti melalui buku cerita. Dengan kita sendiri yang mengenalkan. Sebab anak-anak lebih senang mengenal sesuatu melalui gambaran cerita.
3. Untuk istri yang memang tugasnya sebagian dibantu oleh asisten. Berkhidmatlah kepada suami dalam hal-hal yang memang sudah seharusnya kamu tangani, semisalnya dalam menyiapkan setiap kebutuhan suami, seperti urusan perutnya, urusan pakaiannya dsb. Tidak semua urusan rumah tangga menjadi andil asisten, justru dirimulah yang harus membagi porsinya masing-masing. Sebab dikatakan yang namanya pemimpin pastilah melayani, jika tak bisa melayani maka dia bukan pemimpin yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY OF SAYYIDAT NISA AL-ALAMIN : SAYYIDAH FATIMAH AZ-ZAHRA
Non-Fiction"𝑺𝒆𝒌𝒖𝒏𝒕𝒖𝒎 𝒃𝒖𝒏𝒈𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒖𝒓𝒖𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒔𝒖𝒓𝒈𝒂 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊 𝒌𝒆 𝒔𝒖𝒓𝒈𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒘𝒂𝒏𝒈𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒑𝒊𝒌𝒊𝒓𝒂𝒏." Catatan Ta'lim membahas putri tercinta Rasulullah, Sayyidah Fatimah Az-Z...